Blogger Widgets

Entri Populer

Sabtu, 26 Januari 2013

Song fic ~ RETURN ~



RETURN

Cast : Lee Seunggi, Han Eunjung

                Aku turun dari kemudiku melihat sekeliling tempat yang kini aku pijak. Aku terdiam sesaat mencoba mengingat sesuatu. Mulai ku langkahkan kakiku di tempat ini.
                “sudah banyak berubah” aku bergumam sembari melihat sekeliling.
                Aku masih berjalan tanpa memperhatikan langkahku. Dan langkahku terhenti ketika sepertinya kaki kananku menginjak sesuatu. Aku berhenti dan menarik kakiku mundur perlahan. Aku menatap sebuah kapur tulis telah patah menjadi dua bagian karena terinjak olehku.
                Aku berjongkok dan mengambil bagian yang panjang. Ku perhatikan kapur itu.
                Degggh! Tiba-tiba hatiku berdetak lebih cepat. Aku menoleh kebelakang  karena sepertinya ada seseorang yang  tengah berlari. Seorang gadis belia nan lugu. Aku menyukai senyumnya. Senyum itu yang selalu membuatku tidak bisa tidur. Tatapan mata bulatnya yang selalu membuat ku sulit bernafas bila menatapnya. Dialah canduku. Dia bagaikan heroin dalam hidupku.
                Dia menoleh ke arahku sambil terus berlari. Aku menatapnya, aku mengikutinya perlahan. Aku menoleh ke arah belakang menatap seorang anak laki-laki seusianya yang mengejarnya. Aku mengikutinya. Aku melihanya duduk di depan sebuah piano klasik dan mulai memainkannya. Dan lelaki kecil itu mengejutkannya dengan memanggil namanya.
                “eunjung ah!” lelaki kecil itu memegang bahu eunjung dari belakang kemudian duduk di sampingnya dan bermain piano bersamanya. Senyum ceria terpampang jelas di wajah mereka. Tanpa sadar aku mengalunkan irama kecil dari mulutku. Dan akhirnya  Aku membuka mata. dan aku sadari Aku lah pria kecil itu.
                Gadis itu berjalan lagi dan aku ikuti. Aku terdiam ketika gadis itu membuka sebuah pintu tua yang masih tersisa di tempat yang kini ku pijak. Kayunya yang rapuh dan berwarna kusam, masih tetap berdiri kokok bahkan dinding-dindingnya sudah tiada. Gadis itu masuk dan menutup pintu itu kembali.
Aku hanya terdiam menatap gadis itu menghilang dari pandanganku. Aku langkahkan kakiku menuju pintu itu. Knop pintu yang sudah tua itu dengan ragu ku pegang dan ku putar untuk membukanya. Dan… terbuka.
Perlahan ku ayunkan kakiku memasuki pintu itu. Dan… bagai tersihir. Aku kembali ke masa lalu dan melihat aku 15 tahun silam. Ini adalah sekolah lamaku. Aku berjalan menyusuri koridor sekolah. Aku mengehentikan langkah kakiku ketika aku menatap papan kelas X-B2. Pintunya sedikit terbuka aku berjalan mendekat dan menatap ruang kelas yang penuh dengan murid-murid ketika jam pelajaran pertama di mulai.
Seorang gadis belia itu mencari-cari sesuatu dalam tasnya.
“kumpulkan Tugas kalian!” suara guru terdengar begitu familiar. Seorang lelaki yang duduk di sebelah eunjung, memperhatikan eunjung yang membolak-balik isi tasnya. Ya itu lah aku.
“Han Eunjung mana tugasmu?” Tanya guru
“maaf guru, aku rasa aku lupa membawanya.” Terang gadis itu. melihat eunjung demikian aku memasukkan tugasku kembali ke dalam laci bangku.
“Han Eunjung kau berdiri!” tegas guru dan menoleh ke arah ku.”Ya Lee Seunggi, mana tugasmu?”
“maaf guru. Aku melupakannya!” jawabku
“kalian berdua,berlutut di depan kelas!” seru seosangnim.
Aku pun segera berdiri dan menatap eunjung, dia balik menatapku sedih. Kamipun keluar kelas dan berlutut. Aku mentapnya, dan tersenyum menahan senang yang ku rasakan.
Aku tertawa melihat diriku yang bertingkah bodoh demi eunjung. Aku kembali merasakan senang ketika dulu bisa bersama eunjung.
Kami di hukum bersama, membersihkan penghapus papan tulis. Dia menepuk-nepukkan penghapus itu aku pun demikian. Kami terbatuk-batuk terkena debu kapur. Hukuman belum berakhir. Kami harus membersihkan kaca. Sesekali aku menggoda eunjung. Dan dia tertawa. Semakin hari kami semakin dekat.
Ada sesuatu yang tak ku sadari waktu itu yang kini aku melihatnya. Kami berada di ruang music. Aku bermain piano bersama Nana. eunjung bermain seruling. Aku terlalu asik bermaiin dengan nana sesekali kami tertawa ceria. Yang kini baru ku sadari aku menatap eunjung yang sesekali menatap ke arahku dan nana.  Tersirat kesedihan di wajah eunjung. Sungguh demi tuhan jika waktu itu aku mengetahui betapa dia sangat sedih melihatku dengan nana aku tak kan  melakukannya.
Eunjung berjalan di koridor membawa beberapa buku.
“ahh!” pekik eunjung. Ketika Tiba-tiba sekelompok anak nakal yang aku ingat mereka bernama hoon, juntae dan minwoo menyingkapkan rok eunjung.sontak buku-buku itu terjatuh. Mereka bertiga berlari masuk ke dalam kelas dan aku menghampiri eunjung.
Eunjung menoleh dan “PLAKK!!” tiba-tiba dia menamparku. Bisa ku ingat betapa sakitnya tamparan eunjung saat itu. lebih tepatnya hatiku yang sakit. eunjung berjalan meninggalkanku. Dan aku hanya terdiam tak mengerti. ini kesalah fahaman.
“Eunjung ah… apa salahku?!” aku mengejar Eunjung seusai jam pelajaran sekolah.
“tinggalkan aku!” Eunjung mengacuhkan ku. Dan dia terlihat sangat marah padaku. Tak tau apa yang harus aku lakukan. Aku hanya berdiri mematung melihat kepergian Eunjung.
***
Tulang pipiku masih terasa sakit. Aku berkelahi dengan hoon,juntae dan minwoo kemarin harinya setelah Eunjung mengacuhkanku. Aku masuk ke dalam kelas, ku lihat eunjung tengah duduk di kursinya. Aku berjalan dan meletakkan susu di bangku eunjung tanpa menoleh dan duduk di tempatku. Dia mengambil susu itu dan melihat memo yang ku tempelkan di sana.
“Han eunjung maafkan aku “ aku menyisipkan emoticon sedih
Dia melepas memo pertama,
“ku mohon tersenyumlah” aku menyisipkan emoticon lagi
“tersenyum”  memo ke tiga telah di bukanya. Dan dia kini tengah menatapku.
Saat jam matematika aku dan eunjung mengerjakan di papan tulis. Bukannya mengerjakan tapi dia malah menatapku. Entahlah dia mengkhawatirkan aku atau apa.
Hingga jam pelajaran music, dia tetap saja menatapku. Aku terkejut ketika mendapati piano yang biasa aku mainkan salah satu tuts nya ada yang hilang. Eunjung tertawa tertahan melihatku yang bermain dengan piano yang tutsnya hilang.
Seusai sekolah aku mendapatinya membawa banyak buku dan kesulitan. Aku berusaha membantunya tapi dia menolak. Dan sampai akhirnya aku merebutnya darinya dan berlari, diapun mengejarku.
Betapa indah saat itu, hingga pada keesokannya aku harus pergi ikut orang tuaku ke London. Aku berada di ruang direktur sekolah untuk mengurus kepindahanku dan mengucapkan salam perpisahan.
Berat kaki ini aku langkahkan keluar dari ruang direktur waktu itu. bingung tak tau apa yang harus aku lakukan. Konflik batin itu yang ku rasakan. Aku melihat Eunjung dan tak memperdulikannya. Hatiku terlalu sakit melihatnya. Aku terus melangkahkan kakiku keluar sekolah.
Kutatap kedua orang tuaku yang sudah menungguku di mobil. Aku berjalan lamban menuju mereka.
“seunggi ah!” sebuah suara menghentikan langkahku. Dan hatiku memaksaku untuk berbalik menghadap suara itu.
Yeonjung tengah berjalan ragu-ragu ke arahku. Dia tak berkata apapun. Dia hanya terdiam, dan kulihat raut sedih tertahan di wajahnya. Eunjung memegang sesuatu dan mengisyaratkannya akan di berikan padaku. Aku pun menerimanya. Sebuah tuts piano.
Aku menatap tust piano itu dan menggenggamnya erat. Ku beralih menatap eunjung. Ku melihat kabut di matanya. Akankah dia akan menangis??? Aku hanya membatin.
Eunjung berbalik dan berlari pergi, dia menangis. Aku ingin mengejarnya dengan mengatakan “jangan menangis!” tapi apa daya aku tak mampu. Tubuhku terasa kaku. Lidahku kelu. Bahkan memanggil namanya saja aku tak mampu.
aku hanya melihat kejadian masa laluku ini begitu menyakitkan. Betapa bodohnya diriku saat itu. aku pun keluar dari pintu using itu. pintu dejavu ini semakin membuatku menyesali masa laluku.
Aku mengambil tuts pemberian eunjung dari saku mantelku. Aku menggenggam erat tut situ. Sedih… sakit… apa yang harus ku lakukan sekarang? Bagaimana kabarmu? Akankah kau tengah bahagia di sana? Tidakkah kau merindukanku??
Aku Lee seunggi sangat merindukanmu dan ingin menatapmu bidadariku. Akan ku katakan betapa aku sangat menyayangimu. Namun aku rasa aku takkan mungkin bertemu denganmu lagi…
~END~

sorry banyak typo -_- dan over gaje XD kok jadi kaya cerita anak SD begini ya???

Minggu, 20 Januari 2013

FF LAST WINTER INFINITE


LAST WINTER

author : Yonggyu90
cast : Kim Myungsoo / L , Park Jae hee (reader) , Lee Sungyeol, Lee sungjong
length : oneshot
rate : -
note : FF paertama saya yang begitu gaje :D


Pagi ini begitu dingin, sehingga membuat tulang-tulang kakiku merasa sangat sulit untuk di gerakkan. Yah… winter telah datang, dan aku harus bisa menjaga kesehatanku. Terasa malas sekali untuk bangun dan berangkat sekolah. Tapi aku harus bisa mengalahkan kemalasanku pagi ini.
Aku beranjak dari tempat tidur dan menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Rasanya pagi ini aku cukup malas untuk memasak, jadi aku hanya membuat ramyun instan. Ini lah kehidupanku sehari-hari. Aku hanya hidup sendiri di kota ini, ayah dan ibuku telah lama meninggal. Dan kakak perempuanku telah menikah,sehingga dia ikut dengan suaminya.
Aku sudah terbiasa dengan kesendirianku, sebenarnya kakakku bersikeras agar aku pindah sekolah dan ikut dengannya, tapi aku sudah terlalu nyaman tinggal di kota ini. Kakakku akan datang mengunjungiku setiap 1 bulan sekali dan akan menelfonku setiap hari menjelang malam karena dia khawatir padaku.
Aku bersekolah mulai jam 7.30 am – 5.00 pm, sepulang sekolah aku bekerja part time di sebuah minimarket. Sebenarnya kakakku juga memberiku uang setiap bulan, tapi aku juga ingin berusaha memenuhi kebutuhanku sendiri. Uang dari kakakku aku masukkan ke rekening untuk berjaga-jaga kemudian hari.
Dan pagi ini aku mulai berjalan ke sekolah. Yah aku harus jalan kaki karena sepeda yang biasa aku pakai tengah rusak dan belum ada yang memperbaiki. Salju mulai turun perlahan-lahan. Aku memasukkan tanganku ke saku coat yang aku pakai. Dengan tetap berjalan ke arah sekolah.
“Jae hee ah…..!!”
Aku menoleh ke arah suara yang memanggilku. Dan aku melihat seorang pria cantik berkaca mata berlari ke arahku. Ya dia adalah Lee Sungjong, sahabat terbaikku sejak kecil.
“ eyy kau berjalan cepat sekali, aku tak mampu mengejarmu” rutuknya sambil terengah-engah.
“ siapa suruh mengejarku?!” jawabku memasang senyum evil yang ku punya.
“ aish… kau ini!!” dia menggerutu.
Kami berjalan sambil bercanda menunju ke sekolah. Tiba-tiba…
BRUGHHHH!!!!
Seseorang menyerempetku dari belakang, sehingga aku jatuh tersungkur. Dan aku menyeringai lirih.
“jae hee ah… kau taka apa???” sungjong mengkawatirkanku dan membantuku berdiri.
“tidak, aku baik-baik saja” aku tersenyum pada sungjong. Aku menoleh ke arah orang yang menabrakku.
“ya… kau kira ini jalan nenekmu apa???” seorang pria berperawakan tinggi dan tirus masih tetap di atas sepedanya membentak ke arah kami. Aku lihat dia memakai seragam yang berbeda, aku menduga dia anak dari sekolah jun sang.
“yaa… sialan!! Kau yang menabraknya! Tidakkah kau merasa bersalah???!!!” Sungjong balik memakinya. Aku langsung menenangkan sungjong.
“sudahlah… aku tak apa!!” aku tersenyum pada sungjong. “maafkan aku!” aku membungkuk meminta maaf pada lelaki itu.
“dasar bodoh!” lelaki itu bergumam dan pergi begitu saja…
“ya,,, apa katamu??!!! “ sungjong berteriak dan melempar buku yang sedari tadi di pegangnya. Tapi tidak tepat sasaran. “yak kau bodoh sekali jae hee ah, dia yang menabrakmu!!” sungjong masih marah.
Aku hanya tersenyum mendengarnya. Aku orang yang tak mau cari masalah dan mengalah. Itu lah aku.
***
Aku dan sungjong berjalan menuju kantin, karena jam makan siang telah datang. Dari arah depan seorang lelaki yang bisa dibilang cukup tampan melambai ke arahku.
“jae hee ah!!”
Aku hanya tersenyum dan membalas lambaian tangannya.
“wuah… sepertinya sungyeol hyung benar-benar menyukaimu” sungjong menyenggol lenganku tanpa menoleh  dan tersenyum ke arah sungyeol.
Ya lee sungyeol, kakak kelas ku yang sangat popular karena ketampanannya. Dia juga merupakan kapten tim basket di ajisai school.
“tidak dia hanya menganggapku adik” aku menjawab sungjong.
“ kau ini bodoh atau idiot??? Sudah jelas dia menyukaimu” menoleh heran ke arahku.
Sungyeol sudah berada di depan kami dengan memasang senyumnya yang membuat para siswi ajisai mati lemas itu.
“errr Hyung… jangan memasang senyum itu lagi, aku tak kuat” sungjong menangkupkan tangannya di depan wajahnya…
“ish dasar kau ini!” aku menjitak sungjong
“baiklah aku akan memesan makan, kalian tunggu di meja itu saja ya!” sungjong menunjuk meja kantin yang kosong.
“baiklah..!” aku menjawab dan tersenyum.
“ya.. jae hee ah.. jangan tersenyum di depanku!” sungyeol memalingkan mukanya.
“wae oppa??” aku tak mengerti maksud Sungyeol.
“ tau kah kau setiap kau tersenyum membuat jantungku serasa mau meledak!” dia cemberut dan memegang dadanya.
“ish.. dasar oppa!!” aku berpura-pura hendak memukulnya. Kemudian kami tertawa bersama dan duduk di tempat yang tadi di tunjuk sungjong.
Hari ini terasa cepat berlalu. Tak terasa sekolah berakhir dan aku beranjak pergi ke toko di mana aku bekerja paruh waktu.
“anyeong bibi” aku membuka pintu toko dan menyapa bibi jang yang punya toko.
“anyeong.. eh sudah pulang? Apa kau sudah makan?” bibi jang kawatir, dia sudah aku anggap sebagai ibuku sendiri.
“iya sudah, aku ganti pakaian dulu bi,” izinku
“ah ne.. “
Tak berapa lama ku kembali dengan mengenakan celemek merah.
“silahkan beristirahat bibi jang, pasti kau sangat lelah”
“kau manis sekali jae hee ah “ dia tersenyum dan mengusap pipiku “baiklah, bibi pergi dulu ya, jaga toko baik-baik. Kalau bangkrut bibi akan memecatmu” pesan bibi jang sembari tertawa pergi. Aku hanya balas tertawa.
Ckling!!
Terdengar suara lonceng pintu toko terbuka.
“selamat datang” aku menyapa pelanggan toko yang baru masuk.
Di saat senggang dan menunggu pelanggan aku gunakan waktuku untuk belajar, meskipun aku tak pandai, setidaknya aku masih termasuk peringkat 5 besar di sekolah.
Seseorang meletakkan bahan belanjaan di depanku untuk aku hitung jumlah harganya. Aku pun berhenti sejenak membaca buku. Setelah selesai menghitung aku mendongak ke arah pelanggan itu untuk memberi tau harganya.
“totalnya 3000 won”  aku terpaku. Seseorang di depanku menatapku dan tak menjawab.
“kau lagi rupanya” kata orang di depanku.
“ah.. iya.. maafkan aku!” ucapku lagi seraya membungkuk.
“maaf lagi…” dia bergumam dan menyerahkan uang 3000 won kepadaku.
“terima kasih” aku menerimanya. Orang itu pergi begitu saja.
Orang itu cuek sekali, padahal dia yang salah! Batinku.
Karena cuaca yang begitu dingin, toko tutup lebih awal dan aku pun bisa pulang lebih awal. Aku berjalan menyusuri jalanan kecil dan berhenti di sebuah playground. Aku duduk di sebuah ayunan dan menggosok tanganku untuk mengurangi rasa dingin di tubuhku. Aku mulai menikmati malam dingin itu… aku memasang headset dan mendengarkan lagu kesukaanku dan ikut bernyanyi sembari berayun pelan.
“seperti orang gila dan kekanak-kanakan!”
Aku terkejut mendengar sebuah suara di belakangku. Aku bisa mendengarnya karena aku menyalakan music sangat pelan. Perlahan aku menoleh. Aku melihat seorang laki-laki bermain game di ponselnya sembari duduk di papan seluncuran yang beratap kecil. Aku mengernyitkan dahi. Aku bertemu dia lagi.
“ahh menyebalkan!” gerutuku
“apa kau bilang???” dia berhenti bermain dan menatapku.
“ah.. tidak, aku sedang bernyanyi” aku menjawab sekenanya.
“hhh dasar bodoh!” dia tertawa tertahan dan menggumam.
“ya tuhan… sebenarnya ini hari apa??? Kenapa aku selalu bertemu orang macam dia???”
Gerutuku lemas….
“memangnya aku mengacaukan hari mu sehingga kau mengeluh begitu?”
Tiba-tiba dia berjalan mendekatiku dan duduk di ayunan di sebelahku dengan arah berlawanan. Dia menoleh ke arahku dan menjulurkan tangannya.
“Kim Myungsoo”
“ehh… apa??” Aku tak mengerti maksudnya.
Dia menarik satu tanganku dan di jabatkan ke tangannya.  Dan aku tersadar ternyata dia bermaksud mengajakku berkenalan.
“oh..  park jae hee” aku tersenyum aneh…
“jae hee?? Nama yang tidak buruk… !” dia masih menggenggam tanganku.
“apa kau bilang??jadi maksudmu tidak buruk? Ini nama termanis pemberian mendiang orang tuaku! Seenaknya saja kau!” aku melepaskan tangannya paksa.
Dia tertawa aneh.
“ternyata kau lucu” dia menatapku
“ehh???”
Apa maksud orang ini???batinku.
“Jadi orang tuamu sudah meninggal?”
“iya begitulah… “ aku menundukkan kepalaku teringat orangtuaku…
“maaf” ucapnya lirih…
“ehh!!”aku terkejut.
Apa tidak salah dengar??? Batinku.
“kenapa kau menatapku seperti itu???”
“ahh tidak…” aku mengalihkan pandanganku…
“kau siswi ajisai?? Kelas berapa?” tanyanya tanpa menatapku.
“iya, kelas 2, kau sendiri?? Aku melihatmu memakai seragam jun sang??”
“ya.. aku kelas 3”.
“ahh maafkan aku sunbae.” aku membungkuk lagi
“ya… kenapa kau suka sekali mengatakan maaf?? “ dia menatapku aneh…
“ahh aku hanya merasa bersalah…” aku menjawab datar…
Malam semakin larut dan dingin semakin menusuk kulit, aku menggosok tanganku lagi.. tiba-tiba…
“lain kali kalau keluar di musim dingin kau harus memakai syal tebal atau penutup telinga… “ dia mendekatiku dan memakaikanku syalnya. Aku terkejut mendapat reaksi seperti ini. Aku hanya bisa menatapnya tanpa berkata sepatah kata pun. “pulanglah… sudah malam, maafkan aku tadi pagi” dia tersenyum dan beranjak pergi. "Oh ya... panggil saja aku oppa, ara?!" Aku masih duduk terdiam menatap punggung orang yang baru ku kenal yang semakin menjauh meninggalkanku.
***
Satu minggu berlalu, Mataku terasa berat sekali terbuka, tubuhku terasa terbakar dan lemas.
Ada apa denganku?? Pikirku.
Aku paksakan berdiri dan beraktifitas seperti biasa, tak tau kenapa hari ini aku lemas dan merasa berat. Seusai sekolah aku tetap saja ke toko untuk bekerja dan entah mengapa aku tiba-tiba berada di suatu tempat yang penuh dengan bunga tulip. aku bertemu dengan ayah dan ibuku. Mereka memelukku dan menciumku, aku sangat bahagia hingga aku menangis.
Aku membuka mata. Aku melihat sekeliling.
“bukankah aku tadi berada di toko? Kenapa sekarang sudah di rumah? Atau aku hanya bermimpi??” gumamku lirih…
Aku brusaha duduk, tapi kepalaku berat sekali. Aku berusaha duduk pelan-pelan dengan memegang kepalaku.
“kau sudah sadar??”
Aku terkejut dan menoleh ke arah pintu, seseorang masuk membawa sebuah nampan di atasnya ada mangkuk dan air putih serta ada beberapa obat.
“myungsoo oppa?” aku tak percaya.
“kau pingsan lama sekali, aku kira kau sudah mati” dia tertawa dan mencubit hidungku.
“ya.. kau kejam sekali! Ini sakit tau!” aku merengek karena dia mencubit hidungku. “aku pingsan oppa?” tanyaku tak percaya.
“iya… kau pingsan di toko, untung aku ada di sana” dia mengambil sesendok bubur dan hendak menyuapiku. Aku menggeleng, karena aku tak mau. “ayo makanlah, semalaman kau pingsan. Kau butuh energy dan harus minum obat” dia merayuku dan hendak menyuapiku. Dan akhirnya aku luluh juga.
“tapi oppa, dari mana kau tau rumahku??” aku bertanya heran.
“bibi pemilik toko yang memberi tahuku,” dia menyuapiku lagi
“tidakkah kau harus ke sekolah?” aku menyelidik.
“jae hee ah… apa pingsan semalam membuatmu lupa ingatan??” dia mencubit hidungku lagi.
“sakit oppa!” aku cemberut kesal!
Dia hanya tertawa melihatku.
“ya ini hari libur ahjumma!”
“apa?? Ahjumma??? Apa aku setua itu??” aku berteriak padanya dan kepalaku terasa berat lagi… “ahh”
“kenapa??” dia kawatir.
Aku tak menjawab dan hanya diam menunduk memegang kepalaku.
“kau harus minum obat, kata dokter kau terlalu capek” dia mengambilkan obat dan air untukku. Aku meminumnya. “kau harus beristirahat!” aku dibantu berbaring dan dia menatakan selimut untukku.
“oppa…”
“ahh ya??” dia terkejut
“terimakasih…”  aku menatapnya sungguh-sungguh.
“jangan katakan itu” dia tersenyum.
“apa oppa di sini semalam?”
“ah… apa?” dia terkejut, “sebaiknya kau istirahat!”
Dia tak menjawabku, dan akhirnya aku mengalah untuk tidur.
***
“jae hee ah…!!” sungjong datang tanpa diduga. Dia langsung masuk ke kamarku di saat aku dan myungsoo sedang bercanda.
“k-k-k-kau???? Lelaki menyebalkan itu??? J-j-j-jae hee ah????” dia tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
Aku dan myungsoo terkejut dan tak berkata apa-apa. Tiba-tiba sungjong menyingsingkan lengannya dan mendatangi aku dan myungsoo.
“ya… kau lelaki biadab! Jahat sekali kau! Apa yang kau lakukan padanya???” sungjong memukuli myungsoo.
“ yaaaa apa-apaan kau ini???!!!” myungsoo mencoba menghindar.
“sungjong ah… hentikan!” aku berteriak, tapi sungjong tidak memperdulikanku. Akhirnya aku beranjak dan berdiri melerai mereka.
PLAKKK
Aku tertampar sungjong!
“jae hee!! Teriak mereka. Aku terduduk dan memegang pipiku.
“sungjong ah hentikan!!”
“ kau tak apa-apa?” sungjong dan myungsoo mendekatiku.
“ini gara-dara kau!” myungsoo menyalahkan sungjong dan membantuku berdiri.
“maafkan aku!” sungjong menyesal.
Akhirnya aku menceritakan semua pada sungjong, dan dia kemudian meminta maaf pada myungsoo.
“maaf hyung!” sungjong menyesal.
“dasar idiot!” myungsoo menggerutu. Makanya kau jangan langsung memukul begitu. Apa kau tak waras?”
“baiklah! aku tak peduli denganmu!” sungjong mencibir. “jaehee ah.. sungyeol hyung akan menjengukmu nanti, dia masih ada urusan.”sungjong menoleh ke arahku dan menggodaku dengan wink khasnya.
“sungyeol oppa??” aku terkejut dan menatap myungsoo.
“iya, dia sangat mengkawatirkanmu jae hee ah!”
Aku masih menatap myungsoo yang sepertinya tak peduli.
“ jae hee ah, aku sepertinya harus pulang. Kau sudah ada teman jadi. Aku bisa meninggalkanmu sekarang!”
Aku terkejut, aku tak ingin myungsoo pulang.
“ahh baiklah oppa, terimakasih!” aku lesu.
“Iya sebaiknya kau pulang sana, dia sudah tak membutuhkanmu. Sudah ada aku di sini!” sungjong berkata.
“dasar, kau laki-laki atau perempuan sih?? kenapa mirip sekali dengan nenek sihir!” myungsoo beranjak dan pergi.
Aku tak mau myungsoo pergi. Aku tak tau kenapa aku seperti ini. Padahal aku baru saja mengenalnya seminggu yang lalu. aku merasa nyaman berada di dekat myungsoo. Dan tak mau jauh darinya.
“jae hee ah kau tak apa-apa??” sebuah suara mengejutkanku. Ya sungyeol telah datang.
“aku taka pa-apa oppa… aku baik-baik saja.” Aku tersenyum ke arah sungyeol.
“sungguh???” dia menyelidik.
“iya…” aku tersenyum.
“aku akan menginap di sini nanti malam!”
“apa??? Oppa mau menginap di sini? Apa oppa sudah gila??? Aku taka pa-apa” kataku setengah membentak.
“sungyeol hyung akan menginap???” sungjong datang dari arah kamar mandi.
“aku berencana begitu, tapi sepertinya jae hee tak mengizinkanku” sungyeol memelas.
“kakakku akan datang malam ini, jadi tak apa-apa, kalian tidak usah kawatir denganku.” Aku berbohong berharap mereka segera pulang dan aku di rumah sendirian.
“benarkah?” sungjong tak percaya
“tentu saja!” aku memasang senyum.
Waktu terasa sangat lama berlalu, aku melihat jam masih menunjukkan pukul 3.15 pm. Aku berharap mereka cepat pulang.
“benarkah kau tak apa-apa di rumah sendiri hingga tae hee nui datang?” sungjong menatap iba padaku.
“tentu saja!” aku tersenyum meyakinkan.
“baiklah kami pulang dulu, sampai bertemu besok ya?” sungyeol tiba-tiba mencium keningku.
Aku hanya terpaku melihat sungyeol.
“ah.. hyung aku juga mau….” Rengek sungjong, yang kemudian dibalas jitakan sungyeol.
“ahh sakit hyung, kau kejam sekali denganku!” sungjong merengut dan membuat sungyeol tertawa.
“anyeong” mereka keluar dari kamar ku.
Dan malam ini aku akan menjalani malam dengan sendiri, seperti biasanya. Ini lebih baik, karena aku suka menyendiri.
***
aku berjalan menyusuri kota dengan berjalan kaki sore itu. Libur musim dingin telah datang dan aku menghabiskan waktuku untuk menikmati keindahan kotaku. Aku duduk di sebuah bangku taman kota dan melihat anak-anak bermain. Kadang aku tertawa sendiri melihat tingkah lucu mereka.
“kau ikut saja bermain dengan mereka”
Sebuah suara mengejutkanku. Aku menoleh ke arah suara tersebut.
“myungsoo oppa?” aku tak percaya. “apa itu kau?” seorang pria yang memakai topi tersebut mendekatiku dan membuka topinya.
“hai..” dia tersenyum.
“ini benar kau??? “ tanpa sadar kedua tanganku mengusap pipinya.
“kau merindukan ku?” dia tersenyum dan mengedipkan matanya padaku. Sehingga aku tersadar aku memegang dan mengusap pipinya.
“ah.. tidak! Aku hanya tak percaya ini kau!” aku buru-buru menarik tangannku.
“jujurlah…” dia menatapku.
“ya.. jangan menatap seperti  itu, kau bisa membuatku mati!” aku memegang dadaku yang berdegup sangat keras.
“ayolah katakana padaku,kau rindu atau tidak??” dia menarik tanganku dalam genggamannya.
“kau sendiri?? Kau datang dan pergi begitu saja tanpa memberi kabar. Tiga bulan berlalu sudah.” Aku lupa padamu!” aku menarik tanganku dan berpaling darinya.
“tapi aku tak lupa padamu! Aku merindukanmu!” aku menoleh ke arahnya seolah aku tak mendengar dengan jelas ucapannya. “aku merindukanmu!” dia mengulangi lagi.
“oppa… “ aku bergumam…
“bagaimana mungkin aku menghubungimu, bahkan nomor ponselmu aku pun tak tau! Dan aku tak ada waktu bermain ke rumahmu. Maafkan aku. “ dia menarik tanganku kembali dalam genggamannya.
“oppa…”
“ayahku meninggal. Dan ibuku sangat tertekan… “
Reflex aku memeluk myungsoo.
“maafkan aku oppa, aku tak tau keadaanmu” aku menangis dalam pelukannya.
“sudahlah… semua sudah berlalu!” Dia menenangkanku dan membelai rambutku dalam pelukannya. “jangan menangis!”
aku memeluknya lebih erat.
“aku yakin kau sangat merindukanku! Kau memelukku erat sekali!”
Aku terperanjat mendengar perkataan myungsoo dan melepas pelukanku. myungsoo hanya tertawa melihat tingkahku.aku sangat malu. Mungkin pipiku akan terlihat seperti kepiting rebus.
“mana ponselmu!”
“ini” aku menyerahkan ponselku padanya. Dia menerima dan menuliskan sebuah nomor, kemudian dia menghubungi balik ponselnya.
“nomorku sudah aku simpan dan milikmu juga. Jadi jangan kawatir aku pergi”
“siapa yang kawatir kau pergi? Menyebalkan!!!” aku cemberut.
Dia tertawa pelan.
“jaehee ah, ayo ikut aku!”
Dia menarik tanganku paksa.
“ kita mau ke mana?”
“sudah ikut saja denganku!”
Akhirnya aku mengikutinya, tibalah kami di sebuah rumah sederhana. Kami berdiri di depan pintu.
“ini rumah siapa oppa?”Tanyaku ingin tau.
“rumah ku!” myungsoo menjawab singkat dan tersenyum.
“apa??” aku terkejut.
“ayo masuk!”
Aku mengikutinya masuk ke dalam rumah tersebut.
“ibu… “ myungsoo memanggil ibunya. Tak berapa lama seorang ibu yang cantik menghampiri kami. Itu pasti ibu myungsoo. aku bias memastikannya karena bibir dan matanya mirip sekali.
“eh.. siapa dia??” ibu itu tersenyum ke arahku.
“anyeonghaseo!” aku menyapanya dan memasang senyum di wajahku.
“ibu, dia park jae hee.” myungsoo mengedipkan mata pada ibunya dan tiba-tiba dia memelukku dari belakang. Aku terkejut melihat perlakuan myungsoo.
“dia cantik sekali!” puji ibu myungsoo ke padaku. Bahkan dia tidak marah melihat myungsoo memelukku.
“senang bertemu dengan anda ny. Kim” aku sedikit membungkuk.
Aku menoleh kea rah myungsoo, tetapi dia berpura-pura seolah-olah dia tidak tahu aku menatapnya. Aku langsung mencubitnya!
“ahh… sakit chagi” dia meringis manja.
Aku hanya bengong! Chagi??? Ada apa dengan myungsoo???
“kalian ini. Ayo makan dulu, ibu sudah memasak banyak sekali hari ini.” Ibu myungsoo menarikku ke meja makan. myungsoo menarik kursi agar aku bisa duduk.
“terimakasih ny. Kim” aku membungkuk lagi.
“jangan panggil aku begitu panggil saja aku umma. umma sudah mendengar semua tentangmu” dia tersenyum ke arah ku.
“ahh baiklah,umma ” aku menyetujuinya dengan malu-malu. “sebenarnya hari ini aku di jebak”
“hei.. aku tak menjebakmu!”
“siapa bilang kau yang menjebakku??”
Ibu myungsoo hanya terkekeh melihat tingkah kami. Aku sangat menikmati pertemuan aneh ini. Dan sampai akhirnya aku harus pulang dan myungsoo mengantarku. Ibu myungsoo memintaku untuk sering-sering bermain ke rumahnya karena dia sangat kesepian.
“oppa… kenapa kau melakukan itu? Tidakkah kau hanya menganngapku sebagai adik??” mendengar ucapanku myungsoo berhenti berjalan dan menatap ke arahku.
“jae hee ah… aku berharap tadi tidaklah hanya sebuah mimpi. Dan aku ingin bersamamu. Aku menyayangimu!”
myungso memegang kedua tanganku!
“oppa… ak…” belum selesai aku berkata tiba-tiba bibirku terkunci oleh bibirnya. Dia menciumku! Aku masih tak percaya dengan apa yang sedang terjadi. “aku menyayangimu!” bisiknya lirih
Wajahku mulai terasa panas, mungkin terlihat memerah di kedua pipiku. Dia masih memeluk pinggangku dan aku pun masih terdiam tak percaya.
“oppa… jangan tinggalkan aku lagi… aku juga menyayangimu! aku kesepian.” aku berkata tanpa sadar air mataku menetes.
“ya… jangan menangis chagi ah, aku takkan meninggalkanmu! Aku akan ada untukmu!” dia mengusap air mataku dan mencium bibirku ringan. Kemudian memelukku erat.
Malam ini ku lalui dengan sangat indah… dan hari-hari pun berlalu dengan begitu indahnya bersamanya... 

~end~

sorry GaJe XD ini hanya iseng saja.