Blogger Widgets

Entri Populer

Kamis, 07 November 2013

FF WHITE LOTUS 1 | Baro B1A4 , Yoo Jiae & Ren NU'EST | Love Youth, Chapter



WHITE  LOTUS 1



Author                          : Yonggyu90
Main Cast                    : Cha Sunwoo (Baro)B1A4 , Yoo Jiae & Choi Minki (Ren) NU’EST
Length                          : Continuous
Genre                           : Love Youth
Rate                               : 13+
Disclaimer                   : This story is mine. No Plagiarism.
Notes                            : cerita ini asli milik saya, maaf untuk banyaknya kesalahan dalam penulisan atau pun bahasa yan di gunakan. Terinspirasi setelah mendengarkan lagu Yoo Jiae dan beberapa lagu B1A4. Saya adalah penggemar berat JiRo (Jiae-Baro) Couple, kenapa mengambil cast ke 3 si Ren? Karena saya menemukan shipper di tumblr dan Youtube dengan pasangan RenJi (Ren-Jiae) couple. Kyaaaa dua couple ini sangat imut >.<

Chapter 1

                Jiae terus saja mengayunkan kakinya ketika duduk di sebuah halte menunggu busway. Sesekali dia menoleh ke arah kiri seperti tengah menunggu seseorang. Wajahnya berubah kusut kemudian setelah sebuah busway berhenti di depannya. Dengan berat hati Jiae berdiri dan berjalan menuju pintu busway yang terbuka. Sekali lagi dia menoleh ke arah kiri sebelum masuk ke dalam busway.
                “Noona!!!” seorang memanggil Jiae. Merasa mendengar suara yang familiar baginya, Jiae menoleh ke arah suara tersebut. Seorang pria mengenakan seragam sekolah menengah atas seperti dirinya, berambut pirang dan berwajah cantik tersenyum dan melambai ke arahnya dari bangku busway di belelakang.
                “Eoh… Minki-ya???” Jiae sedikit terkejut namun kemudian tersenyum dan berjalan duduk di bangku kosong di samping Minki.
                “Eoh… ini Minki.” Minki tersenyum.
                “Tumben sekali naik busway?” Jiae menyelidik.
                “Aku ingin pulang bersama Noona.” Minki menjawab tak acuh dan mengambil sesuatu dari dalam tasnya.
                “Ukkk! Pulang bersamaku?” Jiae terkejut.
                “Eoh, ini untuk noona.” Minki menyerahkan sebuah buku putih dengan sampul bergambarkan bunga sakura yang masih tersegel dengan dibubuhi ikatan pita berwarna pink.
                “Apa ini?” Jiae menerimanya dan menoleh ke arah Minki tak mengerti.
                Minki hanya tersenyum dan menggendikkan bahu. Jiae kemudian mengerucutkan bibirnya karena sebal.
                “Wuahhh…  Sakura No Hana???” Jiae membelalakkan matanya ketika menarik pita pink itu dan terlihat judul buku tersebut tak percaya.
                “Aku tau noona suka membaca. Dan aku tau noona mencari buku ini ke mana-mana. Kemarin… Appa ke Jepang, aku memintanya untuk membelikan buku ini.”
                “Ren-ah…” Jiae menatap Minki tak tau harus berkata apa.
                “Ishh… aku lebih suka noona memanggilku Minki.” Ren merajuk. “Itu untukmu noona.” Minki tersenyum dan mengedipkan sebelah matanya.
                “Gomawoseo Minki-ya….” Jiae menatap Minki senang  “tapi…. Ini berbahasa Jepang. Aku tak begitu lancar membaca Hiragana.” Jiae terlihat sedih.
                “Hey… kau melupakanku??” Minki tersenyum misterius kemudian mengambil sesuatu dari dalam tasnya. “Cha… ini terjemahannya. Appa membelikan dua, yang satu aku baca dan sudah aku terjemahkan. Dan ini yang satu untukmu.” Minki memberikan sebuah print out yang telah di jilid kepada Jiae.
              “Minki… Choi Minki… kenapa kau baik sekali… nan jeongmal Gomawoyo. Mian… aku tak bisa memberimu apa-apa..” Jiae merunduk tersirat kesedihan di wajahnya.
                “Aigooo… noona, bukankah aku pernah berkata padamu? Aku hanya ingin melihat noona tersenyum itu saja. Tidak sedih seperti ini. aku tak minta apapun selain ini” Minki mendengus kesal sembari menarik kedua pipi Jiae.
                “Yaakkk appoyo…!” jiae meringis kesakitan sedangkan Minki hanya tertawa gemas.
                Sedetik kemudian mereka hanya terdiam. Jiae terlihat sangat cemas dan seperti menunggu sesuatu. Berulang kali dia melihat ponselnya. Minki yang melihat hal itu tiba-tiba merasa kesal.
                “Baro?” Minki bertanya yang dia sudah tau jawabannya.
                “Dia berjanji akan menjemputku, satu jam aku menunggunya di halte… tapi dia tak kunjung datang. Bahkan dia tidak memberitahuku.” Jiae terlihat sedih.
                Minki terlihat semakin kesal.
                “Lupakan Baro ketika noona bersamaku. Karena aku tak mau noona menangis lagi karenanya.” Minki berkata pelan hampir tak terdengar sambil menatap keluar jendela. Jiae yang hanya mendengar samar-samar menoleh kea rah Minki sesaat dan kemudian menatap lurus ke depan. Terdiam.
===

                “Baro… bagaimana hubunganmu dengan Jiae sekarang?” Tanya Jinyoung teman sekampus Sunwoo ketika mereka tengah bergurau di kantin dengan teman-teman yang lain.
                “Astaga!!!” Sunwoo tersentak dan meremas rambut kepalanya sendiri.
                “Yak  wae?” Tanya Jinyoung heran melihat Sunwoo yang tiba-tiba pucat.
                “Aku melupakannya. Jinyoung-ah sampai nanti….” Sunwoo menepuk pundak Jinyoung sambil berlari pergi. Jinyoung hanya menggelengkan kepalanya gemas melihat tingkah sahabatnya itu.
                Sunwoo terlihat berlari kencang dan berhenti di sebuah halte. Dia berjongkok dan kedua tangannya bertumpu pada lutut dengan nafas yang tak teratur.
                “Jih… Aeh…” Sunwoo mengucapkan satu nama dengan terbata-bata di sela nafas beratnya. Dia mencoba mengedarkan pandangan mencari sosok gadis manis nan lucu itu. namun dia tidak menemukannya. Perlahan dia menarik tangan kirinya yang tengah terpasang sebuah jam tangan digital hitam.
                “Sudah dua jam berlalu ternyata.” Sunwoo masih berusaha mengatur nafasnya dan mencoba berdiri tegak menatap lurus kedepan.
                Sunwoo berjalan kea rah bangku halte dan duduk bersandar di sana. Dia teringat bagaimana dia pertama kalinya bertemu Jiae hingga akhirnya dia menginginkan Jiae menjadi kekasihnya.
                Waktu itu hujan telah turun rintik-rintik. Sunwoo yang pulang dari kuliahnya berlari di tengah guyuran hujan tipis dan berteduh di sebuah halte yang sepi. Dia menepuk-nepuk tubuhnya berusaha mengeringkan pakaiannya yang sedikit basah oleh rintik hujan.
                Tanpa sengaja dia melihat seorang gadis yang sangat manis tengah duduk di bangku halte dengan membaca buku. Rambut hitam gadis itu terkuncir rapi dengan menyisakan sedikit geraian di kening tanpa poni. Gadis itu masih mengenakan seragam sekolah menengah atas dan terlihat sangat imut. Dengan perlahan Sunwoo berjalan mendekati gadis itu dan duduk di sebelahnya.
                Gadis itu masih saja berkonsentrasi pada bukunya dan tak menyadari ada orang yang duduk di sampingnya. Sunwoo sesekali mencuri-curi pandang kea rah gadis itu. dadanya bergemuruh begitu hebatnya ketika dia berada di dekat gadis itu dan mendengar desah nafas gadis itu.
                ‘Manis’ batin Sunwoo. Sekilas dia melirik sampul buku yang di baca gadis itu.
                ‘Gone With The Wind’ Sunwoo membaca judul yang tertera di sampul itu kemudian melirik kembali kearah gadis yang terlihat manis dan imut itu. Sunwoo sangat tau itu adalah Novel fenomenal Margaret Mitchell pada 1936. Margaret Mitchell adalah penulis yang hebat, namun dia hanya membuat sebuah novel selama hidupnya. Sunwoo tak habis pikir, kenapa penulis sehebat itu hanya membuat sebuah karya fenomenal dan tak mau menulis lagi setelahnya. Kemudian dia teringat sebuah kutipan dari novel tersebut.
                “Dia merasa dirinya adalah Alien di antara yang lain, sebagai alien dan sendirian seperti berasal dari dunia lain. Berbicara dengan bahasa yang mereka tak mengerti dan dia tak mengerti mereka.” Sunwoo yang menatap jalanan yang digenangi hujan tiba-tiba membuka suara dan membuat gadis itu terkejut menatapnya. Itu adalah kutipan dari novel itu yang menggambarkan betapa tersiksanya hidup di tengah-tengah orang yang tak pernah peduli dan mengerti.
                Merasa mendapat respon dari gadis itu Sunwoo menoleh kearah gadis itu dan tersenyum.
                “Gone With The Wind halaman 607.” Sunwoo membuka suara lagi. Sunwoo sangat hapal betul isi dalam buku itu bahkan di halaman berapa kutipan itu di ambil.
                “Dengannya dan dengan orang-orang yang baik dia membuat  sebagian besar dunianya merasa sesuatu yang tak bak bisa dimengerti.” Jiae melanjutkan kutipan yang diucapkan sunwoo dengan tersenyum menatap sunwoo yang membuat hati Sunwoo semakin berdegub tak beraturan.
                “Cha Sunwoo.” Sunwoo mengulurkan tangannya.
                Dengan senyum yang semakin merekah, Jiae menutup novelnya dan menyambut uluran tangan sunwoo untuk berjabat tangan.
                “Yoo Jiae.” Gadis itu mengucapkan namanya dengan suara khasnya yang begitu lembut.
                Seperti enggan melepaskan tangan, mereka hanya saling terdiam dan saling tersenyum. Akhirnya tangan itu pun terlepas dan mereka berbalik mengahadap jalan dan tersenyum. Hanya mereka yang mengerti perasaan mereka saat ini.
                Itulah awal pertemuan mereka yang tak mungkin pernah dilupakan oleh Sunwoo maupun Jiae. Sejak saat itu, Sunwoo sering menunggu Jiae di halte untuk pulang bersama. Tak jarang mereka pergi untuk sekedar menonton atau bermain di taman. Bahkan kakak semata wayang Jiae, Yoo Jaehee pun mengenal Sunwoo dengan baik.
                Sampai suatu hari semua terjadi begitu saja tanpa terfikirkan di antara mereka. Hari itu Sunwoo yang telah menyelesaikan kuliahnya berjalan kea rah Halte di mana dia biasa bertemu dengan Jiae untuk pulang bersama.
                Senyum yang merekah di bibir Sunwoo selama perjalanan pun hilang seketika ketika melihat seorang pria cantik dengan rambut blonde terkuncir tengah duduk bercanda dengan Jiae. Dengan sedikit kesal Sunwoo berjalan menghampiri Jiae dan memasang senyum yang tadi sempat hilang dari bibirnya.
                “Jiae-ya…” Sunwoo berdiri di depan Jiae yang tengah duduk bersama pria cantik itu. Jiae dan pria cantik itupun mendongak kea rah Sunwoo.
                “Eoh… Sonwoo oppa?” dengan suara lembut dan senyum khasnya Jiae menyapa Sunwoo. Namun pria cantik itu terlihat sedikit tidak menyukai situasi ini.
                “Sudah lama menunggu?” Tanya Sunwoo kemudian.
                “Uhm…. Lumayan.” Jiae tertawa. Ya inilah Jiae. Jiae tak pernah marah sedikit pun meskipun Sunwoo terlambat setengah atau satu jam lebih. Jiae lebih memilih menunggunya. Dua jam. Dia akan menunggu sampai dua jam dan dia akan benar-benar pergi.
                “Mian…” ucap Sunwoo menatap Jiae penuh harap.
                “Ne… gwaenchanna Sunwoo oppa.” Jiae masih setia dengan senyum manisnya yang tak pernah pudar dari bibirnya.
                Mata sunwoo sekilas menatap pria cantik yang kini terlihat tidak bersahabat dan memainkan ponselnya. Melihat Sunwoo menatap pria cantik itu Jiae berdehem dan membuat Sunwoo dan pria cantik itu menatap kearah Jiae.
                “Ahh… aku sampai lupa. Perkenalkan oppa… dia Choi Minki hobae tingkat pertama. Dan sangat baik padaku.” Sunwoo menatap Minki yang Jiae sebutkan tadi. “Minki-ya… ini Cha Sunwoo.” Jiae tersenyum kea rah minki.
                Minki dan Sunwoo hanya saling tatap tanpa berjabat tangan dan menyapa. Jiae merasakan ada keanehan dengan kedua pria tersebut.
                “Baro!” Sunwoo mengulurkan tangan kemudian dan mengucapkan nama panggilannya.
                “Ren!” Minki membalas uluran tangan Sunwoo dengan tatapan yang begitu dingin.
                Sunwoo begitu terkejut mendapati sikap Minki. Dia memang berkata datar tapi tidak sedingin Minki menatapnya.
                TINNNNNNNN….
               Sebuah suara klakson mobil terdengar tepat di depan halte. Mereka bertiga terkejut dan menatap kea rah mobil itu.
                “Ahh… noona… sepertinya aku harus pergi lebih dulu.” Ucap Minki kemudian dengan senyum hangat kearah Jiae seraya berdiri dan merapikan tas punggungnya. Melihat hal itu Sunwoo merasa tak suka dan sedikit sebal.
                “Uhhh… ne..” Jiae membalas senyum Minki dengan senyum yang sangat manis.
                Sebelum pergi mata Minki bertatapan dengan mata Sunwoo. Dingin.
                “Minki-ya… hati-hati…!” Jiae berteriak ketika Minki telah membuka pintu mobil dan hendak memasukinya. Minki menoleh dan melemparkan senyum kearah Jiae tanpa menghiraukan Sunwoo. Jiae melambaikan tangannya sampai mobil Minki berlalu pergi tak terlihat.
                “Ehm…!” Sunwoo berdehem membuat Jiae menghentikan aksinya dan menatap heran ke arahnya.
                “Jangan lakukan hal itu selain kepadaku.” Sunwoo terlihat sebal.
                “Ne???” Jiae tak mengerti dengan perkataan Sunwoo.
                “Aku menyukaimu Jiae-ya.” Sunwoo duduk berjongkok di depan Jiae yang duduk di bangku Halte. Perlahan Sunwoo menggapai tangan Jiae dan menggenggamnya. Jiae masih menatap Sunwoo bingung. Sunwoo sendiri tak sadar menyatakan hal ini pada Jiae.
                “Aku benar-benar menyukaimu.” Jiae menatap mata Sunwoo lekat mencari kebenaran dari ucapan Sunwoo.
                Sunwoo membalas tatapan Jiae penuh keyakinan.
                “Oppa!!!” Jiae menghambur memeluk Sunwoo yang berjongkok di depannya. “Aku juga menyukaimu.” Ucap Jiae lirih seolah berbisik di telinga Sunwoo.
                Sunwoo berjalan pelan menuju rumahnya setelah mengantarkan Jiae pulang. Dia terlihat merenung.
                ‘Salahkah aku mengatakan itu kepadanya? Apa aku secepat itu mengambil keputusan? Aku benar menyukainya, bahkan aku tadi sangat yakin dengan apa yang aku rasakan dan aku ungkapkan padanya. Tapi kenapa perasaanku kini seperti ini? aku merasa aku… Jiae-ya… kenapa aku jadi seperti ini?’ Sunwoo terus bertanya dalam hati. Dia yang semula begitu yakin dengan perasaannya tiba-tiba merasakan keraguan dalam hatinya. Dia memang menyukai Jiae bahkan sangat suka. Tapi entah kenapa setelah perasaan itu terungkap Sunwoo merasa hatinya begitu gundah.
                Berbeda dengan Jiae yang semakin tulus menunjukkan perasaannya pada Sunwoo hingga saat ini, tiga bulan setelah Sunwoo mengungkapkan perasaannya.
                ===

                Jiae-ya Mianhe… aku akan datang nanti. aku menyayangimu.’

                Sebuah pesan singkat terkirim di ponsel Jiae. Minki yang berada di samping Jiae tau pasti itu pesan dari siapa ketika mendapati mimic Jiae yang berubah jadi cerah setelah membaca pesan di ponselnya.
                ‘Taukah noona aku begitu menyayangimu, aku begitu menyukaimu.’ Batin Minki dan menatap pilu Jiae yang tengah mendekap ponsel di dadanya dengan senyum mengembang.

TBC

FF B.A.P FOUR FOOLISH SINGLES comedy & Friendship chapt 11 part 1



FOUR FOOLISH SINGLES 11 part 1
Author : Yonggyu90
Main Cast            : B.A.P
                Park Minri
                 Park Jaehee
                 Choi Jihye
                 Park Yura
Length  : Continuous
Genre   : Friendship and etc.
Rate       : 13+
 note : banyak typo dan cerita semakin gaje xD
 

Chapter 11 part 1

                “Aku rasa kau sudah mengalami banyak peningkatan.” Doojoon duduk di meja di mana Minri membuat kaligrafi huruf Hanja.
                “Jangan menatapku seperti itu, itu membuatku risih.” Minri berkata tanpa menatap Doojoon.
                “Wae? Bahkan dulu kau sangat suka jika ku perhatikan.” Doojoon masih menatap Minri.
                Minri mendongak kea rah jam dinding sesaat.
                “Aku rasa waktunya sudah lewat, jadi aku akan pergi.” Minri beranjak dari duduknya. “Oh… ne, Oppa… sekarang dan seterusnya aku menganggapmu sebagai oppaku. tak lebih.” Minri tersenyum dan keluar ruangan meninggalkan Doojoon yang masih tercengang. “Khalkae…!” Minri sedikit membungkuk dan berlalu meninggalkan Doojoon.

                “Jagiya… aaa….” Di sedut cafeteria terlihat Yura menggelayut manja pada Daehyun dan mereka terlihat saling menyuapi. Sedangkan dua makhluk langka di depan mereka hanya nyengir menatap pemandangan horror di depan mereka.
                Minri sesekali meneguk ludah tercengang melihat Yura dan daehyun, Jihye menopang dagunya dan melongo melihat Hyun-Ra horror.
                “AA….” Daehyun membuka mulutnya ketika Yura hendak menuapinya dan bergaya seolah dia menyuapi bayi.
                “Yaaa…. Kalian ini menjijikkan sekali.” Akhirnya Minri membuka suara dan melipat tangannya seraya menyandarkan tubuhnya pada kursi.
                “Wae…???” Yura dan Daehun menatap Minri sebal.
                “Eonnie-ya… perasaan kau kemarin masih menangis karena Daehyun Sunbae.” Jihye ikut menyandarkan tubuhnya di kursi.
                “Eohh… Jinja?” Daehyun sedikit terkejut. kemudian beralih menatap Yura yang masih bergelayut manja pada Daehyun. “Jagiya… apa kau menangis karenaku?” Daehyun bertanya manja pada Yura.
                “Oppa menyakitiku kemarin, jadinya aku masih sedih.” Yura memasang ekspresi bertingkah seolah-olah ingin menangis.
                “Oppa??” Jihye dan Minri bertanya serempak.
                “Aniya… aniya… aniya… jagiya…. Mianhae….” Daehyun memonyongkan mulutnya sembari mengusap-usap pipi Yura yang merajuk.
                Minri dan Jihye hanya menatap semakin horror.
                “Aku rasa Daehyun sunbae ketularan ketidakwarasan kita.” Minri berbisik kepada Jihye.
                “Eoh…” Jihye menyetujui anggapan minri.
                “Aku mendengar kalian. Jangan panggil aku Sunbae lagi…. Panggil aku oppa. O-P-P-A araseo. Biar kita lebih akrab.” Daehyun melirik sekilas kea rah Yura yang memasang wajah kagum pada Daehyun.
                “Gereom!” Minri dan Jihye menjawab bersamaan dengan ekspresi yang berbeda. Jihye terlihat bersemangat sedangkan minri terlihat malas.
                Yura dan Daehyun kembali bermanja-manja aneh seperti orang kesurupan.

                “Akhirnya aku bertemu denganmu di sini.” Seorang namja bersuara sedikit berat berkata pada Jaehee di bangku bawah pohon belakang sekolah.
                “Ye…” jaehee tersenyum simpul dengan menundukkan wajahnya dan memainkan jari tangannya.
                “Aku membaca suratmu Jaehee-ya.” Soohyun menoleh dan menatap Jaehee sendu.
                “gereom…_”
                “Mianhae….” Soohyun memutus kalimat Jaehee. jaehee menatap mata Soohyun dalam. “Mianhae…. Aku tak sempat mengucapkan selamat tinggal padamu. Aku harus menjalani wajib negaraku, aku tak ingin kau sedih.” Ucap Soohyun dengan menatap jaehee lekat.
                “geuraeseo…. Oppa masuk wajib militer saat itu? ahhh araseo… aku mengerti.” Jaehee menunduk kembali.
                “Aku juga menyukaimu Jaehee-ya… geundae…”
                “Waeyo? Oppa menyukaiku juga kan? Geundae wae???” jaehee mulai merasakan ada yang tak beres dengan hatinya. “Kalau oppa juga menyukaiku… kenapa oppa mengatakan ‘geundae’? seharusnya oppa mengatakan ‘mari kita berkencan’ atau ‘mari kita saling menjaga’ eoh… harusnya kau mengatakan itu…” jaehee akhirnya menangis juga. Padahal dia merasa dia tak harus menangis seperti itu. dia juga tak tau apa yang akan di katakana Soohyun selanjutnya. Tapi dia sangat yakin dengan hatinya.
                “Jaehee-ya…” Soohyun mengusap rambut kuncir kuda jaehee penuh perasaan bersalah. “Aku berada dalam situasi yang sulit saat ini.” Soohyun tak tau harus bagaimana menjelaskan pada jaehee.
                “Apa karena kita terpaut usia yang begitu jauh? Aku tak peduli tentang hal itu.” jaehee menatap Soohyun lagi dengan  air mata yang tak berhenti mengalir di pipinya.
                “Jaehee-ya…” Soohyun menunjukkan jari manis di tangan kirinya pada jaehee.

                DEG!

                Jantung jaehee berhenti berdetak saat itu juga. Cincin. Dia melihat sebuah cincin telah melingkar dengan sangat buruknya di jari manis Soohyun.
                “Aku telah menikah.”

                CTARRRRR!!!

                Seolah tersengat halilintar Jaehee merasa mati saat itu juga. Dia hanya terdiam tak mampu berkata apapun.
                “Aku menikah setelah keluar dari Wajib Negara. Dan itu karena…..” Soohyun mengambil nafas dalam. “Karena aku menolong sepasang suami isteri yang mendapat kecelakaan. Dan permintaan terakhir mereka adalah… aku harus menikahi putri semata wayang mereka.” Soohyun menggapai tangan Jaehee. “Mianhae Jaehee-ya.”
                Jaehee tak kuasa lagi menahan tangis. Soohyun meraih jaehee dalam pelukannya mencoba menenangkan.
                ‘Aku akan menunjukkan bakat bermain gitarku pada jaehee.’ucap Himchan ketika berjalan menyusuri koridor dengan membawa sebuah gitar dan memasang senyum di bibirnya.
                “Hyung… mau ke mana?” Zelo yang berjalan dari arah berlawanan merasa heran melihat Himchan yang menenteng sebuah gitar dan tersenyum-senyum aneh.
                “Mauu… berjuang.” Jawab himchan enteng dan mengabaikan Zelo yang masih bengong.
                Namun seketika langkah Himchan terhenti ketika dia melihat seorang siswi dengan rambut kuncir kuda tengah menangis dalam pelukan seorang namja.
                “Jaehee?” Himchan bergumam. Dan seketika itu senyumnya pudar. Dia berdiri mematung menatapdua insane tersebut selama beberapa menit sampai terlihat namja itu meninggalkan siswi yang ternyata Jaehee itu duduk sendirian di bangku bawah pohon dengan tatapn kosong.
                Sedangkan jaehee, kini dia terus saja memikirkan hatinya yang kini sangat rapuh dan serasa tercabik-cabik.
                “Uljima.” Himchan memegang pundak jaehee perlahan dan kemudian ikut duduk di sampingnya.
                “Sunbae!” Jaehee langsung menghambur dalam pelukan Himchan dan menangis di sana. Himchan membalas dekapan jaehee dan mengusap kepala jaehee lembut.
===

                “Aigoooo…. Aku lupa!” Yura tiba-tiba tersentak ketika tengah bermanja-manja dengan Daehyun di depan Minri dan Jihye.
                “Wae???” Tanya minri. Daehyun hanya menatap Yura penuh tanda Tanya.
                “Aku lupa… bukankah aku tadi sebenarnya berniat mencari jaehee? Ahhh… Shin seonsaengnim ternyata Soohyun Oppa.”
                BRUSTTTTTT!!!!
                Minri yang tengah menenggak jus jeruknya langsung menyemburkannya ke muka Daehyun.
                “Yaa…. Park Minri!!!” Daehyun langsung berkilat-kilat hendak bertransformasi. Namun ketika dia menyadari Yura di sampingnya, seketika itu juga rasa bencinya pada minri menghilang dan memasang aegyo kea rah Yura yang tengah melotot kea rah daehyun.
                “Jangan bercanda Yura-ya, Soohyun oppa tak tau kini ada di mana.” Minri masih tak percaya.
                “Soohyun itu siapa?” Jihye yang tak tau apa-apa hanya mengeluarkan tatapan polsnya.
                “Benar, aku tak berbohong. Tapi… dia sepertinya sudah menikah.” Tiba-tiba ekspresi wajah Yura berubah kusut.
                “Araseo. Jika dia sudah tau, dia pasti sangat membutuhkanku saat ini.” Minri beranjak berdiri hendak mencari Jaehee.
                “Park Minri!” sebuah suara berat menghentikan langkah Minri. Jihye, Yura dan Daehyun menatap mereka bingung.
                “Ye?” Minri berbalik menoleh kea rah suara tersebut.
                “Park Minri..” Namja itu hanya menatap minri dan mengucapkan namanya. Terlihat dia sangat bingung dengan apa yang akan dia katakana.
                “Waeyo yongguk sunbae?” Minri bertanya sekali lagi. Namun Yongguk masih terdiam dan itu membuat Minri semakin sebal. Akhirnya Minri berniat berbalik dan beranjak pergi mencari Jaehee yang mungkin kini sangat membutuhkannya.
                Srettttt…
                Yongguk menarik lengan minri kuat dan langsung mencium minri saat itu Juga.
                Yura Shock, Daehyun menelan Ludah tak percaya, jihye mengucek-ucek matanya mencoba mencari kebenaran dengan apa yang dia lihat.
                Minri tertegun tak percaya, dia hanya terdiam mendapati perlakuan reflex Yongguk. Namun semenit kemudian merasa itu salah, minri tersadar dan berusaha mendorong Yongguk. Namun Yongguk malah semakin mengeratkan dekapannya.
                *hey ini bukan FF yadong* -_-
               Akhirnya Minri terlena juga dan balas mendekap Yongguk. Dan tiga orang yang berada di TKP mulai kabur dari lokasi. Berharap tak mengganggu atau karena mau? Molla…
===

                “Baiklah… menangislah sepuasmu.” Himchan sedikit berbisik mendekap Jaehee. Ntah kenapa saat itu juga Jaehee merasa seolah tak mau melepaskan pelukan Himchan.
                “Dia telah menikah… dan aku seperti orang bodoh sekarang.” Jaehee berkata lirih dalam dekapan Himchan.
                “Apa kau tidak menyadari sesuatu Park jaehee?” mendengar pertanyaan Himchan seketika itu juga isak tangisnya berhenti. Dan melepaskan dekapan Himchan kemudian menatap mata Himchan tak mengerti.
                “Ini… apa kau tak menyadarinya?” Himchan menunjuk Hati jaehee.
                “mm..maksud sunbae?” Jaehee maish belum yakin dengan dugaannya.
                “Hatimu.” Himchan tiba-tiba terlihat serius. Jaehee hanya terdiam berfikir. “Apakah… tidak ada orang lain di hatimu selama ini selain dia?” Tanya Himchan kemudian.
                Jaehee mengalihkan perhatiannya dari Himchan dan mencoba merenungi perasaannya sendiri.
                “Ada seseorang yang dengan bodohnya menyukai seorang gadis yang sangat aneh. Dengan berbagai alas an dia ingin dekat dengan gadis itu. Berusaha menghukumnya, berusaha membuatnya masuk ruang penertiban sekolah, agar dia bisa dekat dengan gadis itu. Setiap kali mengingat senyumnya, orang itu tidak akan mampu bernafas,tidak bisa tidur bahkan dia tidak bisa pup *etdah -_-*” Himchan berbicara panjang kali lebar kali tinggi kali miring.
                Jaehee sedikit terkejut mendengar perkataan Himchan dan kembali menatap Himchan.
                “Namun orang itu tak mengetahui perasaan gadis itu seperti apa? Pada awalnya… dia sangat yakin gadis itu juga menyukainya, namun pada akhirnya orang itu mengetahui ternyata gadis yang dia sukai itu telah menanti seseorang. Sakit. Tentu saja.”
                “Sunbae..” Jaehee mulai mengerti arah pembicaraan Himchan.
                “mungkinkah orang itu mampu mendapatkan hati gadis bodoh itu?” Himchan bertanya pada Jaehee dengan tatapan sendu.
                Jaehee terdiam tak mampu menjawab pertanyaan Himchan. karena dia tau arah pembicaraan Himchan yang sesungguhnya.
                “Aku menyukaimu park jaehee. sangat menyukaimu.” Himchan meraih tangan jaehee dalam genggamannya.
                Jaehee tak menjawab. Dia beranjak berdiri melepaskan genggaman tangan himchan. dia berjalan pergi dengan perasaan bingung. Himchan menatap kepergian jaehee dengan tatapan sendu.
TBC chapter 11 part 2 end
               

FF B.A.P FOUR FOOLISH SINGLES comedy & friendship chapt 10

Four foolish singles10
Author : Yonggyu90
Main Cast            : B.A.P
                Park Minri
                 Park Jaehee
                 Choi Jihye
                 Park Yura
Length  : Continuous
Genre   : Friendship and etc.
Rate       : 13+
 note : banyak typo dan cerita semakin gaje xD
 
 
Chapter 10
                “Apa kau bicara denganku?” Minri menoleh kea rah namja itu dan sesekali melihat sekeliling yang tak ada orang.
“Siapa namja itu?” Tanya namja itu lagi dengan melemparkan tatapan membunuh bagi minri.
“Siapa maksud sunbae ‘namja itu?’” minri berbalik menghadap namja bersuara berat yang ternyata adalah Yongguk dengan perasaan bingung.
“Jangan bodoh park minri. Kau tau maksudku siapa? Jangan membuatku merasa menjadi orang paling bodoh dan paling gila.” Yongguk mencecar minri dengan sebuah kalimat nan puanjang meluncur bagaikan torpedo Amerika Serikat yang hendak melancarkan aksinya ke Rusia.
Minri cengo mencoba mencerna kalimat yang begitu lamban diserap otaknya.
                 “Apa yang sunbae maksud itu Doojoon oppa?” Minri berjalan mendekati Yongguk yang masih menatap minri dengan tatapan ingin memakan minri hidup-hidup.
                “Yaa… kenapa kau tak peka sekali. Seolah kau tak bersalah sedikit pun padaku. Arghhhhh Park Minri….” Yongguk meremas rambutnya geregetan.
                “Eoh?” Minri tersentak menyadari sesuatu. “Sunbae…”
                “Wae?”
                Minri hanya menatap Yongguk untuk beberapa saat.
                “Yaaa… waeirae?? Kenapa kau hanya menatapku seperti itu?” Yongguk berubah salah tingkah ketika minri menatap Yongguk tanpa berkedip.
                “Sunbae…” minri memanggil lagi sembari sedikit menyunggingkan senyum di bibirnya.
                “Yakk… kenapa kau senyum-senyum begitu?” Yongguk semakin merasa salah tingkah. Dia merasa kini sedang telanjang dan di lihat seluruh siswa TS.
                “Ahh… sunbae… apa kau mengkhawatirkanku?” Minri menyelidik sembari menatap yongguk yang mencoba mengalihkan perhatiannya dari minri.
                “Mwoo?? Aniyo. Kenapa aku harus mengkhawatirkanmu?” yongguk membenahi letak tas yang menggantung di salah satu pundaknya kasar dan berjalan meninggalkan minri.
                Melihat ekspresi itu Minri semakin melebarkan senyumnya dan mengejar Yongguk.
                “Sunbaee….” Minri mencoba mensejajari yongguk yang berjalan sedikit dipercepat agar minri tak mengejarnya.
                “Kau cemburu padanya bukan???” Tanya minri penuh kemenangan.
                Sretttt… Yongguk menghentikan langkahnya. dan menoleh kea rah minri yang masih tersenyum-senyum aneh padanya.
                “naega? Jiltuhaneun? Obseo!!!” kemudian Yongguk kembali berjalan. Meninggalkan Minri yang masih terdiam.
                “Baiklah…. Aku tak akan memaksa sunbae mengakuinya.” Minri sedikit berteriak kea rah Yongguk yang berjalan menjauhinya. Yongguk menghentikan langkahnya namun dia tidak berbalik kea rah minri. “Aku tau, sunbae malu mengakui kalau sunbae menyukai gadis bodoh dan aneh sepertiku.”
                Yongguk tersentak. Dia begitu terkejut dengan kalimat yang meluncur dari mulut minri.
                “Aku senang karena sunbae juga menyukaiku pada akhirnya… meskipun sunbae tak mau mengakuinya. Setidaknya perasaanku pada sunbae tidak hanya sebuah perasaan gadis bodoh yang kesepian.” Yongguk semakin tercengang mendengar pernyataan minri.
“Sunbae tak perlu mengakuinya, karena aku juga akan melupakan semuanya. Aku akan melupakan semua ini dan menganggap hal ini tak pernah terjadi. Dengan begitu aku dan sunbae bisa menjalani hidup lebih baik lagi dan sunbae bisa menyukai gadis lain yang tidak bodoh dan aneh sepertiku.” Minri tersenyum puas setelah mengucapkan apa yang mengganjal di hatinya. Meskipun itu menyakitkan baginya, setidaknya itu adalah keputusan yang tepat bagi minri. Minri menatap Yongguk yang membelakanginya sesaat sebelum akhirnya dia berlalu pergi meninggalkan yongguk.
Tak tau kenapa hati Yongguk tiba-tiba bergemuruh. Semakin hebat. Perasaannya kacau bagai diterpa Topan berkecepatan 1000knot. Dia bingung dengan apa yang harus dia lakukan. Reflex Yongguk berbalik, namun minri sudah tak ada di sana. Kacau. Dan semua benar-benar kacau.
“ARGHHHHH!!!” Yongguk membanting tasnya ke lantai.

===

                Jam istirahat telah berdentang dan para siswa Sekolah TS pun menghilang dan ngacir ntah ke mana. Minri terlihat meletakkan kepalanya di meja cafeteria. Jaehee yang berada di depan minri pun merasa sangat kasihan melihat kembarannya yang sedari kemarin belum makan sesendok nasi pun. Tapi mampu menghabiskan cemilan berkilo-kilo.
                “Jaehee ya… hikz… hikz… kenapa hatiku sakit huwaaaaa….” Minri menggaruk-garuk meja cafeteria.
                “Yaa… jangan menangis begitu. Kau sendiri yang meminta melupakan semuanya pada Yongguk sunbae. Seharusnya kau tak boleh menangis seperti ini.” jaehee mengelus-elus punggung saudarinya itu. “Arggghhhh jinja???? Kenapa semua jadi rumit begini?” Jaehee memukul keningnya frustasi.
                “Yak Minri eonnie waegurae?” Jihye yang baru datang ke cafeteria terkejut melihat minri yang nangis sesenggukan. “wae eonnie?” jihye sedikit berbisik kea rah Jaehee yang mencoba menenangkan Minri.
                “Biasaa…. Keabisan asupan suplemen.” Jaehee balas berbisik.
                “YAAAA…. KALIAN TEGA SEKALI PADAKU!!!” ternyata minri mendengarkan bisik-bisik antara jaehee dan jihye sehingga membuatnya mengangkat kepala dan berteriak.
                GRODAKKKK!!!
Jihye tiba-tiba tersentak kebelakang dan hampir terjatuh dari kursinya menatap minri. Takut. Betapa tidak. Rambut minri yang tergerai kini terlihat acak-acakan seperti singa hendak menerkam dengan mata sembab segede buah duren.
“Eonnie… kau kerasukan??” jihye menatap minri takut-takut.
“Aissshhh jinja????? Kau bilang aku kerasukan????” minri semakin tersulut emosinya dan membuat hidungnya kembang kempis.
                “Kau menakutkan sekali.” Jihye memegang dadanya yang berdegub begitu keras karena ketakutan.
                Jaehee hanya menggeleng-gelengkan kepalanya simpati.
                “Makanya sudah kubilang jangan menangis!” jaehee malah memarahi Minri.
                “Huwaaaa adik macam apa kau yang membentak kakakmu seperti itu.” minri terguguk kembali. Jaehee terlihat pusing.
                “kau tak malu? Banyak orang disini. Apa tak cukup nangis semalaman di rumah?” jaehee mengomel seperti ibu-ibu di pasar ikan. Terkadang kepribadian antara jaehee dan Minri itu sering terbalik. Sifat jaehee yang cenderung kekanak-kanakan terkadang bisa lebih dewasa dari minri. Dan sikap minri yang lebih dewasa itu terkadang menjadi sangat kekanak-kanakan.
                “Aigooo… pasti karena masalah sepulang sekolah kemarin.” Jihye menebak. “ehhh… yura eonnie kemana? Kok tidak kelihatan?”
                “Dia latihan vocal dengan guru baru.” Jawab jaehee sembari tetap menepuk-nepuk punggung Minri berharap tangisnya berhenti.
                “Guru baru? Kenapa aku baru tau?” Jihye menggaruk kepalanya yang tak gatal.
                “Eoh… Shin seongsangnim.” Jaehee pun belum tau mana guru baru itu.
                “Eonnie…. Bukankah kau dulu menyukai namja bermarga Shin juga?” tana Jihye tiba-tiba.
                “Ye..??? ahh… itu masa lalu.” pipi jaehee tiba-tiba bersemu merah. “Anggap saja itu cinta monyet.” Jaehee terkikik geli dengan dirinya sendiri. Namun tiba-tiba hatinya berdegub tak beraturan. Dia yang awalnya terkikik kini terdiam dan memegang dadanya.
                “Waeyo eonnie?” Jihye terlihat khawatir.
                Minri yang semula hanya menunduk kini mengangkat kepalanya karena mendengar nada khawatir dari jihye.
                “yak kau kenapa?” minri panic melihat jaehee.
                “Aniya.. aku hanya merasa, hatiku aneh.” Jaehee menggelengkan kepalanya pelan. “Yak eonnie… bukankah kau harus melatih kaligrafimu?” jaehee mencoba mengacuhkan hatinya yang tiba-tiba kacau.
                “Aku tak mau jika itu Doojoon.” Minri menggebrak meja. Jihye berjingkat.
                “ya… kau harus professional. Apa kau mau kita tak naik kelas?” Tanya Jaehee bergidik membayangkan mereka tak naik kelas.
                “Andwae!!!!!” Minri menggebrak meja lagi. “issshhh araseo. Aku akan pergi.” Minri beranjak dengan mulut yang mengerucut.
                Jaehee dan jihye hanya bengong melihat minri yang mengalami perubahan drastic setelah mendengar kata tidak naik kelas.
                “Aku juga akan ke lapangan eonnie.” Jihye ikut beranjak. Dan kini tinggallah jaehee sendirian di cafeteria.
                Dalam keheningan Jaehee tiba-tiba mengingat masa middle schoolnya dulu yang menyukai tetangganya. Shin Soohyun, seorang namja yang tak begitu tampan namun mampu membuat Jaehee tak bisa tidur sebelum dia mendengarkan Soohyun menyanyi dengan gitarnya di balkon yang berdekatan dengan kamarnya.
                Pada waktu itu Jaehee bertekad menyatakan perasaanya pada Soohyun dengan mengirim surat yang dimasukkan ke dalam kotak surat depan Rumahnya. Dan entah surat itu terbaca oleh Soohyun atau tidak, karena sehari setelahnya Soohyun dan keluarganya pindah ke Daegu.
                Patah hati tentunya. Dan itulah cinta pertama Jaehee. cinta monyet lebih tepatnya. Karena Jaehee waktu itu diam-diam menyukai soohyun sejak kecil sampai dia kelas 3 middle school.
                Mengingat itu jaehee tertawa sendirian dan menenggak Jus pome kesukaannya. Dia kemudian beranjak meninggalkan cafeteria dan berjalan menuju ruang latihannya bersama Himchan.
                “Any_” Jaehee tak melanjutkan sapaannya ketika dia melihat Himchan memainkan Jjanggunya dengan penuh perasaan. Perlahan Jaehee berjalan mendekati himchan yang kini menutup mata sembari memainkan Jjanggunya. Dan duduk menopang kepalanya menatap Himchan.
                Bayangan Soohyun memainkan gitar pun terlintas di mata Jaehee. raut wajah Jaehee yang awalnya tersenyum itu pun perlahan memudar. Kosong. Tatapan Jaehee kosong meskipun dia menatap Himchan.
                Himchan telah selesai memainkan Jjanggu nya dan membuka matanya perlahan.
                “Ukkk…” betapa terkejutnya dia dan sedikit tersentak kebelakang ketika mendapati jaehee sudah duduk manis berada di depannya dan menatap ke arahnya. “Sejak kapan dia masuk?” Himchan menggaruk kepalanya yang tidak gatal namun kemudian dia tersenyum. “Eyy… kau terpukau dengan permainanku kan Jaehee-ya?”
                Diam. Jaehee hanya terdiam. Tatapan matanya kosong. Himchan melambaikan tangannya di depan jaehee, namun mata Jaehee tak mengalami akomodasi.
                CTAKKKKKK!!!!
                “YAAAAAA!!!!” Jaehee berteriak kesakitan memegangi keningnya ketika di kejutkan himchan dengan memukul keningnya menggunakan stik Jjanggu. “Yaa neo nappeun!.” Jaehee meringis kesakitan. “Appo….”
                “Siapa suruh kau melamun?”
                “Apa urusannya denganmu? Itu kan Hakku.” Jaehee bangkit berdiri dari hadapan Himchan.
                “Apa kau melamunkanku?” Himchan mengikuti Jaehee berdiri dan mendekatinya.
                “Mwo???” jaehee menoleh kea rah Himchan tak percaya dengan pertanyaan Himchan. “Chh… jangan bercanda! mana mungkin aku melamunkan sunbae.” Jaehee mencibir Himchan kemudian mengambil pemukul tamburnya.
                “Bukan aku???? Terus siapa???” Himchan tiba-tiba merasakan sebal di hatinya.
                “Rahasia dong!” jawab jaehee tak peduli dan memukul-mukul tamburnya pelan.
                Mulut Himchan langsung mengerucut bak anus ayam di tiup Doong doong.
                “Ehh… sunbae…. Apa sunbae bisa main gitar?” Tanya jaehee tiba-tiba menghadap himchan.
                “Gitar? Bisa, memangnya kenapa?” Himchan tak mengerti arah pertanyaan Jaehee.
                “Jinja???” Jaehee membelalakkan matanya. “Sunbae…. Mainkan untukku ne… jebal…. Ye…?” Jaehee mencoba merayu himchan dengan aegyo gagal total.
                Himchan malah bergidik ngeri. “Shireo!!!” jawab Himchan ketus. Seketika raut muka Jaehee menjadi masam.
                “Araseo.” Jaehee memukul-mukul tamburnya dengan lesu sembari menahan sebal karena himchan tak mau memainkan gitar untuknya.
                “Yaa… yang serius. Pertunjukan seminggu lagi!”
                Jaehee hanya melirik sekilas dan tak menghiraukan himchan.
                “Kita tidak mempertunjukkan Gitar, kenapa kau memintaku untuk itu?” Himchan tak enak hati juga melihat jaehee yang cemberut. Setidaknya dia ingin tau alas an dari jaehee.
                “Aku rindu seseorang.” Jaehee menghentikan kegiatannya yang memukuli tambur dan berkata pelan.
                Himchan langsung terkejut mendengar pernyataan jaehee yang hampir tak terdengar.
                SREEETTTTT….
                Jaehee langsung berbalik dan memeluk Himchan erat. Himchan semakin terkejut dan hanya terdiam. Senang. Tentu saja. Himchan menunggu hal ini.
                “Hiks… hiks…” Dan jaehee malah terisak di pelukan Himchan.
                Himchan semakin bingung. Tak mengerti. Kenapa Jaehee begitu agresif? Bukankah biasanya dia yang agresif? Kenapa dia menangis? Himchan terus saja bertanya-tanya dalam hati. Perlahan tangan Himchan terangkat dan menyambut pelukan jaehee.
                “Aku merindukannya…. Hiks…” jaehee terisak. Senyum himchan pun pudar menyadari jaehee merindukan orang lain dan bukan dirinya. Perlahan Himchan membelai rambut kuncir kuda jaehee.
                “Ahhh mian sunbae…. Aku terbawa emosi.” Jaehee seolah tersadar dan melepaskan pelukannya dan beranjak pergi keluar dari ruangan itu.
                Entah mengapa Himchan merasa hatinya baru saja di jatuhi gundukan batu berton-ton beratnya. Sesak. Himchan tak bisa berkata dan hanya terdiam. Dia menyadari cintanya hanya sepihak. Jaehee menyukai orang lain.
                ===

                Yura berjalan menyusuri koridor mencari sosok jaehee, ada sesuatu yang ingin dia katakan. Dari raut wajahnya Nampak sebuah kegelisahan yang teramat sangat. Kepalanya terus menoleh ke sana ke mari. Dia sedikit berlari.
                Namun ketika itu juga, dia berpapasan dengan Daehyun. Yura bertingkah seolah tak melihat Daehyun.…
                SRETTTT!!!
                Yura berhenti berjalan ketika tangan kirinya merasa dicengkeram dan ditahan seseorang.
                “Kenapa kau terus mengacuhkanku?”
                DEG
                Yura tak bergeming.
                “Yaa Park Yura!” Daehyun geregetan karena Yura hanya terdiam.
                “Bukankah itu yang sunbae mau? Sunbae ingin aku enyah dari hadapan sunbae bukan?” Yura melirik Daehyun sesaat. “lepaskan tanganku!” Yura berusaha melepaskan tangannya yang di cengkeram daehyun kuat.
                GREB!!!!
                Tanpa Yura duga sebelumnya, kini Daehyun menariknya dan memeluknya dari belakang. Shock! Tentu saja. Yura hanya mampu melongo tak sadar. Jantungnya berdegub sangat kencang. Matanya membelalak lebih lebar dari biasanya.
                “Mianhae Park Yura!” Daehyun setengah berbisik. Yura masih dalam fase tak sadar antara harus percaya atau tidak.
                “Maafkan aku!” sekali lagi Daehyun memohon lirih di telinga Yura.
                Koridor tidak sepi, banyak anak berlalu lalang. Dan tentunya mereka juga sangat terkejut melihat pemandangan di depan mata mereka. Tidak. Daehyun tak peduli lagi dengan tatapan mereka. Daehyun tak merasa risih lagi jika bersama Yura. Daehyun benar-benar merasa dirinya sudah di ambang ketidakwarasan.
                “Mianhae… mianhae… mianhae…” Daehyun membisikkan kata itu berkali-kali.
                “Hiks… Hiks…” Yura malah terisak dan membuat Daehyun semakin mengeratkan pelukannya.
                “Maafkan aku Park Yura. Aku begitu egois yang telah mengacuhkan hatimu.” Mendengar penuturan daehyun Yura malah semakin menangis.
                “Aku menyukaimu Park Yura. Sangat menyukaimu.” Daehyun semakin mengeratkan pelukannya seolah tak ingin Yura melepaskan dekapannya. “Jangan acuhkan aku lagi. Aku sakit jika kau seperti itu.” Daehyun setengah berbisik.
                “Kau berbohong Jung Daehyun. Kau berbohong. Kau tak pernah menyukaiku. Kau muak denganku. Kan?” akhirnya Yura mengeluarkan kalimat di sela tangisnya. “Sudah cukup kau mempermalukanku.”
                “Aku benar-benar tak berbohong Park Yura.” Daehyun melepaskan pelukannya dan membalikkan tubuh Yura untuk menghadapnya. “Aku tak berbohong! Tatap mataku!” Daehyun mengguncangkan pundak Yura agar dia mau menatapnya.
                “Aku yang bodoh dan tak menyadari perasaanku!” Daehyun masih berusaha meyakinkan Yura.
                “Terus apa artinya Hana bagimu? Eoh???” Yura mampu menghentikan tangisnya dan sedikit berteriak kea rah daehyun.
                Daehyun terkejut sebelum akhirnya tertawa.
                “Kenapa kau tertawa? Sudah kuduga! Ini semua bohong!” Yura terisak lagi dan berusaha mendorong daehyun agar enyah.
                “Aigooo… Hana? Jung Hana. Dia sepupuku Park Yura. Kau cemburu dengannya?”
                “Huwaaaaa kau jahat Jung Daehyun!” Yura tak mampu menahan tangisnya dan kemudian meledak.
              “Yaa… Uljima! Aku tak kan membuatmu menangis lagi. Aku benar-benar menyukaimu. Jangan abaikan aku lagi aro?” Daehyun mengusap pelan pipi Yura.
                “kau takkan membuatku menangis lagi? yag sokhae?!”
                “Yag so!” Daehyun mengecup jempol tangannya dan mengacungkan ke atas tanda dia menyetujui janji itu.
                Mendengar itu Yura langsung menghambur ke pelukan Daehyun dan di sambut riuh teman-teman mereka. Dan akhirnya satu masalah selesai.
                Di seberang koridor jaehee sedang berjalan menuju belakang sekolah, dia sedikit melirik kerumunan yang terjadi di koridor seberang. Namun dia tak mengetahui jika daehyun dan yura yang menjadi tontonan di sana.
                Sesaat matanya bertabrakan dengan tatapan seseorang yang ada di depannya.
                DEG!
                Jantung jaehee berhenti berdetak. Darahnya seolah berhenti mengalir.
                “Park jaehee…” sebuah suara yang lama tidak dia dengar. Sebuah suara yang setiap malam menghantui tidurnya. Suara yang menjadi candu baginya. Suara yang begitu dia rindukan. Mereka hanya saling bertatap dan berkutat dengan pikiran masing-masing.
                “Soohyun Oppa… kau kah itu?” Jaehee bertanya kemudian setelah mendapatkan kesadarannya kembali.
                ===

                “Hup…”
                Blakkk
                “Hup..”
                Blak…
                Yongguk terlihat tengah berlatih taekwondo di sudut sekolah. Keringatnya mengucur membuat pakaian putih itu terlihat basah.
                “Hhh…hhh…” nafasnya terengah-engah. Dan dia memutuskan untuk berbaring di lantai. Tangannya telentang. Matanya menutup mencoba menghalau semua yang kini tengah berkecamuk di hatinya.
                “Kau lebih beruntung dari pada aku.” Sebuah suara serak nan basah mengejutkan Yongguk. Yongguk menoleh kea rah suara yang ternyata Chanie tengah berjalan kearahnya sambil membawa sebotol air mineral.
                “Minumlah!” Himchan duduk di samping yongguk dan menyerahkan botol air itu pada Yongguk.
                “Gomawo!” Yongguk duduk kembali dan menerima botol itu.
                “Setidaknya dia menyukaimu.” Himchan memainkan tangannya di atas lantai.
                “Itu tak semudah yang kau bayangkan Chan-ah.” Ucap Yongguk setelah menenggak air itu.
                “Tak mudah karena kau begitu gengsi dengan dirimu sendiri.” Himchan mencibir.
                Yongguk hanya terdiam mendengar penuturan Himchan. ya dia mengakui perkataan Himchan itu benar.
                “Setidaknya kau tak seperti diriku.” Himchan menarik nafas panjang dan menatap langit-langit ruangan itu.
                Yongguk hanya menatap Himchan tak mengerti.
                “Jaehee?” Yongguk menyebutkan sebuah nama yang membuat himchan tersenyum mendengarnya.
                “Kau tau kan? Aku ini presiden sekolah yang tampan? Ahhh…” Himchan bertanya kepada Yongguk setengah menggerutu.
                “Chh…” Yongguk tertawa pelan mendengar kepercayaan diri Himchan. “Aku rasa melihat raut mukamu yang seperti itu, membuat persepsi itu salah.” Yongguk tertawa.
                Himchan melihat Yongguk pun ikut tertawa.
                “Jaehee menyukai pria lain kau tau? Ini lebih menyakitkan darimu.” Himchan kemudian terdiam.
                “Aku tak tau harus bagaimana? Minri berkata akan melupakanku. Padahal aku belum mengakuinya.” Yongguk mendesah. “Yaa… apakah aku ini memang bodoh?” tanyanya kemudian.
                “Eoh… sangat bodoh.” Himchan mengangguk mantap.H-3 menjelang turnamen. Apa kau mau gagal?”
                “Apa maksudmu?” Yongguk tak mengerti.
                “Kulihat semangatmu menurun. Mungkin setelah kau mengakuinya, kau akan lebih baik dan mendapatkan semangat baru.” Himchan menepuk pundak Yongguk pelan.
                “kau sendiri?”
                “Naega?” Himchan menunjuk dirinya sendiri. “molla, jika pun aku gagal setidaknya aku tidak begitu memalukan karena aku hanya menjadi penghibur pada acara pembukaan. Kau tau? Ini sangat berat jika kau harus sepanggung dengan orang yang kau sukai dan nyatanya dia tidak menyukaimu. Seolah kau mengacungkan sebuah belati di depan sebuah luka menganga di hatimu. Menggelikan bukan?”
                “Uljima!” Yongguk menyikut himchan yang matanya mulai mendung.
                “Yaa… aku tak menangis.” Himchan mengelak.
                “araseo, kau kelilipan.” Yongguk terkekeh pelan.
                “Tapi mungkin aku tak akan berhenti sampai di sini.” Himchan menatap Yongguk yakin.
                “maksudmu?” Yongguk tak mengerti.
                ===

TBC