WHITE LOTUS 1
Author : Yonggyu90
Main Cast : Cha Sunwoo (Baro)B1A4 , Yoo Jiae & Choi
Minki (Ren) NU’EST
Length : Continuous
Genre : Love Youth
Rate : 13+
Disclaimer : This story is mine. No Plagiarism.
Notes : cerita ini asli milik saya, maaf untuk
banyaknya kesalahan dalam penulisan atau pun bahasa yan di gunakan.
Terinspirasi setelah mendengarkan lagu Yoo Jiae dan beberapa lagu B1A4. Saya
adalah penggemar berat JiRo (Jiae-Baro) Couple, kenapa mengambil cast ke 3 si
Ren? Karena saya menemukan shipper di tumblr dan Youtube dengan pasangan RenJi
(Ren-Jiae) couple. Kyaaaa dua couple ini sangat imut >.<
Chapter 1
Jiae
terus saja mengayunkan kakinya ketika duduk di sebuah halte menunggu busway.
Sesekali dia menoleh ke arah kiri seperti tengah menunggu seseorang. Wajahnya
berubah kusut kemudian setelah sebuah busway berhenti di depannya. Dengan berat
hati Jiae berdiri dan berjalan menuju pintu busway yang terbuka. Sekali lagi
dia menoleh ke arah kiri sebelum masuk ke dalam busway.
“Noona!!!”
seorang memanggil Jiae. Merasa mendengar suara yang familiar baginya, Jiae
menoleh ke arah suara tersebut. Seorang pria mengenakan seragam sekolah menengah
atas seperti dirinya, berambut pirang dan berwajah cantik tersenyum dan
melambai ke arahnya dari bangku busway di belelakang.
“Eoh…
Minki-ya???” Jiae sedikit terkejut namun kemudian tersenyum dan berjalan duduk
di bangku kosong di samping Minki.
“Eoh…
ini Minki.” Minki tersenyum.
“Tumben
sekali naik busway?” Jiae menyelidik.
“Aku
ingin pulang bersama Noona.” Minki menjawab tak acuh dan mengambil sesuatu dari
dalam tasnya.
“Ukkk!
Pulang bersamaku?” Jiae terkejut.
“Eoh,
ini untuk noona.” Minki menyerahkan sebuah buku putih dengan sampul
bergambarkan bunga sakura yang masih tersegel dengan dibubuhi ikatan pita
berwarna pink.
“Apa
ini?” Jiae menerimanya dan menoleh ke arah Minki tak mengerti.
Minki
hanya tersenyum dan menggendikkan bahu. Jiae kemudian mengerucutkan bibirnya
karena sebal.
“Wuahhh…
Sakura No Hana???” Jiae membelalakkan
matanya ketika menarik pita pink itu dan terlihat judul buku tersebut tak
percaya.
“Aku
tau noona suka membaca. Dan aku tau noona mencari buku ini ke mana-mana.
Kemarin… Appa ke Jepang, aku memintanya untuk membelikan buku ini.”
“Ren-ah…”
Jiae menatap Minki tak tau harus berkata apa.
“Ishh…
aku lebih suka noona memanggilku Minki.” Ren merajuk. “Itu untukmu noona.”
Minki tersenyum dan mengedipkan sebelah matanya.
“Gomawoseo
Minki-ya….” Jiae menatap Minki senang “tapi….
Ini berbahasa Jepang. Aku tak begitu lancar membaca Hiragana.” Jiae terlihat
sedih.
“Hey…
kau melupakanku??” Minki tersenyum misterius kemudian mengambil sesuatu dari
dalam tasnya. “Cha… ini terjemahannya. Appa membelikan dua, yang satu aku baca
dan sudah aku terjemahkan. Dan ini yang satu untukmu.” Minki memberikan sebuah
print out yang telah di jilid kepada Jiae.
“Minki…
Choi Minki… kenapa kau baik sekali… nan jeongmal Gomawoyo. Mian… aku tak bisa
memberimu apa-apa..” Jiae merunduk tersirat kesedihan di wajahnya.
“Aigooo…
noona, bukankah aku pernah berkata padamu? Aku hanya ingin melihat noona
tersenyum itu saja. Tidak sedih seperti ini. aku tak minta apapun selain ini”
Minki mendengus kesal sembari menarik kedua pipi Jiae.
“Yaakkk
appoyo…!” jiae meringis kesakitan sedangkan Minki hanya tertawa gemas.
Sedetik
kemudian mereka hanya terdiam. Jiae terlihat sangat cemas dan seperti menunggu
sesuatu. Berulang kali dia melihat ponselnya. Minki yang melihat hal itu
tiba-tiba merasa kesal.
“Baro?”
Minki bertanya yang dia sudah tau jawabannya.
“Dia
berjanji akan menjemputku, satu jam aku menunggunya di halte… tapi dia tak
kunjung datang. Bahkan dia tidak memberitahuku.” Jiae terlihat sedih.
Minki
terlihat semakin kesal.
“Lupakan
Baro ketika noona bersamaku. Karena aku tak mau noona menangis lagi karenanya.”
Minki berkata pelan hampir tak terdengar sambil menatap keluar jendela. Jiae
yang hanya mendengar samar-samar menoleh kea rah Minki sesaat dan kemudian
menatap lurus ke depan. Terdiam.
===
“Baro…
bagaimana hubunganmu dengan Jiae sekarang?” Tanya Jinyoung teman sekampus
Sunwoo ketika mereka tengah bergurau di kantin dengan teman-teman yang lain.
“Astaga!!!”
Sunwoo tersentak dan meremas rambut kepalanya sendiri.
“Yak wae?” Tanya Jinyoung heran melihat Sunwoo
yang tiba-tiba pucat.
“Aku
melupakannya. Jinyoung-ah sampai nanti….” Sunwoo menepuk pundak Jinyoung sambil
berlari pergi. Jinyoung hanya menggelengkan kepalanya gemas melihat tingkah
sahabatnya itu.
Sunwoo
terlihat berlari kencang dan berhenti di sebuah halte. Dia berjongkok dan kedua
tangannya bertumpu pada lutut dengan nafas yang tak teratur.
“Jih…
Aeh…” Sunwoo mengucapkan satu nama dengan terbata-bata di sela nafas beratnya.
Dia mencoba mengedarkan pandangan mencari sosok gadis manis nan lucu itu. namun
dia tidak menemukannya. Perlahan dia menarik tangan kirinya yang tengah
terpasang sebuah jam tangan digital hitam.
“Sudah
dua jam berlalu ternyata.” Sunwoo masih berusaha mengatur nafasnya dan mencoba
berdiri tegak menatap lurus kedepan.
Sunwoo
berjalan kea rah bangku halte dan duduk bersandar di sana. Dia teringat
bagaimana dia pertama kalinya bertemu Jiae hingga akhirnya dia menginginkan
Jiae menjadi kekasihnya.
Waktu
itu hujan telah turun rintik-rintik. Sunwoo yang pulang dari kuliahnya berlari
di tengah guyuran hujan tipis dan berteduh di sebuah halte yang sepi. Dia
menepuk-nepuk tubuhnya berusaha mengeringkan pakaiannya yang sedikit basah oleh
rintik hujan.
Tanpa
sengaja dia melihat seorang gadis yang sangat manis tengah duduk di bangku
halte dengan membaca buku. Rambut hitam gadis itu terkuncir rapi dengan
menyisakan sedikit geraian di kening tanpa poni. Gadis itu masih mengenakan
seragam sekolah menengah atas dan terlihat sangat imut. Dengan perlahan Sunwoo
berjalan mendekati gadis itu dan duduk di sebelahnya.
Gadis
itu masih saja berkonsentrasi pada bukunya dan tak menyadari ada orang yang
duduk di sampingnya. Sunwoo sesekali mencuri-curi pandang kea rah gadis itu.
dadanya bergemuruh begitu hebatnya ketika dia berada di dekat gadis itu dan
mendengar desah nafas gadis itu.
‘Manis’
batin Sunwoo. Sekilas dia melirik sampul buku yang di baca gadis itu.
‘Gone
With The Wind’ Sunwoo membaca judul yang tertera di sampul itu kemudian melirik
kembali kearah gadis yang terlihat manis dan imut itu. Sunwoo sangat tau itu
adalah Novel fenomenal Margaret Mitchell pada 1936. Margaret Mitchell adalah
penulis yang hebat, namun dia hanya membuat sebuah novel selama hidupnya.
Sunwoo tak habis pikir, kenapa penulis sehebat itu hanya membuat sebuah karya
fenomenal dan tak mau menulis lagi setelahnya. Kemudian dia teringat sebuah
kutipan dari novel tersebut.
“Dia
merasa dirinya adalah Alien di antara yang lain, sebagai alien dan sendirian
seperti berasal dari dunia lain. Berbicara dengan bahasa yang mereka tak
mengerti dan dia tak mengerti mereka.” Sunwoo yang menatap jalanan yang
digenangi hujan tiba-tiba membuka suara dan membuat gadis itu terkejut
menatapnya. Itu adalah kutipan dari novel itu yang menggambarkan betapa
tersiksanya hidup di tengah-tengah orang yang tak pernah peduli dan mengerti.
Merasa
mendapat respon dari gadis itu Sunwoo menoleh kearah gadis itu dan tersenyum.
“Gone
With The Wind halaman 607.” Sunwoo membuka suara lagi. Sunwoo sangat hapal
betul isi dalam buku itu bahkan di halaman berapa kutipan itu di ambil.
“Dengannya
dan dengan orang-orang yang baik dia membuat
sebagian besar dunianya merasa sesuatu yang tak bak bisa dimengerti.”
Jiae melanjutkan kutipan yang diucapkan sunwoo dengan tersenyum menatap sunwoo yang
membuat hati Sunwoo semakin berdegub tak beraturan.
“Cha
Sunwoo.” Sunwoo mengulurkan tangannya.
Dengan
senyum yang semakin merekah, Jiae menutup novelnya dan menyambut uluran tangan
sunwoo untuk berjabat tangan.
“Yoo
Jiae.” Gadis itu mengucapkan namanya dengan suara khasnya yang begitu lembut.
Seperti
enggan melepaskan tangan, mereka hanya saling terdiam dan saling tersenyum.
Akhirnya tangan itu pun terlepas dan mereka berbalik mengahadap jalan dan
tersenyum. Hanya mereka yang mengerti perasaan mereka saat ini.
Itulah
awal pertemuan mereka yang tak mungkin pernah dilupakan oleh Sunwoo maupun
Jiae. Sejak saat itu, Sunwoo sering menunggu Jiae di halte untuk pulang
bersama. Tak jarang mereka pergi untuk sekedar menonton atau bermain di taman.
Bahkan kakak semata wayang Jiae, Yoo Jaehee pun mengenal Sunwoo dengan baik.
Sampai
suatu hari semua terjadi begitu saja tanpa terfikirkan di antara mereka. Hari
itu Sunwoo yang telah menyelesaikan kuliahnya berjalan kea rah Halte di mana
dia biasa bertemu dengan Jiae untuk pulang bersama.
Senyum
yang merekah di bibir Sunwoo selama perjalanan pun hilang seketika ketika
melihat seorang pria cantik dengan rambut blonde terkuncir tengah duduk
bercanda dengan Jiae. Dengan sedikit kesal Sunwoo berjalan menghampiri Jiae dan
memasang senyum yang tadi sempat hilang dari bibirnya.
“Jiae-ya…”
Sunwoo berdiri di depan Jiae yang tengah duduk bersama pria cantik itu. Jiae
dan pria cantik itupun mendongak kea rah Sunwoo.
“Eoh…
Sonwoo oppa?” dengan suara lembut dan senyum khasnya Jiae menyapa Sunwoo. Namun
pria cantik itu terlihat sedikit tidak menyukai situasi ini.
“Sudah
lama menunggu?” Tanya Sunwoo kemudian.
“Uhm….
Lumayan.” Jiae tertawa. Ya inilah Jiae. Jiae tak pernah marah sedikit pun
meskipun Sunwoo terlambat setengah atau satu jam lebih. Jiae lebih memilih
menunggunya. Dua jam. Dia akan menunggu sampai dua jam dan dia akan benar-benar
pergi.
“Mian…”
ucap Sunwoo menatap Jiae penuh harap.
“Ne…
gwaenchanna Sunwoo oppa.” Jiae masih setia dengan senyum manisnya yang tak
pernah pudar dari bibirnya.
Mata
sunwoo sekilas menatap pria cantik yang kini terlihat tidak bersahabat dan
memainkan ponselnya. Melihat Sunwoo menatap pria cantik itu Jiae berdehem dan
membuat Sunwoo dan pria cantik itu menatap kearah Jiae.
“Ahh…
aku sampai lupa. Perkenalkan oppa… dia Choi Minki hobae tingkat pertama. Dan
sangat baik padaku.” Sunwoo menatap Minki yang Jiae sebutkan tadi. “Minki-ya…
ini Cha Sunwoo.” Jiae tersenyum kea rah minki.
Minki
dan Sunwoo hanya saling tatap tanpa berjabat tangan dan menyapa. Jiae merasakan
ada keanehan dengan kedua pria tersebut.
“Baro!”
Sunwoo mengulurkan tangan kemudian dan mengucapkan nama panggilannya.
“Ren!”
Minki membalas uluran tangan Sunwoo dengan tatapan yang begitu dingin.
Sunwoo
begitu terkejut mendapati sikap Minki. Dia memang berkata datar tapi tidak
sedingin Minki menatapnya.
TINNNNNNNN….
Sebuah
suara klakson mobil terdengar tepat di depan halte. Mereka bertiga terkejut dan
menatap kea rah mobil itu.
“Ahh…
noona… sepertinya aku harus pergi lebih dulu.” Ucap Minki kemudian dengan senyum
hangat kearah Jiae seraya berdiri dan merapikan tas punggungnya. Melihat hal
itu Sunwoo merasa tak suka dan sedikit sebal.
“Uhhh…
ne..” Jiae membalas senyum Minki dengan senyum yang sangat manis.
Sebelum
pergi mata Minki bertatapan dengan mata Sunwoo. Dingin.
“Minki-ya…
hati-hati…!” Jiae berteriak ketika Minki telah membuka pintu mobil dan hendak
memasukinya. Minki menoleh dan melemparkan senyum kearah Jiae tanpa
menghiraukan Sunwoo. Jiae melambaikan tangannya sampai mobil Minki berlalu
pergi tak terlihat.
“Ehm…!”
Sunwoo berdehem membuat Jiae menghentikan aksinya dan menatap heran ke arahnya.
“Jangan
lakukan hal itu selain kepadaku.” Sunwoo terlihat sebal.
“Ne???”
Jiae tak mengerti dengan perkataan Sunwoo.
“Aku
menyukaimu Jiae-ya.” Sunwoo duduk berjongkok di depan Jiae yang duduk di bangku
Halte. Perlahan Sunwoo menggapai tangan Jiae dan menggenggamnya. Jiae masih
menatap Sunwoo bingung. Sunwoo sendiri tak sadar menyatakan hal ini pada Jiae.
“Aku
benar-benar menyukaimu.” Jiae menatap mata Sunwoo lekat mencari kebenaran dari
ucapan Sunwoo.
Sunwoo
membalas tatapan Jiae penuh keyakinan.
“Oppa!!!”
Jiae menghambur memeluk Sunwoo yang berjongkok di depannya. “Aku juga
menyukaimu.” Ucap Jiae lirih seolah berbisik di telinga Sunwoo.
Sunwoo
berjalan pelan menuju rumahnya setelah mengantarkan Jiae pulang. Dia terlihat
merenung.
‘Salahkah
aku mengatakan itu kepadanya? Apa aku secepat itu mengambil keputusan? Aku
benar menyukainya, bahkan aku tadi sangat yakin dengan apa yang aku rasakan dan
aku ungkapkan padanya. Tapi kenapa perasaanku kini seperti ini? aku merasa aku…
Jiae-ya… kenapa aku jadi seperti ini?’ Sunwoo terus bertanya dalam hati. Dia
yang semula begitu yakin dengan perasaannya tiba-tiba merasakan keraguan dalam
hatinya. Dia memang menyukai Jiae bahkan sangat suka. Tapi entah kenapa setelah
perasaan itu terungkap Sunwoo merasa hatinya begitu gundah.
Berbeda
dengan Jiae yang semakin tulus menunjukkan perasaannya pada Sunwoo hingga saat
ini, tiga bulan setelah Sunwoo mengungkapkan perasaannya.
===
‘Jiae-ya
Mianhe… aku akan datang nanti. aku menyayangimu.’
Sebuah
pesan singkat terkirim di ponsel Jiae. Minki yang berada di samping Jiae tau
pasti itu pesan dari siapa ketika mendapati mimic Jiae yang berubah jadi cerah
setelah membaca pesan di ponselnya.
‘Taukah
noona aku begitu menyayangimu, aku begitu menyukaimu.’ Batin Minki dan menatap
pilu Jiae yang tengah mendekap ponsel di dadanya dengan senyum mengembang.
TBC