Blogger Widgets

Entri Populer

Selasa, 01 Oktober 2013

FF Last Proposal / Kim Himchan - Oneshot

LAST PROPOSAL
Author                  : Yonggyu90
Cast                       : Park Jaehee (OC)
                                  Kim Himchan (B.A.P)
Supporting Cast: Kim Sunggyu (INFINITE)
                                  Park Jiyeon (T-ARA)
Genre                   : Dramatic
Rate                       : 17+
Length                  : Oneshot
Notes                    : cerita yang berasal dari mimpi ku xD maaf kalau gaje dan gak nyambung xD
                                Cerita ini hanya fiktif dan asli berasal dari otak ku, jadinya kalo ada kesamaan tempat, kejadian dan cerita orang. Jujur aku gak tau dan gak bermaksud untuk menyinggung ataupun mengcopy paste cerita.
                                Sekali lagi ini murni dariku. Mohon hargai mimin ne^^ ehh bacanya sambil dengerin Kim Sunggyu – My Heart Is Like a Star (cover) ya :D

---

                KRIIIIIIINGGGG……….
                Suara alarm memekakkan telinga, seorang perempuan terlihat menggeliat meraih alarm itu untuk dimatikannya dan segera duduk. Sejenak dia hanya terdiam di pinggir ranjang tidurnya. Perlahan dia mulai meraih rambutnya dan menggelungnya ke atas seraya beranjak berdiri.
                Dengan telaten dia merapikan tempat tidur itu. sejenak dia melirik jam weker di laci dekat tempat tidurnya yang telah menunjukkan pukul 5.15 am dan beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
                Dia adalah seorang gadis berusia 20 tahun yang harus mampu membuat dirinya menjadi semandiri mungkin. Park Jaehee, seorang gadis keturunan bangsawan yang harus rela melepaskan hidupnya demi kedua orangtuanya.
                Dia tak pernah mengeluh. Dia mengusap kaca yang berada di dalam kamar mandi untuk menatap wajahnya yang ingin menggosok giginya pagi itu.
“Park jaehee…” gadis itu bergumam memanggil gadis dalampantulan kaca itu lirih. Meskipun kehidupan barunya sangat berat tak pernah seikit pun dia berniat menyerah. Dengan segera dia menggosok gigi. Dan tak berapa lama dia telah keluar dari kamar mandi dan berganti pakaian. Tanpa merias diri dan hanya memakai pakaian sederhana yang lugu dia berjalan menuju dapur.
                Ya, dia berniat memasak. Dengan cekatan dia memakai celemek dan mengeluarkan bahan-bahan makanan dari dalam kulkas. Dia terlihat begitu serius menjalani aktifitasnya. Tak pernah sedikitpun tersirat rasa bosan di benaknya. Awalnya memang sangat berat, namun pada akhirnya dia menikmati setiap kegiatan yang dia lakukan.
                “Ahh… sudah selesai.” Jaehee terlihat lega setelah dia menyelesaikan tugasnya dan mengembangkan senyumnya. Sejenak dia melirik jam dinding yang menunjukkan pukul  6.40 pagi. Jaehee melepas celemeknya melipatnya kembali untuk di masukkan ke dalam laci dapur dan langsung beranjak ke sebuah kamar yang berada di depan kamarnya. Bisa di bayangkan letak kamar itu berhadapan. Dan ternyata tugasnya belum berakhir.
               
Tok… tok… tok…
                Jaehee mengetuk pintu perlahan. Lima menit dia menunggu di depan pintu, akhirnya dia memutar kenop pintu dan membukanya. Jaehee melangkahkan kakinya mendekati sebuah tempat tidur yang di sana ada seorang pria yang tengah tertidur pulas.
                “Oppa, Ireona… sudah siang. Tidakkah kau pergi ke kantor hari ini?” Jaehee menepuk pundak pria yang tengah tertidur pulas di sana.
                “Hmm…” pria itu hanya bergumam. Kemudian dia perlahan membuka mtanya dan terbangun.
                Melihat pria itu sudah terbangun, jaehee berjalan ke kamar mandi yang berada di kamar itu. tak berapa lama dia kembali pada pria yang masih terduduk menahan kantuk.
                “Air hangatnya sudah ku siapkan, mandilah.” Jaehee berucap seraya membuka almari pakaian di salah satu sudut kamar itu.
                Satu tahun yang lalu sebelum semua terjadi. Jaehee adalah seorang putri keturunan bangsawan.  System pingit yang masih berlaku bagi keturunan bangsawan di Korea membuatnya begitu terasing dengan dunia luar. Dan karena itulah, dia sama sekali tak pernah menginjakkan kakinya keluar dari kediamannya. Bahkan sekolah pun dia harus mengikuti system home schooling untuk menjaga tradisi keluarga dan adat yang begitu kolot.
                Sampai suatu hari datanglah seorang pelayan baru, dia mempunyai seorang putra sedikit lebih tua dari Jaehee. Karena terbiasa dan sering bertemu, Jaehee yang awalnya tak mengenal apa pun kini mulai merasakan ada sesuatu yang aneh di hatinya terhadap anak pelayan itu. Kim Sunggyu, pria itu pun merasakan hal yang sama pada Jaehee.
                Dengan sembunyi-sembunyi Jaehee yang polos mulai berani menunjukkan ketertarikan dengan Sunggyu. Namun bangsawan tetaplah bangsawan dan rakyat jelata tetaplah rakyat jelata yang tak boleh saling bergaul.
                “Oppa… bagaimana kau bisa masuk kamarku?” Jaehee kala itu terkejut mendapati Sunggyu sudah berada di dalam kamarnya pada tengah malam.
                “Hussttt….” Sunggyu memberikan isyarat pada Jaehee agar tidak menimbulkan kegaduhan sembari mendekatinya.
                “Waegurae?” Jaehee memelankan suaranya.
                “Apa kau benar-benar mencintaiku park Jaehee?” Tanya Sunggyu tiba-tiba.
                “Kenapa Oppa bertanya seperti itu?” Jaehee semakin tak mengerti dengan Sunggyu.
                “jawab aku Park jaehee!” Sunggyu memegang pundak jaehee penuh harap.
                “Tentu saja aku menyayangimu. Sangat menyayangimu.”
                BRUGHH!!
                Dengan tiba-tiba Sunggyu menarik Jaehee dalam pelukannya. Erat. Pelukan itu sangat erat.
                “Oppa… apa yang kau lakukan?” jaehee tak mengerti kenapa Sunggyu seperti itu.
                “Jangan tinggalkan aku Park jaehee.” Sunggyu mulai terisak.
                “Kenapa oppa bicara begitu?” Jaehee masih tak mengerti.
                “tetaplah mencintaiku. Tetaplah disisiku apapun yang terjadi Jaehee-ya.”  Sunggyu semakin mengeratkan pelukannya. Lama mereka saling berpelukan.
                “Oppa… kau harus pergi. Akan sangat berbahaya jika appa mengetahuinya.” Jaehee melapaskan pelukan Sunggyu dan mendekap wajah pria yang disayanginya itu dengan kedua tangannya.
                “Baiklah aku akan pergi. Aku mencintaimu.” Ucap Sunggyu sebelum akhirnya melompat keluar jendela. Jaehee hanya mampu menatap kepergian Sunggyu hingga punggung pria itu tak terlihat dalam keremangan malam.
===

                “Besok malam kau akan menikah dengan putra keluarga Kim teman lama Appa. Persiapkan dirimu mulai saat ini.” Tuan Park ayah Jaehee berkata pada Jaehee pagi harinya ketika semua berkumpul di meja makan.
                “Appa….?” Jaehee menatap appanya mencari kebenaran dalam perkataan appanya.
                “Dia pria yang baik dan lebih baik dari putra pelayan Kim.”
                DEGGG!!! Jantung Jaehee serasa berhenti berdetak. Dia tak tau dari mana appanya mengetahui hubungannya dengan Sunggyu.
                “Umma… andwae umma.” Jaehee menoleh ke ummanya yang hanya tertunduk mencoba mencari pembelaan.
                “Appa… aku tak bisa appa.” Jaehee mulai menangis.
                Namun appanya seakan tak peduli dengan tangis Jaehee.
                “Jagiya…” sebuah tangan hangat Ummanya mendekap tangan jaehee. “Percayalah ini yang terbaik untukmu nak.”
                Jaehee terkesiap dan tak percaya dengan penuturan ummanya.
                “Umma… aku tak bisa umma. Aku mencintai kim Sunggyu Umma.” Tangis pilu jaehee.
                “Dulu umma dan appa juga di jodohkan sepertimu. Dan kau lihat, semua baik-baik saja hingga saat ini. dan bahkan umma sangat bahagia.” Kata umma jaehee meyakinkan.
                “Umma…_”
                “Kau menikah dengan Kim Himchan… atau Kim Sunggyu tidak diterima bekerja di mana pun dan ayahnya ku pecat?”
                Jaehee hanya mampu terguguk pilu mendengar pilihan yang diberikan appanya. Dia tak mungkin membiarkan Kim Sunggyu orang yang disayanginya harus menderita sepanjang hidupnya. Akhirnya dia tak mampu menolak dan hanya menangis dan terus menangis. Bayangkan jika dia harus menikah dengan pria yang belum pernah dia temui sebelumnya. Dengan pria yang hanya dia ketahui namanya. Ibu jaehee pun tak mampu menolak keputusan suaminya, karena itulah tradisi.
===

                Sebuah perjodohan di usia Jaehee yang masih 19 tahun kala itu tak mampu lagi dihindari. Pernikahan pun terlaksana, semua berjalan sesuai rencana. Pernikahan itu sah. Akta pernikahan, pencatatan sipil semua sah. Jae pun sah menjadi istri dari putra keluarga Kim. Dan sejak saat itu, dia harus tinggal terpisah dari kedua orang tuanya dan pindah ke apartemen bersama suaminya.
                Dia punya suami, tapi tak memiliki hati dan tubuh suaminya. Dia hanya memiliki status. Ini lebih menyakitkan daripada sebuah pernikahan kontrak. Mereka tidur terpisah kamar meskipun dalam satu atap. Mereka akan saling diam meskipun menonton tv bersama atau makan bersama. Tidak ada yang menarik bagi pernikahan mereka.
                Jaehee, berusaha sebaik mungkin menjadi seorang istri yang sempurna kepada suami sahnya Kim Himchan. Pria yang sudah menjadi suaminya selama satu tahun.
                Setiap hari, Jaehee selalu bangun pagi. Menyiapkan sarapan, menyiapkan air hangat untuk mandi suaminya, membangunkannya, memilihkan baju untuk suaminya. Jaehee rela berdiam diri di rumah dan hanya keluar untuk belanja sayur. Dan semua ini untuk suaminya. Dia pun mulai belajar mencintai suaminya itu meskipun Himchan tak pernah menganggapnya sebagai seorang istri.
                Pagi ini setelah sarapan usai, Himchan berjalan menuju pintu hendak berangkat bekerja seperti biasa. Jaehee membawakan tas Himchan dan memberikannya dengan tersenyum meskipun dia tahu himchan tak pernah melihat senyumnya. Ya.. dia hanya berusaha yang terbaik.
                “Apa kau tidak akan pergi hari ini?” Himchan membuka percakapan kaku sembari memberikan isyarat pada Jaehee untuk merapikan dasinya.
                Dengan sabar Jaehee merapikan dasi Himchan dan menepuk pelan setelah dasi itu tertata rapi.
                “Tidak, aku akan di rumah.” Jawab Jaehee sembari menunduk tak mampu menatap Himchan.
                “Aku pergi.” Himchan berkata kemudian dan pergi begitu saja tanpa memberikan kecupan di kening.
                Jujur, Jaehee sangat ingin diperlakukan menjadi seorang istri bagi Himchan. Hanya sebuah kecupan di kening yang menenangkan, hanya itu saja sebagai bukti himchan menghargai Jaehee itu ada. tapi hal itu hanya menjadi sebuah angan-angan saja bagi jaehee. Sedikit kecewa dan selalu menangis setiap Himchan berangkat bekerja. Namun sepertinya semua itu sia-sia karena Himchan tak mungkin melakukannya.
                Seperti biasanya, setelah Yongguk berangkat. Jaehee membersihkan rumah dengan teliti sehingga setiap Himchan pulang semua sudah tertata rapi dan bersih.
                ===

                “Jaehee ya…” Himchan menubruk tubuh Jaehee yang tengah membukakan pintu. Ya dia mabuk lagi. Setiap malam dia selalu mabuk. Dengan sisa sisa tenaganya Jaehee memapah Himchan menuju kamarnya.
                Karena tak mampu memapah tubuh Himchan yang berat,Jaehee ikut terjatuh di tempat tidur Himchan. Dia menarik nafas panjang sebelum akhirnya dia duduk dan melepas sepatu Himchan. Kemudian dia berjalan kearah almari dan mengambilkan baju ganti untuk suaminya. Dengan cekatan dia mencoba mengganti pakaian Himchan seperti apa yang sering dia lakukan setiap malam. Tentu saja hanya pakaian luar himchan saja.
                Namun kali ini tiba-tiba Himchan menarik tangan Jaehee.
                “Jangan pergi.” Himchan membuka matanya dan berkata kea rah Jaehee.
                Jaehee tau, Himchan sedang benar-benar tak sadar di bawah pengaruh alcohol.
                “Oppa, kau harus ganti baju.” Jaehee mencoba melepaskan genggaman Himchan, namun genggaman itu malah semakin kuat dan menariknya kedalam pelukan Himchan yang tengah terbaring.
                “biarkan seperti ini. Jangan pergi!” Himchan berkata dengan mata tertutup.
                Senang dan tak percaya dengan perkataan Himchan. Namun kemudian dia menangis ketika sadar jika Himchan mengatakannya dalam keadaan tak sadar.
                “Oppa… apa kau mendengarku?” Jaehee yang terisak dalam pelukan Himchan membuka suara parau.
                Namun himchan tak bergeming. Dia bahkan sudah tertidur pulas.
                “Oppa… kau tau, aku mulai mencintaimu. Aku sakit jika ka uterus seperti ini.” jaehee semakin terisak. Lama dia terdiam dalam pelukan himchan. dia nyaman berada di sana. Namun dia sedikit tersentak takut jika Himchan sadar dia pasti akan marah. Dengan perlahan jaehee melepaskan pelukan himchan dan beranjak berdiri menyelimutinya.
                Chup… dengan perlahan jaehee mengecup kening Himchan.
                “Mimpi indah suamiku.” Jaehee tersenyum dan mengusap air matanya kemudian berlalu pergi.
                Jaehee menutup pintu perlahan. Himchan yang sedari tadi matanya terpejam tiba-tiba membuka matanya perlahan menatap kea rah pintu. Dia mabuk. Tapi dia masih sadar. Dia tau dan mendengar apa yang dikatakan jaehee dari awal sampai akhir. Bahkan dia juga sadar dngan apa yang dilakukannya pada jaehee.
===

                Himchan telah berangkat bekerja. Jaehee membersihkan lantai dan sesekali mengusap peluhnya. Kemudian dia teringat sesuatu.
                “Ya Tuhan.” Jaehee menepuk keningnya karena melupakan sesuatu yang sangat penting untuknya. Dengan tergesa-gesa dia berlari kea rah kamarnya dan mengambil kalender meja. Ada satu tanggal di sana dan dia memberinya tanda hati pada tanggal itu.
                “hari ini? ya Tuhan. Kenapa aku bisa melupakannya?” Jaehee menggeram pada dirinya sendiri. Dengan cepat dia menuju dapur dan mengeluarkan semua bahan yang tersisa dan mulai memakai celemeknya untuk mulai memasak.
                Ya, hari ini adalah anniversary pernikahanna yang pertama. Dan parahnya dia telah melupakannya. Dengan senum mengembang dia memasak bermacam-macam makanan untuk di bawa ke kantor suaminya. Dia berniat memberi himchan kejutan. Dia tak peduli dengan reaksi himchan. dia hanya berusaha menjadi istri yang baik. 
                Dengan telaten dia membuat garnish pada masakannya yang telah dimasukkan kedalam kotak bekal. Kemudian dia berlari menuju kamar mengambil kertas origami, gunting dan pensil warna dan kembali lagi ke meja makan.
                Dengan senum yang tak pudar dia mulai menggunting origami itu dengan berbagai bentuk. Ada hati dan bunga-bunga kecil. Kemudian dia menuliskan sesuatu di kertas yang masih kosong. Dia kemudian membacanya dan dia merasa ada yang kurang sehingga dia menggulung kertas itu menjadi bola-bola sampai beberapa kali hingga dia menemukan yang sesuai hatinya.
                “selesai. Aku harus bersiap.” Jaehee kemudian berlari ke kamar berganti pakaian.
                Dan untuk pertama kalinya setelah dia menikah, Jaehee merias dirinya secantik mungkin. Rambut yang biasa dia gelung ke atas kini dia gerai dan memakai bandana bunga merah hati. Baju yang biasanya hanya rok maxi selutut dan atasan cardigan kini dia memakai blouse selutut berlengan di bawah siku dengan warna merah hati yang anggun. Bibirnya yang biasanya terllihat pink tanpa lipstict kini dia mencoba mengoleskan warna peach yang terlihat segar.
                Setelah merasa semua sudah siap, jaehee mengambil tas slempang kecil berwarna Hitam dan sepatu flat hitam dari dalam almari. Dia kemudian mengambil kotak bekal dan beranjak pergi keluar rumah.
                Yaa.. ini untuk pertama kalinya dia pergi ke kantor suaminya. Sebelumnya dia tidak berani dan tak mau ambil resiko. Di dalam busway dia terus saja tersenyum dan sesekali melihat bekal dalam pangkuannya.betapa senangnya dia hari itu.
                Jaehee terlihat kebingungan setelah berada di dalam gedung kantor suaminya. Dia kemudian berjalan kea rah receptionist.
                “Eoseo oseyo, nugureul chajeseoyo? (selamat datang mencari siapa?)” receptionist itu bertanya ramah.
                “Ne, Kim Himchaneraneun hag nampyeoneul mannareo watseumnida? (ya saya datang untuk bertemu suami saya kim himchan)”
                “Eoh… anda istri tuan kim? Silahkan nyonya naik lift ke lantai 12.”
                “Ah geurae, gomapda.” Jaehee tersenyum ramah dngan sedikit membungkuk kemudian berjalan pergi menuju ke lantai 12.
                Setelah keluar dari lift, jaehee terlihat lebih senang dan semakin mengembangkan senyunya. Ya dia begitu takjub melihat perusahan suaminya yang meskipun terbilang perusahaan kecil, tapi cukup sukses.
                Dia melihat papan bertuliskan “CEO” di sebuah pintu. Dengan hati berdebar-debar Jaehee mendaki pintu itu. karena terburu-buru Jaehee tidak memperhatikan Sekertaris di luar ruangan yang berusaha menghentikannya.
                “Nyonya jangan Masuk, Tuan sedang rap_”
                “SURPRISE!!” Jaehee membuka pintu tanpa mengentuk terlebih dulu.
                DEGG!!!!
                Betapa terkejutnya dia melihat apa yang baru saja terjadi di depan matanya. Himchan tengah berpelukan dengan seorang perempuan di dalam ruangan itu. ya mereka salin berpelukan. Dan mungkin sebelum jaehee datang himchan juga melakukan yang lebih dari itu.
                Karena merasa terkejut. himchan dan perempuan itu buru-buru melepaskan pelukannya.
                “Jaehee?” himchan memanggil jaehee tak percaya.
                Bagai di hantam ribuan batu tepat di hatinya, jaehee merasakan aliran darahnya berhenti mengalir. Jantungnya berdegub lebih kencang dan serasa mau meledak. Dan kini dia merasakan wajanya memanas. Tidak… dia tak mau menumpahkan air matanya di sini.
                “Eoh…” jaehee yang semula Shock berusaha mengatur nafasnya dan berkata senormal mungkin.  “mianhae oppa, mianhae…. Aku tak bermaksud mengganggu kalian mianhae.” Jaehee tersenyum dan menutup pintu itu kembali dan segera pergi dari tempat itu dengan menahan sekuat tenaganya agar air matanya tidak jatuh.
                “Ya… Park jaehee!!” Himchan berteriak dan berusaha mengejar jaehee. namun perempuan yang ada bersamanya tadi menarik tangan Himchan mencoba menghalangi.
                “Jangan pergi!” jiyeon gadis yang bersama Himchan memeluk himchan seolah tak ingin Himchan pergi mengejar Jaehee.
                Jaehee kini duduk di halte menahan tangis dan tetap terdiam. Bekal yang tadi dia siapkan untuk himchan diletakkannya di bangku halte. Jaehee pun beranjak berdiri ketika sebuah busway sudah datang dan masuk ke dalamnya. Dia meninggalkan bekal itu di halte.
                Tanpa tujuan. Jaehee hanya duduk dengan tatapan kosong. Dia tak bisa menangis, tapi hatinya terasa sangat sesak. Dia hanya diam dan diam.
                Himchan berlari keluar kantor gedung mencoba mengejar jaehee. namun nihil. Dia tak menemukan Jaehee di mana pun. Dia merogoh ponselnya hendak menghubungi Jaehee.
                “Ahhh Sial!!!” Himchan mendengus kesal ketika dia teringat bahwa jaehee tidak mempunyai ponsel. Kemudian dia terus berlari mencoba mencari Jaehee lagi.
                Kini jaehee turun dari Busway dan berjalan menuju arah sungai Han. Dia kemudian menemukan sebuah bangku kosong dan mendudukinya menghadap sungai Han yang memantulkan siluet senja. Anging yang berhembus semilir membuat rambutnya berterbangan dan beberapa helai menutupi matanya. Jaehee berusaha menyibaknya, namun rambut itu kembali lagi.
                “Kenapa kau membuatku kesal!” jaehee berteriak kesal kepada rambutnya dan menangis. Sejujurnya dia menangis bukan karena rambutnya yang menutupi matanya melainkan karena luka di hatinya. Luka yang tadi sempat ditahannya kini semakin menganga dan menyakitinya.
                “Aku tak mampu lagi Appa!” jaehee terguguk pilu. “Kau tau appa, ini lebih sulit. Aku ingin mati appa aku ingin mati. Aku tak mampu lagi. Sudah cukup aku menderita selama ini.” jaehee terguguk sendiri dalam tangisnya.
===
                “Park jaehee!” himchan memasuki apartemennya dan mencari jaehee. “Jaehee-ya!” dia memeriksa setiap sudut rumah itu. namun hanya sepi yang dia dapatkan. Dia kemudian berjalan menuju meja makan. Betapa terkejutnya dia ketika mendapati tumpukan bola-bola origami dan beberapa sisa makanan di atas meja.
                Dngan perlahan himchan mengambil satu bola origami itu dan membukanya.
                ‘Taraaa…. Happy 1st Anniversary oppa. Hari ini setahun yang lalu kita menikah, tidak ingatkah oppa? Mianhae… aku belum bisa menjadi istri yang baik buatmu, tapi aku berjanji oppa. Aku akan menjadi istri yang baik untukmu. =_=
                ‘Oppa… aku rasa aku mulai menyukaimu. Meskipun ku tau kau tak pernah menyukaiku. Dan bahkan kau membenciku.
                ‘aku ingin mengatakan ini… tapi aku malu >.< aku…’
                Begitulah tulisan dalam kertas itu, tak ada lanjutan kalimatnya. Himchan duduk di kursi meja makan dengan lemas. tenaganya seperti terkuras habis. Seharian dia mencari jaehee ke sana ke mari namun tak menemukannya.
                Ntah kenapa tiba-tiba dia merasa takut. Dia merasa tidak tenang. Dia kemudian menatap arlojinya yang menunjukkan pukul 2 pagi.
                “Park jaehee kau kemana??” himchan menggeram tertahan sembari memijat kepalanya yang serasa mau meledak. Sedetik kemudian dia terhenyak dan berlari keluar apartemen.
                Sedangkan jaehee kini masih duduk termenung di sebuah bangku di tepian sungai Han. Ketika dia merasa sesak, dia akan menangis. Dan ketika sesak itu hilang dia berhenti menangis. Begitu sepanjang malam dia terjaga di tepian sungai Han dan tak sadar jika kini siluet fajar telah terpantul di sungai.
                Jaehee pun memantapkan hatinya. Setelah menimbang semalaman apa yang harus dia lakukan. Dia kemudian beranjak berdiri dan berniat pulang ke rumah.
===
                Dengan lunglai jaehee memasuki apartemennya dan langsung masuk ke dalam kamarnya. Jaehee langsung menuju kearah almarinya dan mengambil sebuah koper berukuran sedang. Dia kemudian memunguti bajunya satu persatu. Dan dimasukkannya ke dalam koper itu.
                Himchan yang yang mendapati pintu apartemennya terbuka dengan terburu-buru masuk.
                “Ya Park jaehee! istri macam apa kau ini pergi begitu saja meninggalkan suamimu sampai pagi.” Himchan mulai mengomel sembari berjalan menuju kamar jaehee.
                “Yaa… apa yang kau lakukan?” Himchan begitu terkejut ketika mendapati jaehee tengah memasuk-masukkan bajunya ke dalam koper.
                “Oppa… maaf jika selama ini aku menyusahkanmu. Aku tau…. Kau sangat terluka hidup denganku. Aku tak pernah menjadi istri yang baik untukmu. Selama ini kita mereka menikah. Tapi kau oppa tak menganggapku sebagai istrimu. Bahkan setiap akhir pekan oppa tak pernah mengajakku keluar rumah. Jangankan untuk menonton atau sekedar berjalan-jalan. Untuk makan bersama di luar saja tak pernah. Aku tau itu oppa, aku sangat tau. Bahkan aku tau bahwa kau mencintai wanita lain di luar sana.” Jaehee menarik nafasnya dalam. Sedangkan Himchan hanya terdiam meresapi perkataan jaehee.
                “Aku tau kau sangat tersiksa sampai setiap malam kau harus pulang mabuk. Aku tak tau apa yang kau lakukan di luar sana. Dan kini… mulai saat ini, aku akan membebaskanmu.” Jaehee tersenyum kecut. “Aku akan pergi dari hidupmu. Jangan khawatir tentang keluarga kita, aku yang akan mengurusnya. Aku akan menemui pengacara dan mungkin surat pengajuan persetujuan perceraian kita  akan datang padamu seminggu lagi.”
                Himchan tak mampu berkata apa-apa. Bibirnya kelu. Lidahnya seolah menghilang. Tenggorokannya terasa tercekik.
                “Aku pergi!” Jaehee mengangkat kopernya dan beranjak pergi. Himchan masih dalam keadaan Shock dengan perkataan jaehee.
                Betapa bodohnya Himchan. jaehee adalah gadis yang sangat patuh dan penyayang. Begitu dia melepaskannya pasti begitu banyak pria yang menginginkannya.
                “Andwae!”
BRAKKK!!! Himchan menarik koper jaehee dan melemparnya. Jaehee terkejut tak percaya dengan apa yang Himchan lakukan.
Koper itu terbuka, baju Jaehee berserakan. Jaehee berjalan memunguti baju itu dan memasukkannya kembali dalam koper. Sabar.
“Aku bilang tidak!” Himchan sedikit berteriak.
Jaehee kembali mengangkat kopernya dan hendak pergi.
BRAKKKK!!! Himchan merebut koper itu dan melemparkannya lagi ke sudut kamar jaehee.
“Ku Mohon oppa, jangan sakiti aku seperti ini. bebaskan aku jika kau kasihan padaku.” Jaehee mulai menangis dan memohon kepada himchan yang kini tertunduk menahan amarah.
Jaehee berbalik dan memtuskan tidak membawa kopernya.
SRETTTT!!!
“Jangan pergi… jebal!” Himchan memeluk Jaehee yang hendak pergi dari belakang.
                Jaehee tertegun tak percaya dengan apa yang himchan lakukan. Perlahan air mata Jaehee pun menetes.
                “Jebal jangan pergi park jaehee! aku bisa mati tanpamu.” Jaehee merasakan pundaknya basah. Dan tak berapa lama himchan terguguk dan semakin mengeratkan pelukannya pada jaehee.
                “Jebal jangan pergi.” Sekali lagi Himchan memohon kepada jaehee. “Aku membutuhkanmu park jaehee, aku tak mampu hidup tanpamu. Aku mencintaimu park jaehee. aku sungguh mencintaimu.”
                Jaehee berbalik dan menatap himchan lebih dalam. Himchan perlahan meraih wajah jaehee dan sedikit menunduk mensejajarkan jaehee dengannya.
                “Demi Tuhan aku mencintaimu park jaehee. jangan tinggalkan aku.” Dengan perlahan himchan mendekati wajah jaehee dan mengecup pelan bibir jaehee kemudian memeluknya lagi semakin erat.
===

                Himchan menggeliatkan tubuhnya ketika dia merasa telah tidur sangat lama. Dengan perlahan senyum mengembang di bibirnya. Namun betapa terkejutna dia ketika dia tersadar tak lagi mendekap jaehee dalam pelukannya.
                Dengan reflek dia terduduk bangun mencoba mengingat. Ya dia tidur memeluk jaehee di kamar jaehee sebelum dia benar-benar terlelap dalam tidurnya. Tapi kemana jaehee kini? Fikirannya terus berkecamuk. Takut. Khawatir.
                Dengan sigap dia menyibakkan selimutnya dan berdiri mencoba mencari jaehee. Koper yang tadi di lemparnya di sudut kamar pun kini sudah tak ada. Himchan semakin takut.
                “jaehee-ya!” Himchan berlari keluar dari kamar jaehee dengan perasaan kalut. “Jaehee-ya!!!” Himchan terus berteriak.
                Dia merasa frustasi dan menjambak rambutnya sendiri takut membayangkan jika jaehee benar-benar pergi.
                “Yak Oppa, waegurae??”
                Himchan sontak terkejut dan menoleh kearah suara.
                “Yakkk… kenapa kau menakutiku!!!” Himchan menghambur kea rah jaehee dan memelukknya erat.
                “menakuti?” jaehee tak mengerti maksud himchan.
                “Aku takut kau benar-benar pergi.” Himchan semakin mengeratkan pelukannya.
                “Ani… aku hanya memasak makan malam untuk kita.” Jaehee tersenyum melihat tingkah suaminya. Ya kini Himchan benar-benar menjadi suaminya setelah pengakuan dan apa yang telah terjadi di antara mereka setelah pengakuan pagi itu. “Apa kau benar-benar mencintaiku?” jaehee ingin memastikan sekali lagi.
                “Apa yang kulakukan padamu tadi pagi masih belum cukup membuktikannya?” himchan melepaskan pelukannya dan menatap jaehee yang kini pipinya merah merona.
                “Aish… sudah! Mandi sana, aku mau lanjutkan memasak.” Jaehee mencubit pinggang Himchan.
                “Awwww…” himchan meringis kesakitan.
                “Yak berlebihan! Aku hanya menyentuhmu!”
                “tapi itu sakit jagiya!”
                Jaehee yang berjalan menuju dapur pun berhenti mendengar perkataan himchan.
                “Kau bilang apa oppa?” jaehee menoleh kea rah Himchan ingin mendengarkan kembali apa yang himchan katakan.
                “Yang mana?” Himchan tampak Bingung.
                “Yang tadi.”
                “yang mana? Sakit?”
                “Bukan!”
                “jagiya?”
                “Katakan sekali lagi!”
                “Jagiya!”
                “Aku mau dengar sekali lagi!”
                “JAGIYA SARANGHAE!!!” Himchan berteriak kemudian menghampiri jaehee dan membopongnya menjauhi dapur menuju kamarnya.
                “Yakkk aku sedang memasak!” jaehee terkejut dan sedikit malu-malu.
                “Lupakan! Aku tak lapar.”
                “Kompornya?”
                Mendengar pertanyaan Jaehee, himchan yang membopongnya berbalik arah ke dapur dan mematikannya kemudian berjalan lagi kea rah kamar.
                “Yakk oppa… cuciannya masih banyak.” Jaehee mencari alasan takut-takut.
                “lupakan cucian. Aku mau kamu. Sepertinya aku tadi pagi masih tak sadar. Jadi kita lakukan lagi.” Himchan mengerling kea rah jaehee.
                “MWO????”
                BLAAAMMM!!! Dan pintu pun terkunci rapat.

The end
               
               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar