LAST PROPOSAL
Author : Yonggyu90
Cast : Park Jaehee (OC)
Kim Himchan (B.A.P)
Supporting Cast: Kim Sunggyu
(INFINITE)
Park Jiyeon (T-ARA)
Genre : Dramatic
Rate :
17+
Length : Oneshot
Notes : cerita yang berasal dari mimpi ku xD maaf kalau
gaje dan gak nyambung xD
Cerita
ini hanya fiktif dan asli berasal dari otak ku, jadinya kalo ada kesamaan
tempat, kejadian dan cerita orang. Jujur aku gak tau dan gak bermaksud untuk
menyinggung ataupun mengcopy paste cerita.
Sekali
lagi ini murni dariku. Mohon hargai mimin ne^^ ehh bacanya sambil dengerin Kim
Sunggyu – My Heart Is Like a Star (cover) ya :D
---
KRIIIIIIINGGGG……….
Suara
alarm memekakkan telinga, seorang perempuan terlihat menggeliat meraih alarm
itu untuk dimatikannya dan segera duduk. Sejenak dia hanya terdiam di pinggir
ranjang tidurnya. Perlahan dia mulai meraih rambutnya dan menggelungnya ke atas
seraya beranjak berdiri.
Dengan
telaten dia merapikan tempat tidur itu. sejenak dia melirik jam weker di laci
dekat tempat tidurnya yang telah menunjukkan pukul 5.15 am dan beranjak ke
kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
Dia
adalah seorang gadis berusia 20 tahun yang harus mampu membuat dirinya menjadi
semandiri mungkin. Park Jaehee, seorang gadis keturunan bangsawan yang harus
rela melepaskan hidupnya demi kedua orangtuanya.
Dia tak
pernah mengeluh. Dia mengusap kaca yang berada di dalam kamar mandi untuk
menatap wajahnya yang ingin menggosok giginya pagi itu.
“Park jaehee…” gadis itu bergumam
memanggil gadis dalampantulan kaca itu lirih. Meskipun kehidupan barunya sangat
berat tak pernah seikit pun dia berniat menyerah. Dengan segera dia menggosok
gigi. Dan tak berapa lama dia telah keluar dari kamar mandi dan berganti
pakaian. Tanpa merias diri dan hanya memakai pakaian sederhana yang lugu dia
berjalan menuju dapur.
Ya, dia
berniat memasak. Dengan cekatan dia memakai celemek dan mengeluarkan
bahan-bahan makanan dari dalam kulkas. Dia terlihat begitu serius menjalani
aktifitasnya. Tak pernah sedikitpun tersirat rasa bosan di benaknya. Awalnya
memang sangat berat, namun pada akhirnya dia menikmati setiap kegiatan yang dia
lakukan.
“Ahh…
sudah selesai.” Jaehee terlihat lega setelah dia menyelesaikan tugasnya dan
mengembangkan senyumnya. Sejenak dia melirik jam dinding yang menunjukkan
pukul 6.40 pagi. Jaehee melepas
celemeknya melipatnya kembali untuk di masukkan ke dalam laci dapur dan
langsung beranjak ke sebuah kamar yang berada di depan kamarnya. Bisa di
bayangkan letak kamar itu berhadapan. Dan ternyata tugasnya belum berakhir.
Tok… tok… tok…
Jaehee
mengetuk pintu perlahan. Lima menit dia menunggu di depan pintu, akhirnya dia
memutar kenop pintu dan membukanya. Jaehee melangkahkan kakinya mendekati
sebuah tempat tidur yang di sana ada seorang pria yang tengah tertidur pulas.
“Oppa,
Ireona… sudah siang. Tidakkah kau pergi ke kantor hari ini?” Jaehee menepuk
pundak pria yang tengah tertidur pulas di sana.
“Hmm…”
pria itu hanya bergumam. Kemudian dia perlahan membuka mtanya dan terbangun.
Melihat
pria itu sudah terbangun, jaehee berjalan ke kamar mandi yang berada di kamar
itu. tak berapa lama dia kembali pada pria yang masih terduduk menahan kantuk.
“Air
hangatnya sudah ku siapkan, mandilah.” Jaehee berucap seraya membuka almari
pakaian di salah satu sudut kamar itu.
Satu
tahun yang lalu sebelum semua terjadi. Jaehee adalah seorang putri keturunan bangsawan.
System pingit yang masih berlaku bagi
keturunan bangsawan di Korea membuatnya begitu terasing dengan dunia luar. Dan
karena itulah, dia sama sekali tak pernah menginjakkan kakinya keluar dari kediamannya.
Bahkan sekolah pun dia harus mengikuti system home schooling untuk menjaga
tradisi keluarga dan adat yang begitu kolot.
Sampai
suatu hari datanglah seorang pelayan baru, dia mempunyai seorang putra sedikit
lebih tua dari Jaehee. Karena terbiasa dan sering bertemu, Jaehee yang awalnya
tak mengenal apa pun kini mulai merasakan ada sesuatu yang aneh di hatinya
terhadap anak pelayan itu. Kim Sunggyu, pria itu pun merasakan hal yang sama
pada Jaehee.
Dengan
sembunyi-sembunyi Jaehee yang polos mulai berani menunjukkan ketertarikan
dengan Sunggyu. Namun bangsawan tetaplah bangsawan dan rakyat jelata tetaplah
rakyat jelata yang tak boleh saling bergaul.
“Oppa…
bagaimana kau bisa masuk kamarku?” Jaehee kala itu terkejut mendapati Sunggyu
sudah berada di dalam kamarnya pada tengah malam.
“Hussttt….”
Sunggyu memberikan isyarat pada Jaehee agar tidak menimbulkan kegaduhan sembari
mendekatinya.
“Waegurae?”
Jaehee memelankan suaranya.
“Apa
kau benar-benar mencintaiku park Jaehee?” Tanya Sunggyu tiba-tiba.
“Kenapa
Oppa bertanya seperti itu?” Jaehee semakin tak mengerti dengan Sunggyu.
“jawab
aku Park jaehee!” Sunggyu memegang pundak jaehee penuh harap.
“Tentu
saja aku menyayangimu. Sangat menyayangimu.”
BRUGHH!!
Dengan
tiba-tiba Sunggyu menarik Jaehee dalam pelukannya. Erat. Pelukan itu sangat
erat.
“Oppa…
apa yang kau lakukan?” jaehee tak mengerti kenapa Sunggyu seperti itu.
“Jangan
tinggalkan aku Park jaehee.” Sunggyu mulai terisak.
“Kenapa
oppa bicara begitu?” Jaehee masih tak mengerti.
“tetaplah
mencintaiku. Tetaplah disisiku apapun yang terjadi Jaehee-ya.” Sunggyu semakin mengeratkan pelukannya. Lama
mereka saling berpelukan.
“Oppa…
kau harus pergi. Akan sangat berbahaya jika appa mengetahuinya.” Jaehee
melapaskan pelukan Sunggyu dan mendekap wajah pria yang disayanginya itu dengan
kedua tangannya.
“Baiklah
aku akan pergi. Aku mencintaimu.” Ucap Sunggyu sebelum akhirnya melompat keluar
jendela. Jaehee hanya mampu menatap kepergian Sunggyu hingga punggung pria itu
tak terlihat dalam keremangan malam.
===
“Besok
malam kau akan menikah dengan putra keluarga Kim teman lama Appa. Persiapkan dirimu
mulai saat ini.” Tuan Park ayah Jaehee berkata pada Jaehee pagi harinya ketika
semua berkumpul di meja makan.
“Appa….?”
Jaehee menatap appanya mencari kebenaran dalam perkataan appanya.
“Dia
pria yang baik dan lebih baik dari putra pelayan Kim.”
DEGGG!!!
Jantung Jaehee serasa berhenti berdetak. Dia tak tau dari mana appanya
mengetahui hubungannya dengan Sunggyu.
“Umma…
andwae umma.” Jaehee menoleh ke ummanya yang hanya tertunduk mencoba mencari
pembelaan.
“Appa…
aku tak bisa appa.” Jaehee mulai menangis.
Namun
appanya seakan tak peduli dengan tangis Jaehee.
“Jagiya…”
sebuah tangan hangat Ummanya mendekap tangan jaehee. “Percayalah ini yang
terbaik untukmu nak.”
Jaehee
terkesiap dan tak percaya dengan penuturan ummanya.
“Umma…
aku tak bisa umma. Aku mencintai kim Sunggyu Umma.” Tangis pilu jaehee.
“Dulu
umma dan appa juga di jodohkan sepertimu. Dan kau lihat, semua baik-baik saja
hingga saat ini. dan bahkan umma sangat bahagia.” Kata umma jaehee meyakinkan.
“Umma…_”
“Kau
menikah dengan Kim Himchan… atau Kim Sunggyu tidak diterima bekerja di mana pun
dan ayahnya ku pecat?”
Jaehee
hanya mampu terguguk pilu mendengar pilihan yang diberikan appanya. Dia tak
mungkin membiarkan Kim Sunggyu orang yang disayanginya harus menderita
sepanjang hidupnya. Akhirnya dia tak mampu menolak dan hanya menangis dan terus
menangis. Bayangkan jika dia harus menikah dengan pria yang belum pernah dia
temui sebelumnya. Dengan pria yang hanya dia ketahui namanya. Ibu jaehee pun
tak mampu menolak keputusan suaminya, karena itulah tradisi.
===
Sebuah
perjodohan di usia Jaehee yang masih 19 tahun kala itu tak mampu lagi dihindari.
Pernikahan pun terlaksana, semua berjalan sesuai rencana. Pernikahan itu sah.
Akta pernikahan, pencatatan sipil semua sah. Jae pun sah menjadi istri dari
putra keluarga Kim. Dan sejak saat itu, dia harus tinggal terpisah dari kedua orang
tuanya dan pindah ke apartemen bersama suaminya.
Dia
punya suami, tapi tak memiliki hati dan tubuh suaminya. Dia hanya memiliki
status. Ini lebih menyakitkan daripada sebuah pernikahan kontrak. Mereka tidur
terpisah kamar meskipun dalam satu atap. Mereka akan saling diam meskipun
menonton tv bersama atau makan bersama. Tidak ada yang menarik bagi pernikahan
mereka.
Jaehee,
berusaha sebaik mungkin menjadi seorang istri yang sempurna kepada suami sahnya
Kim Himchan. Pria yang sudah menjadi suaminya selama satu tahun.
Setiap
hari, Jaehee selalu bangun pagi. Menyiapkan sarapan, menyiapkan air hangat
untuk mandi suaminya, membangunkannya, memilihkan baju untuk suaminya. Jaehee
rela berdiam diri di rumah dan hanya keluar untuk belanja sayur. Dan semua ini
untuk suaminya. Dia pun mulai belajar mencintai suaminya itu meskipun Himchan
tak pernah menganggapnya sebagai seorang istri.
Pagi ini
setelah sarapan usai, Himchan berjalan menuju pintu hendak berangkat bekerja
seperti biasa. Jaehee membawakan tas Himchan dan memberikannya dengan tersenyum
meskipun dia tahu himchan tak pernah melihat senyumnya. Ya.. dia hanya berusaha
yang terbaik.
“Apa
kau tidak akan pergi hari ini?” Himchan membuka percakapan kaku sembari
memberikan isyarat pada Jaehee untuk merapikan dasinya.
Dengan
sabar Jaehee merapikan dasi Himchan dan menepuk pelan setelah dasi itu tertata
rapi.
“Tidak,
aku akan di rumah.” Jawab Jaehee sembari menunduk tak mampu menatap Himchan.
“Aku
pergi.” Himchan berkata kemudian dan pergi begitu saja tanpa memberikan kecupan
di kening.
Jujur,
Jaehee sangat ingin diperlakukan menjadi seorang istri bagi Himchan. Hanya
sebuah kecupan di kening yang menenangkan, hanya itu saja sebagai bukti himchan
menghargai Jaehee itu ada. tapi hal itu hanya menjadi sebuah angan-angan saja
bagi jaehee. Sedikit kecewa dan selalu menangis setiap Himchan berangkat
bekerja. Namun sepertinya semua itu sia-sia karena Himchan tak mungkin
melakukannya.
Seperti
biasanya, setelah Yongguk berangkat. Jaehee membersihkan rumah dengan teliti
sehingga setiap Himchan pulang semua sudah tertata rapi dan bersih.
===
“Jaehee
ya…” Himchan menubruk tubuh Jaehee yang tengah membukakan pintu. Ya dia mabuk
lagi. Setiap malam dia selalu mabuk. Dengan sisa sisa tenaganya Jaehee memapah
Himchan menuju kamarnya.
Karena tak
mampu memapah tubuh Himchan yang berat,Jaehee ikut terjatuh di tempat tidur
Himchan. Dia menarik nafas panjang sebelum akhirnya dia duduk dan melepas
sepatu Himchan. Kemudian dia berjalan kearah almari dan mengambilkan baju ganti
untuk suaminya. Dengan cekatan dia mencoba mengganti pakaian Himchan seperti
apa yang sering dia lakukan setiap malam. Tentu saja hanya pakaian luar himchan
saja.
Namun
kali ini tiba-tiba Himchan menarik tangan Jaehee.
“Jangan
pergi.” Himchan membuka matanya dan berkata kea rah Jaehee.
Jaehee
tau, Himchan sedang benar-benar tak sadar di bawah pengaruh alcohol.
“Oppa,
kau harus ganti baju.” Jaehee mencoba melepaskan genggaman Himchan, namun genggaman
itu malah semakin kuat dan menariknya kedalam pelukan Himchan yang tengah
terbaring.
“biarkan
seperti ini. Jangan pergi!” Himchan berkata dengan mata tertutup.
Senang
dan tak percaya dengan perkataan Himchan. Namun kemudian dia menangis ketika
sadar jika Himchan mengatakannya dalam keadaan tak sadar.
“Oppa…
apa kau mendengarku?” Jaehee yang terisak dalam pelukan Himchan membuka suara
parau.
Namun
himchan tak bergeming. Dia bahkan sudah tertidur pulas.
“Oppa…
kau tau, aku mulai mencintaimu. Aku sakit jika ka uterus seperti ini.” jaehee
semakin terisak. Lama dia terdiam dalam pelukan himchan. dia nyaman berada di
sana. Namun dia sedikit tersentak takut jika Himchan sadar dia pasti akan
marah. Dengan perlahan jaehee melepaskan pelukan himchan dan beranjak berdiri
menyelimutinya.
Chup…
dengan perlahan jaehee mengecup kening Himchan.
“Mimpi
indah suamiku.” Jaehee tersenyum dan mengusap air matanya kemudian berlalu
pergi.
Jaehee
menutup pintu perlahan. Himchan yang sedari tadi matanya terpejam tiba-tiba
membuka matanya perlahan menatap kea rah pintu. Dia mabuk. Tapi dia masih
sadar. Dia tau dan mendengar apa yang dikatakan jaehee dari awal sampai akhir.
Bahkan dia juga sadar dngan apa yang dilakukannya pada jaehee.
===
Himchan
telah berangkat bekerja. Jaehee membersihkan lantai dan sesekali mengusap
peluhnya. Kemudian dia teringat sesuatu.
“Ya
Tuhan.” Jaehee menepuk keningnya karena melupakan sesuatu yang sangat penting
untuknya. Dengan tergesa-gesa dia berlari kea rah kamarnya dan mengambil
kalender meja. Ada satu tanggal di sana dan dia memberinya tanda hati pada
tanggal itu.
“hari
ini? ya Tuhan. Kenapa aku bisa melupakannya?” Jaehee menggeram pada dirinya
sendiri. Dengan cepat dia menuju dapur dan mengeluarkan semua bahan yang
tersisa dan mulai memakai celemeknya untuk mulai memasak.
Ya,
hari ini adalah anniversary pernikahanna yang pertama. Dan parahnya dia telah
melupakannya. Dengan senum mengembang dia memasak bermacam-macam makanan untuk
di bawa ke kantor suaminya. Dia berniat memberi himchan kejutan. Dia tak peduli
dengan reaksi himchan. dia hanya berusaha menjadi istri yang baik.
Dengan
telaten dia membuat garnish pada masakannya yang telah dimasukkan kedalam kotak
bekal. Kemudian dia berlari menuju kamar mengambil kertas origami, gunting dan
pensil warna dan kembali lagi ke meja makan.
Dengan
senum yang tak pudar dia mulai menggunting origami itu dengan berbagai bentuk.
Ada hati dan bunga-bunga kecil. Kemudian dia menuliskan sesuatu di kertas yang
masih kosong. Dia kemudian membacanya dan dia merasa ada yang kurang sehingga
dia menggulung kertas itu menjadi bola-bola sampai beberapa kali hingga dia
menemukan yang sesuai hatinya.
“selesai.
Aku harus bersiap.” Jaehee kemudian berlari ke kamar berganti pakaian.
Dan
untuk pertama kalinya setelah dia menikah, Jaehee merias dirinya secantik
mungkin. Rambut yang biasa dia gelung ke atas kini dia gerai dan memakai
bandana bunga merah hati. Baju yang biasanya hanya rok maxi selutut dan atasan
cardigan kini dia memakai blouse selutut berlengan di bawah siku dengan warna
merah hati yang anggun. Bibirnya yang biasanya terllihat pink tanpa lipstict
kini dia mencoba mengoleskan warna peach yang terlihat segar.
Setelah
merasa semua sudah siap, jaehee mengambil tas slempang kecil berwarna Hitam dan
sepatu flat hitam dari dalam almari. Dia kemudian mengambil kotak bekal dan
beranjak pergi keluar rumah.
Yaa..
ini untuk pertama kalinya dia pergi ke kantor suaminya. Sebelumnya dia tidak
berani dan tak mau ambil resiko. Di dalam busway dia terus saja tersenyum dan
sesekali melihat bekal dalam pangkuannya.betapa senangnya dia hari itu.
Jaehee
terlihat kebingungan setelah berada di dalam gedung kantor suaminya. Dia
kemudian berjalan kea rah receptionist.
“Eoseo
oseyo, nugureul chajeseoyo? (selamat datang mencari siapa?)” receptionist itu
bertanya ramah.
“Ne,
Kim Himchaneraneun hag nampyeoneul mannareo watseumnida? (ya saya datang untuk
bertemu suami saya kim himchan)”
“Eoh…
anda istri tuan kim? Silahkan nyonya naik lift ke lantai 12.”
“Ah
geurae, gomapda.” Jaehee tersenyum ramah dngan sedikit membungkuk kemudian
berjalan pergi menuju ke lantai 12.
Setelah
keluar dari lift, jaehee terlihat lebih senang dan semakin mengembangkan
senyunya. Ya dia begitu takjub melihat perusahan suaminya yang meskipun
terbilang perusahaan kecil, tapi cukup sukses.
Dia
melihat papan bertuliskan “CEO” di sebuah pintu. Dengan hati berdebar-debar
Jaehee mendaki pintu itu. karena terburu-buru Jaehee tidak memperhatikan Sekertaris
di luar ruangan yang berusaha menghentikannya.
“Nyonya
jangan Masuk, Tuan sedang rap_”
“SURPRISE!!”
Jaehee membuka pintu tanpa mengentuk terlebih dulu.
DEGG!!!!
Betapa
terkejutnya dia melihat apa yang baru saja terjadi di depan matanya. Himchan
tengah berpelukan dengan seorang perempuan di dalam ruangan itu. ya mereka
salin berpelukan. Dan mungkin sebelum jaehee datang himchan juga melakukan yang
lebih dari itu.
Karena
merasa terkejut. himchan dan perempuan itu buru-buru melepaskan pelukannya.
“Jaehee?”
himchan memanggil jaehee tak percaya.
Bagai
di hantam ribuan batu tepat di hatinya, jaehee merasakan aliran darahnya
berhenti mengalir. Jantungnya berdegub lebih kencang dan serasa mau meledak.
Dan kini dia merasakan wajanya memanas. Tidak… dia tak mau menumpahkan air
matanya di sini.
“Eoh…”
jaehee yang semula Shock berusaha mengatur nafasnya dan berkata senormal
mungkin. “mianhae oppa, mianhae…. Aku
tak bermaksud mengganggu kalian mianhae.” Jaehee tersenyum dan menutup pintu
itu kembali dan segera pergi dari tempat itu dengan menahan sekuat tenaganya
agar air matanya tidak jatuh.
“Ya…
Park jaehee!!” Himchan berteriak dan berusaha mengejar jaehee. namun perempuan
yang ada bersamanya tadi menarik tangan Himchan mencoba menghalangi.
“Jangan
pergi!” jiyeon gadis yang bersama Himchan memeluk himchan seolah tak ingin
Himchan pergi mengejar Jaehee.
Jaehee
kini duduk di halte menahan tangis dan tetap terdiam. Bekal yang tadi dia
siapkan untuk himchan diletakkannya di bangku halte. Jaehee pun beranjak
berdiri ketika sebuah busway sudah datang dan masuk ke dalamnya. Dia
meninggalkan bekal itu di halte.
Tanpa
tujuan. Jaehee hanya duduk dengan tatapan kosong. Dia tak bisa menangis, tapi
hatinya terasa sangat sesak. Dia hanya diam dan diam.
Himchan
berlari keluar kantor gedung mencoba mengejar jaehee. namun nihil. Dia tak
menemukan Jaehee di mana pun. Dia merogoh ponselnya hendak menghubungi Jaehee.
“Ahhh
Sial!!!” Himchan mendengus kesal ketika dia teringat bahwa jaehee tidak
mempunyai ponsel. Kemudian dia terus berlari mencoba mencari Jaehee lagi.
Kini
jaehee turun dari Busway dan berjalan menuju arah sungai Han. Dia kemudian
menemukan sebuah bangku kosong dan mendudukinya menghadap sungai Han yang
memantulkan siluet senja. Anging yang berhembus semilir membuat rambutnya
berterbangan dan beberapa helai menutupi matanya. Jaehee berusaha menyibaknya,
namun rambut itu kembali lagi.
“Kenapa
kau membuatku kesal!” jaehee berteriak kesal kepada rambutnya dan menangis.
Sejujurnya dia menangis bukan karena rambutnya yang menutupi matanya melainkan
karena luka di hatinya. Luka yang tadi sempat ditahannya kini semakin menganga
dan menyakitinya.
“Aku
tak mampu lagi Appa!” jaehee terguguk pilu. “Kau tau appa, ini lebih sulit. Aku
ingin mati appa aku ingin mati. Aku tak mampu lagi. Sudah cukup aku menderita
selama ini.” jaehee terguguk sendiri dalam tangisnya.
===
“Park
jaehee!” himchan memasuki apartemennya dan mencari jaehee. “Jaehee-ya!” dia
memeriksa setiap sudut rumah itu. namun hanya sepi yang dia dapatkan. Dia
kemudian berjalan menuju meja makan. Betapa terkejutnya dia ketika mendapati
tumpukan bola-bola origami dan beberapa sisa makanan di atas meja.
Dngan
perlahan himchan mengambil satu bola origami itu dan membukanya.
‘Taraaa….
Happy 1st Anniversary oppa. Hari ini setahun yang lalu kita menikah,
tidak ingatkah oppa? Mianhae… aku belum bisa menjadi istri yang baik buatmu,
tapi aku berjanji oppa. Aku akan menjadi istri yang baik untukmu. =_=
‘Oppa…
aku rasa aku mulai menyukaimu. Meskipun ku tau kau tak pernah menyukaiku. Dan bahkan
kau membenciku.
‘aku
ingin mengatakan ini… tapi aku malu >.< aku…’
Begitulah
tulisan dalam kertas itu, tak ada lanjutan kalimatnya. Himchan duduk di kursi
meja makan dengan lemas. tenaganya seperti terkuras habis. Seharian dia mencari
jaehee ke sana ke mari namun tak menemukannya.
Ntah kenapa
tiba-tiba dia merasa takut. Dia merasa tidak tenang. Dia kemudian menatap
arlojinya yang menunjukkan pukul 2 pagi.
“Park
jaehee kau kemana??” himchan menggeram tertahan sembari memijat kepalanya yang
serasa mau meledak. Sedetik kemudian dia terhenyak dan berlari keluar
apartemen.
Sedangkan
jaehee kini masih duduk termenung di sebuah bangku di tepian sungai Han. Ketika
dia merasa sesak, dia akan menangis. Dan ketika sesak itu hilang dia berhenti
menangis. Begitu sepanjang malam dia terjaga di tepian sungai Han dan tak sadar
jika kini siluet fajar telah terpantul di sungai.
Jaehee pun
memantapkan hatinya. Setelah menimbang semalaman apa yang harus dia lakukan. Dia
kemudian beranjak berdiri dan berniat pulang ke rumah.
===
Dengan lunglai
jaehee memasuki apartemennya dan langsung masuk ke dalam kamarnya. Jaehee langsung
menuju kearah almarinya dan mengambil sebuah koper berukuran sedang. Dia kemudian
memunguti bajunya satu persatu. Dan dimasukkannya ke dalam koper itu.
Himchan
yang yang mendapati pintu apartemennya terbuka dengan terburu-buru masuk.
“Ya
Park jaehee! istri macam apa kau ini pergi begitu saja meninggalkan suamimu
sampai pagi.” Himchan mulai mengomel sembari berjalan menuju kamar jaehee.
“Yaa…
apa yang kau lakukan?” Himchan begitu terkejut ketika mendapati jaehee tengah
memasuk-masukkan bajunya ke dalam koper.
“Oppa…
maaf jika selama ini aku menyusahkanmu. Aku tau…. Kau sangat terluka hidup
denganku. Aku tak pernah menjadi istri yang baik untukmu. Selama ini kita mereka
menikah. Tapi kau oppa tak menganggapku sebagai istrimu. Bahkan setiap akhir pekan
oppa tak pernah mengajakku keluar rumah. Jangankan untuk menonton atau sekedar
berjalan-jalan. Untuk makan bersama di luar saja tak pernah. Aku tau itu oppa,
aku sangat tau. Bahkan aku tau bahwa kau mencintai wanita lain di luar sana.”
Jaehee menarik nafasnya dalam. Sedangkan Himchan hanya terdiam meresapi
perkataan jaehee.
“Aku
tau kau sangat tersiksa sampai setiap malam kau harus pulang mabuk. Aku tak tau
apa yang kau lakukan di luar sana. Dan kini… mulai saat ini, aku akan
membebaskanmu.” Jaehee tersenyum kecut. “Aku akan pergi dari hidupmu. Jangan khawatir
tentang keluarga kita, aku yang akan mengurusnya. Aku akan menemui pengacara
dan mungkin surat pengajuan persetujuan perceraian kita akan datang padamu seminggu lagi.”
Himchan
tak mampu berkata apa-apa. Bibirnya kelu. Lidahnya seolah menghilang. Tenggorokannya
terasa tercekik.
“Aku
pergi!” Jaehee mengangkat kopernya dan beranjak pergi. Himchan masih dalam
keadaan Shock dengan perkataan jaehee.
Betapa bodohnya
Himchan. jaehee adalah gadis yang sangat patuh dan penyayang. Begitu dia
melepaskannya pasti begitu banyak pria yang menginginkannya.
“Andwae!”
BRAKKK!!! Himchan menarik koper
jaehee dan melemparnya. Jaehee terkejut tak percaya dengan apa yang Himchan
lakukan.
Koper itu terbuka, baju Jaehee
berserakan. Jaehee berjalan memunguti baju itu dan memasukkannya kembali dalam
koper. Sabar.
“Aku bilang tidak!” Himchan sedikit
berteriak.
Jaehee kembali mengangkat kopernya
dan hendak pergi.
BRAKKKK!!! Himchan merebut koper
itu dan melemparkannya lagi ke sudut kamar jaehee.
“Ku Mohon oppa, jangan sakiti aku
seperti ini. bebaskan aku jika kau kasihan padaku.” Jaehee mulai menangis dan
memohon kepada himchan yang kini tertunduk menahan amarah.
Jaehee berbalik dan memtuskan tidak
membawa kopernya.
SRETTTT!!!
“Jangan pergi… jebal!” Himchan
memeluk Jaehee yang hendak pergi dari belakang.
Jaehee tertegun
tak percaya dengan apa yang himchan lakukan. Perlahan air mata Jaehee pun
menetes.
“Jebal
jangan pergi park jaehee! aku bisa mati tanpamu.” Jaehee merasakan pundaknya
basah. Dan tak berapa lama himchan terguguk dan semakin mengeratkan pelukannya
pada jaehee.
“Jebal
jangan pergi.” Sekali lagi Himchan memohon kepada jaehee. “Aku membutuhkanmu
park jaehee, aku tak mampu hidup tanpamu. Aku mencintaimu park jaehee. aku
sungguh mencintaimu.”
Jaehee berbalik
dan menatap himchan lebih dalam. Himchan perlahan meraih wajah jaehee dan
sedikit menunduk mensejajarkan jaehee dengannya.
“Demi Tuhan
aku mencintaimu park jaehee. jangan tinggalkan aku.” Dengan perlahan himchan
mendekati wajah jaehee dan mengecup pelan bibir jaehee kemudian memeluknya lagi
semakin erat.
===
Himchan
menggeliatkan tubuhnya ketika dia merasa telah tidur sangat lama. Dengan perlahan
senyum mengembang di bibirnya. Namun betapa terkejutna dia ketika dia tersadar
tak lagi mendekap jaehee dalam pelukannya.
Dengan reflek
dia terduduk bangun mencoba mengingat. Ya dia tidur memeluk jaehee di kamar
jaehee sebelum dia benar-benar terlelap dalam tidurnya. Tapi kemana jaehee
kini? Fikirannya terus berkecamuk. Takut. Khawatir.
Dengan sigap
dia menyibakkan selimutnya dan berdiri mencoba mencari jaehee. Koper yang tadi
di lemparnya di sudut kamar pun kini sudah tak ada. Himchan semakin takut.
“jaehee-ya!”
Himchan berlari keluar dari kamar jaehee dengan perasaan kalut. “Jaehee-ya!!!”
Himchan terus berteriak.
Dia merasa
frustasi dan menjambak rambutnya sendiri takut membayangkan jika jaehee
benar-benar pergi.
“Yak
Oppa, waegurae??”
Himchan
sontak terkejut dan menoleh kearah suara.
“Yakkk…
kenapa kau menakutiku!!!” Himchan menghambur kea rah jaehee dan memelukknya
erat.
“menakuti?”
jaehee tak mengerti maksud himchan.
“Aku
takut kau benar-benar pergi.” Himchan semakin mengeratkan pelukannya.
“Ani…
aku hanya memasak makan malam untuk kita.” Jaehee tersenyum melihat tingkah
suaminya. Ya kini Himchan benar-benar menjadi suaminya setelah pengakuan dan
apa yang telah terjadi di antara mereka setelah pengakuan pagi itu. “Apa kau
benar-benar mencintaiku?” jaehee ingin memastikan sekali lagi.
“Apa
yang kulakukan padamu tadi pagi masih belum cukup membuktikannya?” himchan
melepaskan pelukannya dan menatap jaehee yang kini pipinya merah merona.
“Aish…
sudah! Mandi sana, aku mau lanjutkan memasak.” Jaehee mencubit pinggang
Himchan.
“Awwww…”
himchan meringis kesakitan.
“Yak
berlebihan! Aku hanya menyentuhmu!”
“tapi
itu sakit jagiya!”
Jaehee yang
berjalan menuju dapur pun berhenti mendengar perkataan himchan.
“Kau
bilang apa oppa?” jaehee menoleh kea rah Himchan ingin mendengarkan kembali apa
yang himchan katakan.
“Yang
mana?” Himchan tampak Bingung.
“Yang
tadi.”
“yang mana?
Sakit?”
“Bukan!”
“jagiya?”
“Katakan
sekali lagi!”
“Jagiya!”
“Aku
mau dengar sekali lagi!”
“JAGIYA
SARANGHAE!!!” Himchan berteriak kemudian menghampiri jaehee dan membopongnya
menjauhi dapur menuju kamarnya.
“Yakkk
aku sedang memasak!” jaehee terkejut dan sedikit malu-malu.
“Lupakan!
Aku tak lapar.”
“Kompornya?”
Mendengar
pertanyaan Jaehee, himchan yang membopongnya berbalik arah ke dapur dan
mematikannya kemudian berjalan lagi kea rah kamar.
“Yakk
oppa… cuciannya masih banyak.” Jaehee mencari alasan takut-takut.
“lupakan
cucian. Aku mau kamu. Sepertinya aku tadi pagi masih tak sadar. Jadi kita
lakukan lagi.” Himchan mengerling kea rah jaehee.
“MWO????”
BLAAAMMM!!!
Dan pintu pun terkunci rapat.
The end
Tidak ada komentar:
Posting Komentar