Chapter 10
“Apa
kau bicara denganku?” Minri menoleh kea rah namja itu dan sesekali melihat
sekeliling yang tak ada orang.
“Siapa namja itu?” Tanya namja itu
lagi dengan melemparkan tatapan membunuh bagi minri.
“Siapa maksud sunbae ‘namja itu?’”
minri berbalik menghadap namja bersuara berat yang ternyata adalah Yongguk
dengan perasaan bingung.
“Jangan bodoh park minri. Kau tau
maksudku siapa? Jangan membuatku merasa menjadi orang paling bodoh dan paling
gila.” Yongguk mencecar minri dengan sebuah kalimat nan puanjang meluncur
bagaikan torpedo Amerika Serikat yang hendak melancarkan aksinya ke Rusia.
Minri cengo mencoba mencerna kalimat
yang begitu lamban diserap otaknya.
“Apa yang sunbae maksud itu Doojoon oppa?”
Minri berjalan mendekati Yongguk yang masih menatap minri dengan tatapan ingin
memakan minri hidup-hidup.
“Yaa…
kenapa kau tak peka sekali. Seolah kau tak bersalah sedikit pun padaku.
Arghhhhh Park Minri….” Yongguk meremas rambutnya geregetan.
“Eoh?”
Minri tersentak menyadari sesuatu. “Sunbae…”
“Wae?”
Minri
hanya menatap Yongguk untuk beberapa saat.
“Yaaa…
waeirae?? Kenapa kau hanya menatapku seperti itu?” Yongguk berubah salah
tingkah ketika minri menatap Yongguk tanpa berkedip.
“Sunbae…”
minri memanggil lagi sembari sedikit menyunggingkan senyum di bibirnya.
“Yakk…
kenapa kau senyum-senyum begitu?” Yongguk semakin merasa salah tingkah. Dia
merasa kini sedang telanjang dan di lihat seluruh siswa TS.
“Ahh…
sunbae… apa kau mengkhawatirkanku?” Minri menyelidik sembari menatap yongguk
yang mencoba mengalihkan perhatiannya dari minri.
“Mwoo??
Aniyo. Kenapa aku harus mengkhawatirkanmu?” yongguk membenahi letak tas yang
menggantung di salah satu pundaknya kasar dan berjalan meninggalkan minri.
Melihat
ekspresi itu Minri semakin melebarkan senyumnya dan mengejar Yongguk.
“Sunbaee….”
Minri mencoba mensejajari yongguk yang berjalan sedikit dipercepat agar minri
tak mengejarnya.
“Kau
cemburu padanya bukan???” Tanya minri penuh kemenangan.
Sretttt…
Yongguk menghentikan langkahnya. dan menoleh kea rah minri yang masih
tersenyum-senyum aneh padanya.
“naega?
Jiltuhaneun? Obseo!!!” kemudian Yongguk kembali berjalan. Meninggalkan Minri
yang masih terdiam.
“Baiklah….
Aku tak akan memaksa sunbae mengakuinya.” Minri sedikit berteriak kea rah
Yongguk yang berjalan menjauhinya. Yongguk menghentikan langkahnya namun dia
tidak berbalik kea rah minri. “Aku tau, sunbae malu mengakui kalau sunbae
menyukai gadis bodoh dan aneh sepertiku.”
Yongguk
tersentak. Dia begitu terkejut dengan kalimat yang meluncur dari mulut minri.
“Aku
senang karena sunbae juga menyukaiku pada akhirnya… meskipun sunbae tak mau
mengakuinya. Setidaknya perasaanku pada sunbae tidak hanya sebuah perasaan
gadis bodoh yang kesepian.” Yongguk semakin tercengang mendengar pernyataan
minri.
“Sunbae tak perlu mengakuinya,
karena aku juga akan melupakan semuanya. Aku akan melupakan semua ini dan
menganggap hal ini tak pernah terjadi. Dengan begitu aku dan sunbae bisa
menjalani hidup lebih baik lagi dan sunbae bisa menyukai gadis lain yang tidak
bodoh dan aneh sepertiku.” Minri tersenyum puas setelah mengucapkan apa yang
mengganjal di hatinya. Meskipun itu menyakitkan baginya, setidaknya itu adalah
keputusan yang tepat bagi minri. Minri menatap Yongguk yang membelakanginya
sesaat sebelum akhirnya dia berlalu pergi meninggalkan yongguk.
Tak tau kenapa hati Yongguk
tiba-tiba bergemuruh. Semakin hebat. Perasaannya kacau bagai diterpa Topan
berkecepatan 1000knot. Dia bingung dengan apa yang harus dia lakukan. Reflex
Yongguk berbalik, namun minri sudah tak ada di sana. Kacau. Dan semua
benar-benar kacau.
“ARGHHHHH!!!” Yongguk membanting
tasnya ke lantai.
===
Jam
istirahat telah berdentang dan para siswa Sekolah TS pun menghilang dan ngacir
ntah ke mana. Minri terlihat meletakkan kepalanya di meja cafeteria. Jaehee
yang berada di depan minri pun merasa sangat kasihan melihat kembarannya yang
sedari kemarin belum makan sesendok nasi pun. Tapi mampu menghabiskan cemilan
berkilo-kilo.
“Jaehee
ya… hikz… hikz… kenapa hatiku sakit huwaaaaa….” Minri menggaruk-garuk meja
cafeteria.
“Yaa…
jangan menangis begitu. Kau sendiri yang meminta melupakan semuanya pada
Yongguk sunbae. Seharusnya kau tak boleh menangis seperti ini.” jaehee
mengelus-elus punggung saudarinya itu. “Arggghhhh jinja???? Kenapa semua jadi
rumit begini?” Jaehee memukul keningnya frustasi.
“Yak
Minri eonnie waegurae?” Jihye yang baru datang ke cafeteria terkejut melihat
minri yang nangis sesenggukan. “wae eonnie?” jihye sedikit berbisik kea rah
Jaehee yang mencoba menenangkan Minri.
“Biasaa….
Keabisan asupan suplemen.” Jaehee balas berbisik.
“YAAAA….
KALIAN TEGA SEKALI PADAKU!!!” ternyata minri mendengarkan bisik-bisik antara
jaehee dan jihye sehingga membuatnya mengangkat kepala dan berteriak.
GRODAKKKK!!!
Jihye tiba-tiba tersentak
kebelakang dan hampir terjatuh dari kursinya menatap minri. Takut. Betapa
tidak. Rambut minri yang tergerai kini terlihat acak-acakan seperti singa
hendak menerkam dengan mata sembab segede buah duren.
“Eonnie… kau kerasukan??” jihye
menatap minri takut-takut.
“Aissshhh jinja????? Kau bilang aku
kerasukan????” minri semakin tersulut emosinya dan membuat hidungnya kembang
kempis.
“Kau
menakutkan sekali.” Jihye memegang dadanya yang berdegub begitu keras karena
ketakutan.
Jaehee
hanya menggeleng-gelengkan kepalanya simpati.
“Makanya
sudah kubilang jangan menangis!” jaehee malah memarahi Minri.
“Huwaaaa
adik macam apa kau yang membentak kakakmu seperti itu.” minri terguguk kembali.
Jaehee terlihat pusing.
“kau
tak malu? Banyak orang disini. Apa tak cukup nangis semalaman di rumah?” jaehee
mengomel seperti ibu-ibu di pasar ikan. Terkadang kepribadian antara jaehee dan
Minri itu sering terbalik. Sifat jaehee yang cenderung kekanak-kanakan
terkadang bisa lebih dewasa dari minri. Dan sikap minri yang lebih dewasa itu
terkadang menjadi sangat kekanak-kanakan.
“Aigooo…
pasti karena masalah sepulang sekolah kemarin.” Jihye menebak. “ehhh… yura
eonnie kemana? Kok tidak kelihatan?”
“Dia
latihan vocal dengan guru baru.” Jawab jaehee sembari tetap menepuk-nepuk
punggung Minri berharap tangisnya berhenti.
“Guru
baru? Kenapa aku baru tau?” Jihye menggaruk kepalanya yang tak gatal.
“Eoh…
Shin seongsangnim.” Jaehee pun belum tau mana guru baru itu.
“Eonnie….
Bukankah kau dulu menyukai namja bermarga Shin juga?” tana Jihye tiba-tiba.
“Ye..???
ahh… itu masa lalu.” pipi jaehee tiba-tiba bersemu merah. “Anggap saja itu
cinta monyet.” Jaehee terkikik geli dengan dirinya sendiri. Namun tiba-tiba
hatinya berdegub tak beraturan. Dia yang awalnya terkikik kini terdiam dan
memegang dadanya.
“Waeyo
eonnie?” Jihye terlihat khawatir.
Minri
yang semula hanya menunduk kini mengangkat kepalanya karena mendengar nada
khawatir dari jihye.
“yak
kau kenapa?” minri panic melihat jaehee.
“Aniya..
aku hanya merasa, hatiku aneh.” Jaehee menggelengkan kepalanya pelan. “Yak
eonnie… bukankah kau harus melatih kaligrafimu?” jaehee mencoba mengacuhkan
hatinya yang tiba-tiba kacau.
“Aku
tak mau jika itu Doojoon.” Minri menggebrak meja. Jihye berjingkat.
“ya…
kau harus professional. Apa kau mau kita tak naik kelas?” Tanya Jaehee bergidik
membayangkan mereka tak naik kelas.
“Andwae!!!!!”
Minri menggebrak meja lagi. “issshhh araseo. Aku akan pergi.” Minri beranjak
dengan mulut yang mengerucut.
Jaehee
dan jihye hanya bengong melihat minri yang mengalami perubahan drastic setelah
mendengar kata tidak naik kelas.
“Aku
juga akan ke lapangan eonnie.” Jihye ikut beranjak. Dan kini tinggallah jaehee
sendirian di cafeteria.
Dalam
keheningan Jaehee tiba-tiba mengingat masa middle schoolnya dulu yang menyukai
tetangganya. Shin Soohyun, seorang namja yang tak begitu tampan namun mampu
membuat Jaehee tak bisa tidur sebelum dia mendengarkan Soohyun menyanyi dengan
gitarnya di balkon yang berdekatan dengan kamarnya.
Pada
waktu itu Jaehee bertekad menyatakan perasaanya pada Soohyun dengan mengirim
surat yang dimasukkan ke dalam kotak surat depan Rumahnya. Dan entah surat itu
terbaca oleh Soohyun atau tidak, karena sehari setelahnya Soohyun dan
keluarganya pindah ke Daegu.
Patah
hati tentunya. Dan itulah cinta pertama Jaehee. cinta monyet lebih tepatnya.
Karena Jaehee waktu itu diam-diam menyukai soohyun sejak kecil sampai dia kelas
3 middle school.
Mengingat
itu jaehee tertawa sendirian dan menenggak Jus pome kesukaannya. Dia kemudian
beranjak meninggalkan cafeteria dan berjalan menuju ruang latihannya bersama
Himchan.
“Any_”
Jaehee tak melanjutkan sapaannya ketika dia melihat Himchan memainkan Jjanggunya
dengan penuh perasaan. Perlahan Jaehee berjalan mendekati himchan yang kini
menutup mata sembari memainkan Jjanggunya. Dan duduk menopang kepalanya menatap
Himchan.
Bayangan
Soohyun memainkan gitar pun terlintas di mata Jaehee. raut wajah Jaehee yang
awalnya tersenyum itu pun perlahan memudar. Kosong. Tatapan Jaehee kosong
meskipun dia menatap Himchan.
Himchan
telah selesai memainkan Jjanggu nya dan membuka matanya perlahan.
“Ukkk…”
betapa terkejutnya dia dan sedikit tersentak kebelakang ketika mendapati jaehee
sudah duduk manis berada di depannya dan menatap ke arahnya. “Sejak kapan dia
masuk?” Himchan menggaruk kepalanya yang tidak gatal namun kemudian dia
tersenyum. “Eyy… kau terpukau dengan permainanku kan Jaehee-ya?”
Diam.
Jaehee hanya terdiam. Tatapan matanya kosong. Himchan melambaikan tangannya di
depan jaehee, namun mata Jaehee tak mengalami akomodasi.
CTAKKKKKK!!!!
“YAAAAAA!!!!”
Jaehee berteriak kesakitan memegangi keningnya ketika di kejutkan himchan
dengan memukul keningnya menggunakan stik Jjanggu. “Yaa neo nappeun!.” Jaehee
meringis kesakitan. “Appo….”
“Siapa
suruh kau melamun?”
“Apa
urusannya denganmu? Itu kan Hakku.” Jaehee bangkit berdiri dari hadapan
Himchan.
“Apa
kau melamunkanku?” Himchan mengikuti Jaehee berdiri dan mendekatinya.
“Mwo???”
jaehee menoleh kea rah Himchan tak percaya dengan pertanyaan Himchan. “Chh…
jangan bercanda! mana mungkin aku melamunkan sunbae.” Jaehee mencibir Himchan
kemudian mengambil pemukul tamburnya.
“Bukan
aku???? Terus siapa???” Himchan tiba-tiba merasakan sebal di hatinya.
“Rahasia
dong!” jawab jaehee tak peduli dan memukul-mukul tamburnya pelan.
Mulut
Himchan langsung mengerucut bak anus ayam di tiup Doong doong.
“Ehh…
sunbae…. Apa sunbae bisa main gitar?” Tanya jaehee tiba-tiba menghadap himchan.
“Gitar?
Bisa, memangnya kenapa?” Himchan tak mengerti arah pertanyaan Jaehee.
“Jinja???”
Jaehee membelalakkan matanya. “Sunbae…. Mainkan untukku ne… jebal…. Ye…?”
Jaehee mencoba merayu himchan dengan aegyo gagal total.
Himchan
malah bergidik ngeri. “Shireo!!!” jawab Himchan ketus. Seketika raut muka
Jaehee menjadi masam.
“Araseo.”
Jaehee memukul-mukul tamburnya dengan lesu sembari menahan sebal karena himchan
tak mau memainkan gitar untuknya.
“Yaa…
yang serius. Pertunjukan seminggu lagi!”
Jaehee
hanya melirik sekilas dan tak menghiraukan himchan.
“Kita
tidak mempertunjukkan Gitar, kenapa kau memintaku untuk itu?” Himchan tak enak
hati juga melihat jaehee yang cemberut. Setidaknya dia ingin tau alas an dari
jaehee.
“Aku rindu
seseorang.” Jaehee menghentikan kegiatannya yang memukuli tambur dan berkata
pelan.
Himchan
langsung terkejut mendengar pernyataan jaehee yang hampir tak terdengar.
SREEETTTTT….
Jaehee
langsung berbalik dan memeluk Himchan erat. Himchan semakin terkejut dan hanya
terdiam. Senang. Tentu saja. Himchan menunggu hal ini.
“Hiks…
hiks…” Dan jaehee malah terisak di pelukan Himchan.
Himchan
semakin bingung. Tak mengerti. Kenapa Jaehee begitu agresif? Bukankah biasanya
dia yang agresif? Kenapa dia menangis? Himchan terus saja bertanya-tanya dalam
hati. Perlahan tangan Himchan terangkat dan menyambut pelukan jaehee.
“Aku
merindukannya…. Hiks…” jaehee terisak. Senyum himchan pun pudar menyadari
jaehee merindukan orang lain dan bukan dirinya. Perlahan Himchan membelai
rambut kuncir kuda jaehee.
“Ahhh
mian sunbae…. Aku terbawa emosi.” Jaehee seolah tersadar dan melepaskan
pelukannya dan beranjak pergi keluar dari ruangan itu.
Entah
mengapa Himchan merasa hatinya baru saja di jatuhi gundukan batu berton-ton beratnya.
Sesak. Himchan tak bisa berkata dan hanya terdiam. Dia menyadari cintanya hanya
sepihak. Jaehee menyukai orang lain.
===
Yura
berjalan menyusuri koridor mencari sosok jaehee, ada sesuatu yang ingin dia
katakan. Dari raut wajahnya Nampak sebuah kegelisahan yang teramat sangat.
Kepalanya terus menoleh ke sana ke mari. Dia sedikit berlari.
Namun
ketika itu juga, dia berpapasan dengan Daehyun. Yura bertingkah seolah tak
melihat Daehyun.…
SRETTTT!!!
Yura
berhenti berjalan ketika tangan kirinya merasa dicengkeram dan ditahan
seseorang.
“Kenapa
kau terus mengacuhkanku?”
DEG
Yura
tak bergeming.
“Yaa
Park Yura!” Daehyun geregetan karena Yura hanya terdiam.
“Bukankah
itu yang sunbae mau? Sunbae ingin aku enyah dari hadapan sunbae bukan?” Yura
melirik Daehyun sesaat. “lepaskan tanganku!” Yura berusaha melepaskan tangannya
yang di cengkeram daehyun kuat.
GREB!!!!
Tanpa
Yura duga sebelumnya, kini Daehyun menariknya dan memeluknya dari belakang.
Shock! Tentu saja. Yura hanya mampu melongo tak sadar. Jantungnya berdegub
sangat kencang. Matanya membelalak lebih lebar dari biasanya.
“Mianhae
Park Yura!” Daehyun setengah berbisik. Yura masih dalam fase tak sadar antara
harus percaya atau tidak.
“Maafkan
aku!” sekali lagi Daehyun memohon lirih di telinga Yura.
Koridor
tidak sepi, banyak anak berlalu lalang. Dan tentunya mereka juga sangat
terkejut melihat pemandangan di depan mata mereka. Tidak. Daehyun tak peduli
lagi dengan tatapan mereka. Daehyun tak merasa risih lagi jika bersama Yura.
Daehyun benar-benar merasa dirinya sudah di ambang ketidakwarasan.
“Mianhae…
mianhae… mianhae…” Daehyun membisikkan kata itu berkali-kali.
“Hiks…
Hiks…” Yura malah terisak dan membuat Daehyun semakin mengeratkan pelukannya.
“Maafkan
aku Park Yura. Aku begitu egois yang telah mengacuhkan hatimu.” Mendengar
penuturan daehyun Yura malah semakin menangis.
“Aku
menyukaimu Park Yura. Sangat menyukaimu.” Daehyun semakin mengeratkan
pelukannya seolah tak ingin Yura melepaskan dekapannya. “Jangan acuhkan aku
lagi. Aku sakit jika kau seperti itu.” Daehyun setengah berbisik.
“Kau
berbohong Jung Daehyun. Kau berbohong. Kau tak pernah menyukaiku. Kau muak
denganku. Kan?” akhirnya Yura mengeluarkan kalimat di sela tangisnya. “Sudah
cukup kau mempermalukanku.”
“Aku
benar-benar tak berbohong Park Yura.” Daehyun melepaskan pelukannya dan
membalikkan tubuh Yura untuk menghadapnya. “Aku tak berbohong! Tatap mataku!”
Daehyun mengguncangkan pundak Yura agar dia mau menatapnya.
“Aku
yang bodoh dan tak menyadari perasaanku!” Daehyun masih berusaha meyakinkan
Yura.
“Terus
apa artinya Hana bagimu? Eoh???” Yura mampu menghentikan tangisnya dan sedikit
berteriak kea rah daehyun.
Daehyun
terkejut sebelum akhirnya tertawa.
“Kenapa
kau tertawa? Sudah kuduga! Ini semua bohong!” Yura terisak lagi dan berusaha
mendorong daehyun agar enyah.
“Aigooo…
Hana? Jung Hana. Dia sepupuku Park Yura. Kau cemburu dengannya?”
“Huwaaaaa
kau jahat Jung Daehyun!” Yura tak mampu menahan tangisnya dan kemudian meledak.
“Yaa…
Uljima! Aku tak kan membuatmu menangis lagi. Aku benar-benar menyukaimu. Jangan
abaikan aku lagi aro?” Daehyun mengusap pelan pipi Yura.
“kau
takkan membuatku menangis lagi? yag sokhae?!”
“Yag so!”
Daehyun mengecup jempol tangannya dan mengacungkan ke atas tanda dia menyetujui
janji itu.
Mendengar
itu Yura langsung menghambur ke pelukan Daehyun dan di sambut riuh teman-teman
mereka. Dan akhirnya satu masalah selesai.
Di
seberang koridor jaehee sedang berjalan menuju belakang sekolah, dia sedikit
melirik kerumunan yang terjadi di koridor seberang. Namun dia tak mengetahui
jika daehyun dan yura yang menjadi tontonan di sana.
Sesaat
matanya bertabrakan dengan tatapan seseorang yang ada di depannya.
DEG!
Jantung
jaehee berhenti berdetak. Darahnya seolah berhenti mengalir.
“Park
jaehee…” sebuah suara yang lama tidak dia dengar. Sebuah suara yang setiap
malam menghantui tidurnya. Suara yang menjadi candu baginya. Suara yang begitu
dia rindukan. Mereka hanya saling bertatap dan berkutat dengan pikiran
masing-masing.
“Soohyun
Oppa… kau kah itu?” Jaehee bertanya kemudian setelah mendapatkan kesadarannya
kembali.
===
“Hup…”
Blakkk
“Hup..”
Blak…
Yongguk
terlihat tengah berlatih taekwondo di sudut sekolah. Keringatnya mengucur
membuat pakaian putih itu terlihat basah.
“Hhh…hhh…”
nafasnya terengah-engah. Dan dia memutuskan untuk berbaring di lantai.
Tangannya telentang. Matanya menutup mencoba menghalau semua yang kini tengah
berkecamuk di hatinya.
“Kau
lebih beruntung dari pada aku.” Sebuah suara serak nan basah mengejutkan Yongguk.
Yongguk menoleh kea rah suara yang ternyata Chanie tengah berjalan kearahnya
sambil membawa sebotol air mineral.
“Minumlah!”
Himchan duduk di samping yongguk dan menyerahkan botol air itu pada Yongguk.
“Gomawo!”
Yongguk duduk kembali dan menerima botol itu.
“Setidaknya
dia menyukaimu.” Himchan memainkan tangannya di atas lantai.
“Itu
tak semudah yang kau bayangkan Chan-ah.” Ucap Yongguk setelah menenggak air
itu.
“Tak
mudah karena kau begitu gengsi dengan dirimu sendiri.” Himchan mencibir.
Yongguk
hanya terdiam mendengar penuturan Himchan. ya dia mengakui perkataan Himchan
itu benar.
“Setidaknya
kau tak seperti diriku.” Himchan menarik nafas panjang dan menatap
langit-langit ruangan itu.
Yongguk
hanya menatap Himchan tak mengerti.
“Jaehee?”
Yongguk menyebutkan sebuah nama yang membuat himchan tersenyum mendengarnya.
“Kau
tau kan? Aku ini presiden sekolah yang tampan? Ahhh…” Himchan bertanya kepada
Yongguk setengah menggerutu.
“Chh…”
Yongguk tertawa pelan mendengar kepercayaan diri Himchan. “Aku rasa melihat
raut mukamu yang seperti itu, membuat persepsi itu salah.” Yongguk tertawa.
Himchan
melihat Yongguk pun ikut tertawa.
“Jaehee
menyukai pria lain kau tau? Ini lebih menyakitkan darimu.” Himchan kemudian
terdiam.
“Aku
tak tau harus bagaimana? Minri berkata akan melupakanku. Padahal aku belum
mengakuinya.” Yongguk mendesah. “Yaa… apakah aku ini memang bodoh?” tanyanya
kemudian.
“Eoh…
sangat bodoh.” Himchan mengangguk mantap.H-3 menjelang turnamen. Apa kau mau
gagal?”
“Apa
maksudmu?” Yongguk tak mengerti.
“Kulihat
semangatmu menurun. Mungkin setelah kau mengakuinya, kau akan lebih baik dan
mendapatkan semangat baru.” Himchan menepuk pundak Yongguk pelan.
“kau
sendiri?”
“Naega?”
Himchan menunjuk dirinya sendiri. “molla, jika pun aku gagal setidaknya aku
tidak begitu memalukan karena aku hanya menjadi penghibur pada acara pembukaan.
Kau tau? Ini sangat berat jika kau harus sepanggung dengan orang yang kau sukai
dan nyatanya dia tidak menyukaimu. Seolah kau mengacungkan sebuah belati di depan
sebuah luka menganga di hatimu. Menggelikan bukan?”
“Uljima!”
Yongguk menyikut himchan yang matanya mulai mendung.
“Yaa…
aku tak menangis.” Himchan mengelak.
“araseo,
kau kelilipan.” Yongguk terkekeh pelan.
“Tapi
mungkin aku tak akan berhenti sampai di sini.” Himchan menatap Yongguk yakin.
“maksudmu?”
Yongguk tak mengerti.
===
TBC