Blogger Widgets

Entri Populer

Jumat, 12 April 2013

COMA _ B.A.P fanfiction



Coma
Author              : YongGyu90
Genre               : Sad
Main Cast        : Bang Yongguk, Song Jieun, Kim Himchan, other  SECRET  & B.A.P member
Rating               : General
Length              : Long shot

Yongguk side
                “Yaaa hyung cukup hentikan!.” zelo mengambil paksa gelas vodka di tanganku. Aku melihat raut kesedihan di wajah adik kesayanganku ini. Dia bukanlah adik kandungku, tapi aku menyayanginya selayaknya adikku sendiri.
                Aku hanya menatapnya sesaat kemudian aku beralih menatap botol vodka di depanku dan meraihnya. Aku mencoba meminumnya lagi tanpa menggunakan gelas.
                “Hyung jangan seperti ini. Jebal!,” Zelo meraih botol di tanganku. “Sudah berapa botol kau minum huh?? Jebal jangan seperti ini!”

Flash back
                “Oppa mianhae! Aku tak bisa berbuat apa-apa. Appa ku menjodohkan aku dengan putra keluarga Kim. Nan jeongmal saranghaeyo. Aku tak bisa ke luar dari sini. Aku ingin selalu bersamamu. Hari ini adalah pertunanganku dengan Himchan. Jebal oppa, bawa aku pergi.”
                Aku lemas membaca tulisan dalam tissue lusuh yang telah lepas dari genggamanku. Hatiku serasa meledak. Tak kuasa pertahananku runtuh juga. Aku menagis.
                “Hyung, neo gwaenchana?” Daehyun memegang pundakku.
                “Daehyun ah… jebal. Katakan ini bohong!” aku menatap daehyun.
                “Mianhae hyung.” Daehyun menunduk menyesal atas jawabannya.
                “Andwae!” aku menarik dan mencengkeram kerah jaket yang dikenakan daehyun. “Katakan ini bohong.”
                “Mianhae hyung. Aku tak dapat membantumu. Kau tau ayahku? Noona tak henti menangis karenanya. Nanti jam 5 sore noona keluar dari kamarnya. Itu lah kesempatanmu membawanya pergi.”
                “Pulanglah! Katakan pada noona mu, aku akan datang!” aku melepaskan cengkeraman tanganku pada kerah Daehyun.
                Daehyun mengangguk dan beranjak meninggalkanku. Dia terlihat enggan pergi.
                “Hyung, Jieun nui sangat mencintaimu.” Daehyun menoleh sebelum dia mengenakan helmnya dan mengendarai motornya pergi.
                Entah bagaimana caranya aku harus sampai di rumah Jieun sebelum pertunangan itu di mulai dan membawanya pergi.
                Aku mengambil jaket dan helm dengan sangat tergesa-gesa.
                “Hyung kau mau ke mana??” aku tak menghiraukan pertanyaan Zelo. Aku tak tau jika Zelo akhirnya membaca tulisan dalam tissue lusuh yang di bawa Daehyun.
                Aku memarkir motorku asal di depan rumah Jieun. Terlihat beberapa bodyguard tengah berjaga. Aku bisa masuk rumah Jieun dengan mudah karena aku memakai topi. Aku edarkan pandanganku mencari sosok kekasihku yang sangat aku sayangi. Demi Tuhan aku tak mau kehilangan dia.
                “Oppa!” aku menatap sesosok gadis manis memakai gaun ungu, terlihat betapa matanya sembab, pasti dia tak henti menangis. Dia tengah sendiri di sudut ruangan menghindar dari tamu-tamu yang lain.
                “Jieun ah!” aku bergumam.
                Tanpa pikir panjang aku berjalan kea rah Jieun dan menarik tangannya seraya membawanya berlari keluar ruangan itu.
                “Tangkap mereka!”seorang berseru yang aku yakini itu adalah suara ayah Jieun. Daehyun terlihat berusaha menghalangi para bodyguard itu. Namun usahanya sia-sia.
                “Bawa tuan muda ke kamarnya!” ayah Jieun berseru.
                Sekuat apapun aku berusaha, takdir berkata lain. Genggamanku terlepas. Jieun dibawa paksa dua pengawal ayahnya.
                BUGHHH! Sebuah pukulan mengenai punggungku.
                “ANDWAE!!!!! OPPAAA!!!” aku mendengar teriakan Jieun.
                Aku tersungkur, berusaha mengejar Jieun.
                “Jieun ah…!!!” aku berteriak dan berusaha berdiri mencoba menolongnya. Namun pukulan bertubi-tubi datang kepadaku.
                “Oppaaaaa!” Jieun menangis dan tetap berusaha mengulurkan tangannya ke arahku meskipun dia tengah di bawa paksa pengawal menjauhiku.  “Appaaa jebal! Jangan sakiti dia. Ku mohon!!!” jieun menangis menatapku. Perih di pelipis dan pipiku tak berapa sakit di banding hatiku. Tuhan aku tak mau dia menangis.
                “Bawa Nona masuk. Awasi dia!”
                “Appa jebal! Aku mencintainya.” Isak Jieun dalam cengkeraman dua pengawal itu.
                Aku sudah terbaring lemah menatap Jieun. Dan membiarkan para pengawal itu memukuliku tanpa ku balas. Aku masih bisa mendengar teriakan jieun dari dalam rumah yang meronta meminta belas kasih appa nya.
Flash back off

                Yaaa.. sejak saat itu lah aku mempunyai hobi baru, aku pergi ke bar setiap malam. Menjadi seorang pemabuk. Aku rasa aku tak ada gunanya lagi untuk hidup. Separuh hidupku telah mati. Aku di luar kendali.
                “Jieun ah!” aku berbisik di luar kesadaranku.
                “Jongup hyung aku pulang, maaf jika Yongguk hyung merepotkanmu!”
                “Jaga Yongguk hyung Zelo ah!”
Yongguk side end

                Zelo memapah Yongguk ke arah sofa di ruang tamu dan menidurkannya.
                “Kenapa dia jadi seperti ini??” sunhwa membantu Zelo membaringkan Yongguk.
                “Kenapa cinta itu kejam sekali noona?” Zelo menatap Yongguk yang tengah terbaring tak sadarkan diri.
                “Zelo ah… tidak semua cinta seperti ini, hanya saja yongguk oppa belum menemui peruntungannya. Percayalah.” Sunhwa menepuk pundak Zelo.
                “ne, gomawo noona!” Zelo tersenyum ke arah Sunhwa.
                “Ahhh aku harus pulang, Zinger eonnie pasti sudah pulang. Kalau ada apa-apa panggil saja kami.”
                “Ne, terimakasih sudah menjadi tetangga yang baik.” Zelo melambai pada Sunhwa yang berada di pintu.
###
Jieun side
                “Jieun ah… bukankah ini makanan kesukaanmu? Kenapa kau hanya memandangnya saja?” Himchan mencoba mengalihkan perhatianku yang terus melamun.
                Ya, malam ini appa memaksaku untuk makan malam bersama Himchan. Setiap aku menatap wajah Himchan aku selalu teringat kejadian ketika pengawal appaku memukuli belahan hatiku. Perih. Aku yang membuatnya menderita. ‘oppa neo gwaenchana? Nan jeongmal bogoshippeoso oppa.’
                Tes…
                Air mataku terjatuh lagi. Kapankah air mataku ini akan habis??? Agar aku tak dapat menangis lagi meskipun aku teringat namjaku yang sangat ku cintai itu.
                “Jieun ah… wae???” Himchan berdiri mendekatiku dan mencoba mengusap air mataku. Aku menampiknya.
                “Takkan kubiarkan kau menyentuhnya!” tatapku sinis.
                “mi..mi..mianhae!” himchan merasa menyesal sepertinya.
                “Jebal Himchanssi. Bebaskan aku!” aku memohon kepada Himchan mengharap dia akan melepaskanku dan membiarkanku bersama Yongguk.
                “Tidak!!!” Himchan berdiri dan beranjak ke tempat duduknya semula. “Aku tak akan melepaskanmu. Aku akan menunggu hingga kau membuka hati untukku.” Himchan seolah tak menghiraukan perasaanku dan kembali menikmati makannya.
                Aku hanya bisa menangis dan menangis. Nihil. Tidak Himchan tidak juga appaku. Kenapa mereka bisa setega itu??? oh Tuhan!!
Jieun side end

Yongguk side
                PRANGGGGG!!!!!
                Aku melempar piring sarapanku. Pecah. Makananku berserakan di lantai. Zelo dengan sabar datang membersihkannya. Aku hanya menatapnya frustasi. Ya kini aku jadi seperti setan penuh kemarahan. Aku mengutuk segalanya. Bahkan di dunia ini. Aku mengutuk cinta. Aku mengutuk mereka!
                Aku tak bisa berfikir normal. Persetan dngan semua yang ada.
                “ARRRRRRRRRGGGGGGGHHHHHHHHHHHH” aku berteriak sekuat tenagaku. Dan lagi-lagi pertahananku runtuh. Aku memukul dinding berkali-kali.
                “Hyung jebal hentikan!” Zelo ikut menangis menatapku. “Jangan seperti ini! Lihatlah tanganmu berdarah!” Zelo meraih tangan kananku yang tak kusadari penuh dengan darah. Dengan cekatan Zelo memberi pengobatan sederhana pada tanganku.
                Aku terduduk lemas. Bayanganku dengan Jieun lagi-lagi terlintas. Hatiku kembali terkoyak.

Flash back
                “hyaaa oppa, aishhh jinja???!!!” dia terlihat sangat lucu ketika aku mencuri sebuah ciuman darinya. Pipinya yang bersemu dan dia akan sangat malu karena ulahku. Aku hanya mencubit hidungnya ketika dia bertingkah seperti ini.
                Dan aku hanya akan menatapnya hingga dia merasa risih dengan tatapanku.
                “Yaaa wae??? Kenapa kau menatapku seperti itu??” dia akan mengalihkan perhatian.
                “Apa aku tak boleh menatap kekasihku???”
                “ye?? Ahhh kau ini! Suka sekali membuatku malu!” dia akan memukul dadaku dan akan berakhir dalam sebuah pelukan hangat.
Flash back off

                Aku berdiri dan beranjak meninggalkan rumah.
                “Hyung!!!!” Zelo berteriak memanggilku, berharap aku tak pergi.
                “Hyung mau ke mana? Kondisimu masih belum stabil karena mabuk semalam.” Tanpa ku hiraukan perkataannya aku mengambil jaket dan topi bergegas pergi.
                “ya hyung!!!”
Yongguk side end

                “anyeong Agassi! Saya adalah pengawal khusus anda. Yoo Youngjae imnida.”
                Gadis di depannya itu masih diam saja seperti patung. Tak berapa lama terdengar suara pintu terbuka.
                “Jieun nui!” Daehyun berjalan mendekati Jieun.
                “Daehyun ah, mianhae!”
                “jangan seperti ini noona, aku yang salah tak dapat membantumu. Ahhh nde ini Youngjae Hyung. dia sangat baik dia bisa jadi orang yang kita andalkan.” Daehyun menepuk pundak Youngjae.
                Jieun menatap Youngjae memastikan.
                “Ne, Agassi.”
                Terbersit keingininan di benak Jieun. Dan untuk pertama kalinya Jieun tersenyum setelah kejadian itu.
Yongguk side
                Aku berjalan tak tentu arah, aku hanya mengikuti kakiku yang tak punya rasa lelah. Aku enyahkan semua fikiranku tentang apapun tapi hanya satu yang tak dapat enyah. Jieun. Di manapun aku berpijak seolah angin membisikkan namanya. Dalam setiap detak jantungku adalah namanya. Nafasku adalah namanya. Jieun… Jieun… dan Jieun. Aku rindu aroma tubuhnya, aku rindu senyum manisnya, aku rindu pelukannya dan aku rindu apa pun tentangnya.
                “Jieun ah” aku menggumam pelan
                TTIIIIIIIIIIIIIIIIN TIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIINNNNN!!!!!
                BRAKKKKK!!!!
Yongguk side end

                Sirine ambulance terdengar memekakkan telinga. Dengan gesit ambulance itu tiba di rumah sakit tepat pada waktunya.
                Seorang pria berlumuran darah tengah di dorong dalam ranjang besi memasuki ruang operasi. Nampak seorang gadis tengah tegang dan menggigiti kuku jarinya dan berjalan mondar-mandir.
                “Maaf apakah Agassi keluarga korban???” seorang perawat bertanya kepada gadis itu.
                “ahh bukan, saya yang menabraknya.” Jawab gadis itu.
                “kami harus melakukakan operasi pada sumsum tulang belakangnya. Kami memerlukan tanda tangan wali yang bertanggung jawab.”
                “Baiklah saya akan melakukannya.”
                Gadis itu berjalan ke ruang administrasi dan melengkapi persyaratan yang di perlukan.
                “Jung Hyosungssi!”
                “Ahhh Ne.”
                “silahkan tanda tangan di sini.” Seorang perawat menyerahkan berkas kepada Hyosung. Dan operasi pun segera di laksanakan.
###
                Zelo, Jongup, Zinger dan Sunhwa berpencar mencari Yongguk.
                “Iya, pemuda itu mengeluarkan banyak darah. Tak tau apa yang akan terjadi padanya.”
                “Ya Tuhan kasihan sekali!”
                Jongup menghentikan langkahnya mendengar dua orang paruh baya bercakap-cakap itu dan menghampiriniya.
                “permisi, apakah anda tadi membicarak seorang pemuda?” Tanya Jongup ragu.
                “Iya anak muda, tadi ada kecelakaan di ujung jalan sana.” Nenek berbaju cokelat itu menunjukkan.
                “kecelakaan?? Apakah pemuda itu berbadan tegap, berambut cepak dan mengenakan topi hitam?” jongup memastikan.
                “ahh benar seperti itu ciri-cirinya.” Jawab nenek yang satunya.
                “kalau boleh tau di mana dia sekarang??”
                “tadi ada ambulance dari rumah sakit Daesan. Pasti di bawa ke sana.”
                “terimakasih nek!” Jongup langsung berlari sembari menghubungi Zelo, Sunhwa dan Zinger.
###
                Mereka berlari ke ruang operasi setelah bertanya di meja resepsionis. Terlihat Zelo frustasi.
                “Mianhae, apakah kalian keluarga pria itu?” Hyosung bertanya kepada mereka.
                “Iya kami keluarganya, bagaimana keadaannya??” zinger menjawab dan kembali bertanya.
                “apa Hyungku baik-baik saja?” zelo khawatir.
                “mianhae, dia harus melakukan operasi tulang belakang.” Hyosung merasa menyesal.
Tak berapa lama seorang berpakaian steril keluar dari ruang operasi. Mereka serentak langsung mengahampiri dokter itu.
“Maaf, kami telah berusaha semaksimal mungkin. Operasinya berhasil tapi sepertinya jiwanya sangat rapuh. Pasien mengalami…  coma. Hanya keajaiban yang bisa menolongnya!”
“ANDWAEEEE!!!!” Zelo berteriak.
“Maafkan kami.” Dokter itu berjalan pergi.
Zelo ditenangkan Jongup. Zinger terduduk lemas, Sunhwa terdiam tak berkata.
###
                “ Ye Agassi!”
                “Bisakah aku meminjam ponselmu? Jebal jangan beritahukan appa. Kau tau ponselku dan milik daehyun disita Appa. Bantulah aku, ini menyangkut hidupku.” Aku terpaksa berbicara pada Youngjae diam-diam menghindari CCTV yang terpasang setelah Appa memperkerjakan Youngjae.
                “Di mana Agassi akan melakukannya?”
                “Kau tau, selain sudut ini kamar mandiku juga tak terpasang CCTV. Aku tak mau melakukannya di sini karena pengawal appa akan berkeliaran.”
                “baiklah, berhati-hatilah Agassi.” Aku menerima ponsel dari youngjae, dengan cepat aku memasukkannya ke dalam bajuku. Aku bergegas masuk ke kamar mandi.
                Aku mulai menekan nomor yang sudah ku hapal di luar kepala.
                Nihil. Tak ada jawaban. Aku mengulanginya.
                “jebal!” aku panic karena tak ada jawaban.
                Tak ada jawaban. Aku menekan nomor Zelo sembari mengingatnya.
                “yoboseo??”
                “Zelo ah…. Ini aku!”
                “noona??? Bagaimana kau bisa menghubungiku??... Noona….” Suara Zelo tercekat. Aku yakin ada sesuatu yang tak aku tau.
                “Zelo ah… waegurae?"
                “noona… Yongguk hyung…”
                “kenapa dengan dia????”
                “…”
                “andwae… andwae…” aku terduduk lemas, tak percaya apa yang aku dengar dari Zelo. Dan akhirnya tangisku pun pecah. Ponsel Youngjae jatuh dari genggamanku. Aku merasa dunia benar-benar tak adil. Aku mengutuk.
                “Apa yang harus aku lakukan? Aku harus bagaimana? Ku mohon bertahanlah.”
Jieun side end

###
                “Hyung jebal, bukalah matamu!” Zelo memandangi Yongguk yang terbaring tak berdaya. “Hyung kau tau? Aku begitu kesepian. Kau lah kakak terbaikku. Aku merindukanmu. Jebal bangunlah!” Zelo mencengkeram erat tangan dingin Yongguk. Diam. Tak ada reaksi.
                Ia menelungkupkan kepalanya di antara tangannya. Lagi-lagi ia terguguk menumpahkan kesedihannya dalam tangisan.
                “Lebih baik kau memarahiku daripada aku harus melihatmu seperti ini.” Dia menarik nafas dalam dan mengangkat tangannya untuk mengusap air matanya yang tak kunjung berhenti mengalir. Dia menatap monitor di samping Yongguk, sama. Tidak ada perubahan.
                “Jebal hyung! ireona!! Palliwa ireona!”
                “Zelo ah.. Uljima!!” sebuah tangan menepuk pundak Zelo.
                “Jongup hyung! kenapa Yongguk hyung tak mau bangun??? Apa dia tidak lelah seperti ini terus eoh?? Sudah satu minggu dia tertidur.”
                “Yaa… uljimara! Kuatkan hatimu!” Jongup mengeratkan cengkeraman di pundak Zelo. “Zelo ah… mungkinkah jika Jieun noona ada di sini Yongguk Hyung akan bangun?”
                Zelo terlonjak kaget dan menatap Jongup penuh tanda Tanya.
###
                “Cari nona muda cepat!” Bentak seorang laki-laki paruh baya dengan luapan amarahnya.
                “Ye!” jawab 3 pengalnya serempak dan bergegas pergi.

Flash back
Jieun side
                ‘Aku harus bagaimana??? Oh tuhan bantu aku! Beri aku jalan’ ucapku dalam hati berkali-kali. Ini adalah hari pernikahanku dengan Himchan. Tidak aku tak mau pernikahan ini terjadi. Aku menatap bayanganku di cermin. Harusnya aku cantik memakai gaun pernikahan ini, tapi aku terlihat buruk. Aku bagai monster.
                Cklek!
                Seseorang memasuki kamarku, dia menghentikan langkahnya di belakangku. Dan aku bisa melihatnya melalui cermin di depanku tanpa aku menoleh ke arahnya.
                “Kau sangat cantik Jieun ah.” Himchan memegang pundakku.
                “Oppa, jebal! Aku tak bisa menerimamu. Aku telah memberikan hatiku untuk orang lain.”
                “Apa kau masih mencintainya?”
                “Sangat oppa, aku sangat mencintainya.”
                “tidak ada kah harapan untukku??” terdengar parau suaranya. Aku tau Himchan tidak sekedar menikahiku karena bisnis appa ku dan appa nya. Dia juga mencintaiku.
                “Himchan oppa… Mianhae!”
                Aku berbalik dan memeluk Himchan erat. Dia tidak membalas pelukanku. Terdiam. Dia hanya terdiam.
                “kau benar-benar tidak memberiku harapan Jieun ah?” dia bertanya lagi untuk memastikan jawabanku.
                “Mianhae!” tangisku pecah, ku eratkan pelukanku padanya.
                “pergilah….”
                Aku terkejut dan sontak tangisku berhenti.
                “pergilah! Sebelum aku menarik ucapanku dan menahanmu.”
                “oppa….” Aku tak bisa melanjutkan kata-kata ku aku tercekat.
                “pergilah! Aku akan mengalihkan perhatian appamu!” Himchan tersenyum. Yang aku tau senyum itu adalah keterpaksaan.
                CHU!
                Aku berjinjit dan menciumnya sekilas. Shock. Dia masih terdiam dengan kelakuanku.
                “Gomawo oppa.” Aku memeluknya lagi dan menarik diriku.
“Pergilah!”
“Selamat tinggal.” Aku mengusap air mataku dan berbalik pergi keluar kamar.
Tidak, aku tak pernah menoleh kebelakang lagi.
Jieun side end
Flashback off

                Daehyun terlihat ketakutan mengetahui ayahnya tengah marah besar.
                “Maaf paman, aku telah merelakan Jieun. Biarkan dia bersama orang yang dicintainya.” Himchan membuka pembicaraan setelah Jieun di ketahui menghilang.
                “Kurang ajar, anak tak tau diuntung! Brandalan itu telah meracuni pikiran putriku.”
                “Appa jebal! Biarkan no one memilih jalan hidupnya. Mereka saling mencintai.” Daehyun mencoba menyadarkan ayahnya.
                “Kau anak kecil tau apa huh?”
                “Appa! Aku memang anak kecil tapi setidaknya aku tau mana yang benar dan mana yang salah. Ya.. bagi appa cinta bukanlah apa-apa. Appa lebih memilih materi. Appa pikir bisa hidup tenang dengan materi tanpa cinta? Bahkan ketika Umma dalam kondisi kritis dan mencari appa, apa kah appa datang menemuinya? Appa lebih memilih pekerjaan daripada umma. Kau tau betapa Umma dan kami mencintaimu, sangat mencintaimu. Tapi kenapa appa tak pernah membalas cinta kami! Appa lebih mencintai materi dari pada kami!”
                PLAKK!!!
                Sebuah tamparan mengenai pipi Daehyun.
                Tes…
                Daehyun menyentuh ujung bibirnya dengan punggung tangannya. Ada setitik darah di sana. Himchan tercengang. Appa daehyun hanya terdiam menyesali perbuatannya.
                “ternyata seperti inilah appaku.” Daehyun berbalik dan berjalan pergi meninggalkan ayahnya.
###
                “hyung kita harus menjemput Jieun noona!”
                “sebaiknya kita pergi sekarang sebelum pernikahannya berlangsung.” Jongup mengambil kunci mobilnya dan beranjak pergi bersama Zelo.
###

                BRUGH!
                Seorang gadis yang mengenakan gaun pengantin terjatuh setelah berlari dua kilo meter. Dia berlari keluar dari taksi setelah taksinya terjebak macet. Rambutnya yang tadi tersanggul rapi kini terlihat sangat acak-acakan. Dua kedua tangannya terdapat sepatu yang dia lepas saat berlari.
                Deru nafasnya terdengar sangat menyedihkan.
                “Andwae!” lirihnya di sela nafasnya yang memburu. Dia bangkit berdiri dan berlari lagi dan lagi.
                “oppa aku datang!” lirihnya memasuki pintu rumah sakit.
                Dia berhenti di sebuah pintu. Dia memutar kenop perlahan dan membukanya.
                “Andwae!! Oppa!!” dia kembali terisak melihat pria yang tengah terbujur tak sadarkan diri di depannya. Sepatunya terjatuh dari genggamannya tanpa dia sadari. Dia berjalan perlahan menahan tangisnya mendekati ranjang besi itu.
                “oppa aku datang, jebal bangunlah!” dia memohon dalam tangisnya. Dia memeluk, mencium kening pria itu berkali-kali.
                “oppa jangan seperti ini.” Bahkan dia kesulitan mengucapkan kata, dia menangis dan menangis.
                “Ingatkah janji kita oppa,” dia meraih tangan dingin itu dan mendekatkan ke dadanya. “jika kau sakit aku juga sakit, jika kau sedih aku juga sedih, kita akan hidup bersama selamanya.” Jieun mencium tangan dalam genggamannya.

Yongguk side
                Aku mendengar isakan, aku serasa mempunyai kekutan untuk membuka mataku… perlahan namun pasti. Aku melihat cahaya putih samar yang akhirnya menjadi nyata. Tidak ini bukan mimpi. Aku mendapati yeojaku menangis di sampingku.
                “jieun ah….” Dengan susah payah aku mengucapkan kata itu. Dia terkejut mendengar suaraku.
                “oppa…!” dia memegang kedua pipiku, aku rindu hangat tangan ini. “Aku akan panggil dokter.”
                “Jangan pergi lagi!” dengan sisa tenagaku aku berusaha menggerakkan tanganku yang kaku.
Yongguk side end

Jieun side
                Aku berbalik dan menatapnya lagi. Aku tak percaya kekasihku seperti ini. Aku mengusap air mataku.
                “tolong pegang tanganku.” Ucapnya lemah dan berusaha tersenyum ke arahku. Aku melihat air mata mengalir dari sudut matanya.
                “Aku takkan pergi oppa.” Aku tersenyum pahit kearahnya, jujur aku tak sanggup menatapnya seperti ini.
                CHU!
                Aku mencium bibirnya lembut.
                “saranghae jieun ah…” suaranya terdengar menyakitkan. Tidak ada apa dengannya? Kenapa nafasnya tersengal.
                “Oppa yaa neo gwaenchana??? Aku akan panggil dokter.” Aku panic dan beranjak memanggil dokter. Dan lagi-lagi tangan itu mengeggam tanganku erat.
                “Tolong jangan pergi!” ucapnya pelan hampir tak terdengar.
                “Oppa…” suaraku tercekat air mataku mengalir lagi dan lagi.
                “Tolong pegang tanganku!” suaranya semakin lirih. Aku memegang erat tangannya. “a..ku..i..ngin..m..m…me..me…luk…mu…” Tuhan kenapa suara semakin menghilang???  Tangisku semakin menjadi.
                “aku akan memelukmu oppa, aku akan memegang tanganmu.” Aku naik ke atas ranjang besinya dan merebahkan diriku di sampingnya dan memeluknya.
                “aku tak akan meninggalkanmu oppa,” perlahan tangisku mereda. Aku memejamkan mataku mengingat kenangan-kenanganku bersamanya. “Aku ingin bersamamu selamanya. tidak akan ada lagi yang memisahkan kita.”
                Tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang aneh padanya. Tidak ini tidak mungkin. Aku membuka mataku.
“Oppa????” aku berusaha memanggilnya. Dia hanya diam. Aku sontak terduduk. Aku menatap monitor yang masih mendeteksi detak jantungnya. Semakin pelan… pelan… dan pelan.
                Tut tut… tut tut…tuutt……………
                “OPPAAAAAAA ANDWAE!!!!!JEBAL OPPA IREONA!!! IREONA!!!” suara tangisku pecah memenuhi ruangan putih ini.
                “KENAPA KAU PERGI???” aku terguguk memeluknya. “IREONA jeongmal ireona!! Apa kau tak mendengarku??? Bangunlah!!” aku menepuk-nepuk pipinya berharap dia membuka matanya kembali. Demi Tuhan aku tak percaya ini. Kenapa kau mengambil dia dariku Tuhan??? Aku benar-benar akan menjadi gila jika tanpanya.
                “ireona oppa jebal!!! Ku mohon!!!!” aku terguguk pilu. “Kenapa kau meninggalkanku?”
                Dan akhirnya akupun menyadari dia telah benar-benar pergi.
Jieun side end

                “Hyung cepatlah! Kenapa perasaanku jadi tak enak seperti ini??? Kenapa mobilmu harus mogok??” Zelo terlihat gelisah.
                “Sebentar, sebentar lagi selesai.” Jongup menutup cap mesin. “coba kau hidupkan mesinnya!”
                Mesin mobil tua Jongup pun kembali menyala.
                “Kita kembali ke rumah sakit saja.”
                “baiklah!”
                Mereka mengendarai mobil dan kembali ke rumah sakit.
###
                “Apa kau ingat? Kau pernah berkata jika aku adalah nyawamu?” Jieun berbaring di samping jasad Yongguk dan memeluknya. “Jiwa tidak akan pergi tanpa nyawanya bukan?”
                Jieun menangis tanpa suara. Dia kembali duduk menatap yongguk yang telah terbujur kaku. Tanpa sengaja matanya menatap seonggok obat di atas meja di dekatnya.
###
                Zelo dan Jongup telah sampai di rumah sakit dan dengan tergesa mereka berlari ke ruangan Yongguk di rawat.
                “Hyung??” Zelo dan Jongup terbelalak menatap dua insan tengah berpelukan di atas ranjang besi di depannya.
                Mereka berjalan mendekati dua insan itu.
                “Kenapa mereka terlihat pucat?” Jongup hanya memandang mereka penuh tanda Tanya.
                “Noona??? Ireona!” Zelo memegang tangan Jieun dan…
                “Andwae!!” Zelo terkejut. Jongup memeriksa denyut nadi Jieun dan Yongguk.
                “Zelo ah…” tanpa berkatalagi Jongup menangis dan menepuk pundak Zelo.
                “Andwae!!!”
                “Noona!!!!” terdengar beberapa langkah kaki bersamaan dengan suara itu.
                Zelo menangis tanpa suara “andwae!” kata itu terus meluncur dari mulutnya.
                “mereka telah pergi!!” suara jongup tercekat.
                “Noona!” Daehyun terduduk lemas, tangisnya pun pecah.
                “Putriku!!” appa Jieun tercekat, dan akhirnya pertahanannya runtuh melihat putrinya kini telah tiada.
                Himchan dan Youngjae hanya terdiam di tempatnya berdiri. Pilu. Itu yang dirasakan Himchan. Orang yang dicintainya kini benar-benar pergi.

Flash back
                Jieun menatap onggokan obat di atas meja di sampingnya. Dia memungut semua obat itu dan meminum semua tanpa tersisa. Perlahan dia mendekati pria di sampingnya dan mengecup bibirnya pelan.
                “Saranghae!”
                Dia mengusap pipi pria itu sebelum akhirnya dia berbaring dan memejamkan matanya.
Flash back end

*fin*
               

Rabu, 10 April 2013

COMA Indonesian lyric

Setelah kau pergi, aku kehilangan rasionalitasku
Setiap malam, aku mabuk dari alkohol
Aku bersumpah dengan suara keras karena aku berpikir tentangmu, yang begitu dingin
Aku merasa jelek, aku berteriak keras dalam kemarahan
Aku melihat wajahku tercermin dalam cermin yang rusak
Ini seperti potongan-potongan cinta kita yang rusak
Aku berdiri di ujung tebing curam ini
Aku merobek kenangan kita- tidak ada lagi
Apa yang bisa aku lakukan? (Apa yang bisa aku lakukan?)
Aku berjalan melalui labirin tapi aku di tempat yang sama
Apa yang bisa aku katakan? (Apa yang bisa aku katakan?)
Kau menjadi redup, aku tidak bisa melihat wajahmu
Aku tidak bisa bergerak dari kegelapan
Aku tidak bisa merasakannya – aliran air mataku
Aku terjebak dalam kenanganmu, tidak ada
Mohon pegang tanganku sehingga aku bisa bangun – jangan pergi
Mengapa kau melemparkanku pergi seperti sampah?
Kenapa aku tidak bisa melakukan apa-apa?
Mengapa, mengapa, mengapa
Mengapa Aku mengusir kenanganmu setiap hari?
Maafkan aku, aku tidak punya pilihan
Tapi untuk melihatmu seperti ini
Kau tidak berada di sini, tidak disebelahku
Seperti hatiku yang berhenti dan sekarat
Aku tidak bisa bernapas, aku bahkan tidak ingin membayangkan hidup tanpamu
Aku percaya bahwa aku tidak bisa pergi jika itu bukan dirimu
Sungguh menyakitkan ketika aku berpikir aku sudah gila
Aromamu tebal menyebar
Rasanya seperti hatiku akan meledak
Aku menangis dan menangis dan membuat keributan bahwa ini tidak benar, tetapi
Sungguh kejam, kau tidak mengucapkan sepatah kata pun
Apa yang bisa aku lakukan? (Apa yang bisa aku lakukan?)
Aku mencoba untuk bangun tapi aku masih di tempat yang sama
Apa yang bisa aku katakan? (Apa yang bisa aku katakan?)
Aku mencintaimu, kau segalanya bagiku
Aku tidak bisa bergerak dari kegelapan
Aku tidak bisa merasakannya – aliran air mataku
Aku terjebak dalam kenanganmu, tidak ada
Mohon peganglah tanganku sehingga aku bisa bangun – jangan pergi
Mengapa kau melemparkan saya pergi seperti sampah?
Kenapa aku tidak bisa melakukan apa-apa?
Mengapa, mengapa, mengapa
Mengapa Aku mengusir kenanganmu setiap hari?
Kau bernapas dalam diriku
Aku mencarimu, aku ingin memelukmu
Karena hati ku terbakar
Aku tidak tahan lagi karena rasanya seperti aku akan mati
Aku tidak bisa bergerak dari kegelapan
Aku tidak bisa merasakannya – aliran air mataku
Aku terjebak dalam kenanganmu, tidak ada
Mohon peganglah tanganku sehingga aku bisa bangun – jangan pergi

B.A.P - COMA (hangul) LYRIC

B.A.P - COMA (hangul)

니가 떠나버린 후에 난 이성을 잃어가
매일 밤, 술에 취해 비틀거려 난
욕을 뱉어 차갑던 니가 떠올라서
기분이 더러워 악에 받쳐 소리를 질러봐
깨진 거울 속에 비친 내 얼굴
산산이 조각난 우리 사랑 같아 전부
지독한 이 절벽에 끝에 서서
너와의 기억들을 찢어버려 난 없어
What can i do?(What can i do?)
미로 속에서 길을 헤매다 그 자리에
What can i say?(What can i say?)
희미해져 가, 니 얼굴이 보이질 않아
움직일 수 없어 어둠 속에서
느낄 수가 없어 눈물이 흘러
너란 기억 속에 갇혀있어 No~
제발 나의 손을 잡아줘 깨어날 수 있게 Please don’t go
왜 쓰레기처럼 날 버려서
대체 왜 난 아무것도 할 수 없어
대체 왜 왜 왜 난 매일
너와의 추억들을 다 집어던져
미안해 어쩔 수가 없어
이렇게 바라볼 수밖엔
니가 없는 건 내 곁에 없는 건
심장이 멎어 죽은 거와 같은 것
숨 쉴 수 없어 너 없이 사는 건 상상하기조차 싫어
난 믿어 니가 아니면 안 되는걸
너무 아파 나 미쳐버릴 것 같아
니 향기가 짙게 배어
마음이 터져버릴 것 같아
울고불고 이건 아니라고 떼써봐도
참 잔인하게도 넌 아무 말도 하지 않아
What can i do?(What can i do?)
깨어나려고 발버둥쳐도 그 자리에
What can i say?(What can i say?)
사랑했잖아 나는 니가 전부였잖아
움직일 수 없어 어둠 속에서
느낄 수가 없어 눈물이 흘러
너란 기억 속에 갇혀있어 No~
제발 나의 손을 잡아줘 깨어날 수 있게 Please don’t go
왜 쓰레기처럼 날 버려서
대체 왜 난 아무것도 할 수 없어
대체 왜 왜 왜 난 매일
너와의 추억들을 다 집어던져
내 안에 니가 숨을 쉬어
널 찾고 있어 널 안고 싶어
심장이 타들어 가서
죽을까봐 더는 못 참겠어
움직일 수 없어 어둠 속에서
느낄 수가 없어 눈물이 흘러
너란 기억 속에 갇혀있어 No~
제발 나의 손을 잡아줘 깨어날 수 있게 Please don’t go