RETURN
Cast : Lee Seunggi, Han Eunjung
Aku turun dari kemudiku melihat
sekeliling tempat yang kini aku pijak. Aku terdiam sesaat mencoba mengingat
sesuatu. Mulai ku langkahkan kakiku di tempat ini.
“sudah banyak berubah” aku
bergumam sembari melihat sekeliling.
Aku masih berjalan tanpa
memperhatikan langkahku. Dan langkahku terhenti ketika sepertinya kaki kananku
menginjak sesuatu. Aku berhenti dan menarik kakiku mundur perlahan. Aku menatap
sebuah kapur tulis telah patah menjadi dua bagian karena terinjak olehku.
Aku berjongkok dan mengambil
bagian yang panjang. Ku perhatikan kapur itu.
Degggh! Tiba-tiba hatiku
berdetak lebih cepat. Aku menoleh kebelakang karena sepertinya ada seseorang yang tengah berlari. Seorang gadis belia nan lugu. Aku
menyukai senyumnya. Senyum itu yang selalu membuatku tidak bisa tidur. Tatapan mata
bulatnya yang selalu membuat ku sulit bernafas bila menatapnya. Dialah canduku.
Dia bagaikan heroin dalam hidupku.
Dia menoleh ke arahku sambil
terus berlari. Aku menatapnya, aku mengikutinya perlahan. Aku menoleh ke arah belakang
menatap seorang anak laki-laki seusianya yang mengejarnya. Aku mengikutinya. Aku
melihanya duduk di depan sebuah piano klasik dan mulai memainkannya. Dan lelaki
kecil itu mengejutkannya dengan memanggil namanya.
“eunjung ah!” lelaki kecil itu
memegang bahu eunjung dari belakang kemudian duduk di sampingnya dan bermain piano
bersamanya. Senyum ceria terpampang jelas di wajah mereka. Tanpa sadar aku
mengalunkan irama kecil dari mulutku. Dan akhirnya Aku membuka mata. dan aku sadari Aku lah pria kecil itu.
Gadis itu berjalan lagi dan aku
ikuti. Aku terdiam ketika gadis itu membuka sebuah pintu tua yang masih tersisa
di tempat yang kini ku pijak. Kayunya yang rapuh dan berwarna kusam, masih
tetap berdiri kokok bahkan dinding-dindingnya sudah tiada. Gadis itu masuk dan
menutup pintu itu kembali.
Aku
hanya terdiam menatap gadis itu menghilang dari pandanganku. Aku langkahkan
kakiku menuju pintu itu. Knop pintu yang sudah tua itu dengan ragu ku pegang dan
ku putar untuk membukanya. Dan… terbuka.
Perlahan
ku ayunkan kakiku memasuki pintu itu. Dan… bagai tersihir. Aku kembali ke masa
lalu dan melihat aku 15 tahun silam. Ini adalah sekolah lamaku. Aku berjalan
menyusuri koridor sekolah. Aku mengehentikan langkah kakiku ketika aku menatap
papan kelas X-B2. Pintunya sedikit terbuka aku berjalan mendekat dan menatap
ruang kelas yang penuh dengan murid-murid ketika jam pelajaran pertama di
mulai.
Seorang
gadis belia itu mencari-cari sesuatu dalam tasnya.
“kumpulkan Tugas kalian!” suara
guru terdengar begitu familiar. Seorang lelaki yang duduk di sebelah eunjung,
memperhatikan eunjung yang membolak-balik isi tasnya. Ya itu lah aku.
“Han Eunjung mana tugasmu?” Tanya guru
“maaf guru, aku rasa aku lupa
membawanya.” Terang gadis itu. melihat eunjung demikian aku memasukkan tugasku
kembali ke dalam laci bangku.
“Han Eunjung kau berdiri!” tegas
guru dan menoleh ke arah ku.”Ya Lee Seunggi, mana tugasmu?”
“maaf guru. Aku melupakannya!”
jawabku
“kalian berdua,berlutut di depan
kelas!” seru seosangnim.
Aku pun segera berdiri dan menatap
eunjung, dia balik menatapku sedih. Kamipun keluar kelas dan berlutut. Aku mentapnya,
dan tersenyum menahan senang yang ku rasakan.
Aku
tertawa melihat diriku yang bertingkah bodoh demi eunjung. Aku kembali
merasakan senang ketika dulu bisa bersama eunjung.
Kami
di hukum bersama, membersihkan penghapus papan tulis. Dia menepuk-nepukkan
penghapus itu aku pun demikian. Kami terbatuk-batuk terkena debu kapur. Hukuman
belum berakhir. Kami harus membersihkan kaca. Sesekali aku menggoda eunjung. Dan
dia tertawa. Semakin hari kami semakin dekat.
Ada
sesuatu yang tak ku sadari waktu itu yang kini aku melihatnya. Kami berada di
ruang music. Aku bermain piano bersama Nana. eunjung bermain seruling. Aku terlalu
asik bermaiin dengan nana sesekali kami tertawa ceria. Yang kini baru ku sadari
aku menatap eunjung yang sesekali menatap ke arahku dan nana. Tersirat kesedihan di wajah eunjung. Sungguh demi
tuhan jika waktu itu aku mengetahui betapa dia sangat sedih melihatku dengan
nana aku tak kan melakukannya.
Eunjung berjalan di koridor membawa
beberapa buku.
“ahh!” pekik eunjung. Ketika Tiba-tiba
sekelompok anak nakal yang aku ingat mereka bernama hoon, juntae dan minwoo
menyingkapkan rok eunjung.sontak buku-buku itu terjatuh. Mereka bertiga berlari masuk ke dalam kelas dan aku menghampiri eunjung.
Eunjung menoleh dan “PLAKK!!”
tiba-tiba dia menamparku. Bisa ku ingat betapa sakitnya tamparan eunjung saat
itu. lebih tepatnya hatiku yang sakit. eunjung berjalan meninggalkanku. Dan aku
hanya terdiam tak mengerti. ini kesalah fahaman.
“Eunjung ah… apa salahku?!” aku
mengejar Eunjung seusai jam pelajaran sekolah.
“tinggalkan aku!” Eunjung
mengacuhkan ku. Dan dia terlihat sangat marah padaku. Tak tau apa yang harus
aku lakukan. Aku hanya berdiri mematung melihat kepergian Eunjung.
***
Tulang pipiku masih terasa sakit. Aku
berkelahi dengan hoon,juntae dan minwoo kemarin harinya setelah Eunjung
mengacuhkanku. Aku masuk ke dalam kelas, ku lihat eunjung tengah duduk di
kursinya. Aku berjalan dan meletakkan susu di bangku eunjung tanpa menoleh dan
duduk di tempatku. Dia mengambil susu itu dan melihat memo yang ku tempelkan di
sana.
“Han eunjung maafkan aku “ aku
menyisipkan emoticon sedih
Dia melepas memo pertama,
“ku mohon tersenyumlah” aku
menyisipkan emoticon lagi
“tersenyum” memo ke tiga telah di bukanya. Dan dia kini
tengah menatapku.
Saat jam matematika aku dan eunjung
mengerjakan di papan tulis. Bukannya mengerjakan tapi dia malah menatapku. Entahlah
dia mengkhawatirkan aku atau apa.
Hingga jam pelajaran music, dia
tetap saja menatapku. Aku terkejut ketika mendapati piano yang biasa aku
mainkan salah satu tuts nya ada yang hilang. Eunjung tertawa tertahan melihatku
yang bermain dengan piano yang tutsnya hilang.
Seusai sekolah aku mendapatinya
membawa banyak buku dan kesulitan. Aku berusaha membantunya tapi dia menolak. Dan
sampai akhirnya aku merebutnya darinya dan berlari, diapun mengejarku.
Betapa
indah saat itu, hingga pada keesokannya aku harus pergi ikut orang tuaku ke London.
Aku berada di ruang direktur sekolah untuk mengurus kepindahanku dan
mengucapkan salam perpisahan.
Berat kaki ini aku langkahkan
keluar dari ruang direktur waktu itu. bingung tak tau apa yang harus aku
lakukan. Konflik batin itu yang ku rasakan. Aku melihat Eunjung dan tak
memperdulikannya. Hatiku terlalu sakit melihatnya. Aku terus melangkahkan
kakiku keluar sekolah.
Kutatap kedua orang tuaku yang
sudah menungguku di mobil. Aku berjalan lamban menuju mereka.
“seunggi ah!” sebuah suara
menghentikan langkahku. Dan hatiku memaksaku untuk berbalik menghadap suara itu.
Yeonjung tengah berjalan ragu-ragu
ke arahku. Dia tak berkata apapun. Dia hanya terdiam, dan kulihat raut sedih
tertahan di wajahnya. Eunjung memegang sesuatu dan mengisyaratkannya akan di
berikan padaku. Aku pun menerimanya. Sebuah tuts piano.
Aku menatap tust piano itu dan
menggenggamnya erat. Ku beralih menatap eunjung. Ku melihat kabut di matanya. Akankah
dia akan menangis??? Aku hanya membatin.
Eunjung berbalik dan berlari pergi,
dia menangis. Aku ingin mengejarnya dengan mengatakan “jangan menangis!” tapi
apa daya aku tak mampu. Tubuhku terasa kaku. Lidahku kelu. Bahkan memanggil
namanya saja aku tak mampu.
aku
hanya melihat kejadian masa laluku ini begitu menyakitkan. Betapa bodohnya
diriku saat itu. aku pun keluar dari pintu using itu. pintu dejavu ini semakin
membuatku menyesali masa laluku.
Aku
mengambil tuts pemberian eunjung dari saku mantelku. Aku menggenggam erat tut
situ. Sedih… sakit… apa yang harus ku lakukan sekarang? Bagaimana kabarmu? Akankah
kau tengah bahagia di sana? Tidakkah kau merindukanku??
Aku
Lee seunggi sangat merindukanmu dan ingin menatapmu bidadariku. Akan ku katakan
betapa aku sangat menyayangimu. Namun aku rasa aku takkan mungkin bertemu
denganmu lagi…
~END~
sorry banyak typo -_- dan over gaje XD kok jadi kaya cerita anak SD begini ya???
sorry banyak typo -_- dan over gaje XD kok jadi kaya cerita anak SD begini ya???