Blogger Widgets

Entri Populer

Jumat, 02 Agustus 2013

INFINITE FF WHAT SHOULD I DO chapt 2











WHAT SHOULD I DO 

Author : Yonggyu90
Sub : Indonesian
Genre : sad love story maybe
Main cast : Kim Myungso, Kim Sunggyu, Park Jaehee
Length : 2 shot / 2 chapter
Notes : The original story written by me so do not take it without a clear source. sorry if a lot of mistakes.

 



CHAPTER 2

            "Noona, bolehkah aku bertanya padamu?" ku tatap serius manik matanya. Aku tau sunggyu hyung memperhatikanku. Aku tak peduli dan ingin bertanya padanya.
            “Apa yang ingin kau tanyakan?” dia tersenyum ramah padaku seperti biasanya. Namun tak ada senyum yang keluar dari bibirku dan ku tatap lekat matanya. Aku tau sunggyu hyung masih tetap memperhatikanku sedari tadi. Dan aku tau pasti itu.
            “Noona, jika gadis yang ku cintai itu adalah kau, apa reaksimu. Apa kau juga menyukaiku?” Tanya ku sambil menenggak air putih di gelas yang tersedia di depanku.
            “Mwoo L??” Sunggyu Hyung dan Jaehee noona Nampak terkejut dengan pertanyaanku.
            “Yak… kalian serius sekali… aku hanya bercanda.” Aku tertawa dan mencoba mengalihkan perhatian mereka. Namun sungguh itu adalah pertanyaan serius, bukan sebuah canda yang aku maksud.
            “Ahhh kau mengejutkanku.” Jaehee noona tampak menghembuskan nafas berat dan memegang dadanya.
             “Aishhh anak ini.” Sunggyu hyung ikut tertawa.
            “Tapi seandainya itu noona bagaimana?” tanyaku lagi. Namun tidak ada keterkejutan lagi di antara mereka.
            “L…” Jaehee noona meraih tanganku dan menggenggamnya. “Kalau wanita itu belum mempunyai seseorang di hatinya… tentu saja dia akan menyukaimu juga. Jangan khawatirkan itu.” Senyumnya mengembang. Namun itu bukanlah senyum bagiku. Itu adalah sebuah belati. Noona… apa kau tak tau betapa aku menyukaimu??? Apa menurutmu aku hanyalah seorang anak kecil saja?
            “Yaa… serius sekali.. khaja mau pesan apa?” Sunggyu Hyung mengejutkanku dan jaehee noona yang tengah bersama fikiran masing-masing. Dan kami pun kembali duduk seperti semula.
===

            Aku tak pernah lagi masuk course, aku tak pernah lagi masuk ke studio piano itu. Dan kini aku tengah duduk di sini, di pinggir pantai. Sendiri.
            Aku masih saja terus meratapi hatiku. Tidak. Hatiku tak bersalah akan sakit ini. hanya waktu saja yang tidak tepat.
            Ponselku bordering lagi. Entah ini sudah yang keberapa kali nya karena sejak tadi aku terus saja membiarkannya berdering. Aku mengambilnya dan ku lihat nama Jaehee tertera di sana.
            “Waeyo noona?” jawabku datar.
            “L kau di mana? Kenapa kau tidak masuk??” terdengar suaranya dari seberang.
            “Bisakah noona ke sini?”
            “neo eodiya?”
            “pantai.”
            “Biaklah… tunggu aku.”
            “Eoh.”
            Ku putuskan percakapan kami. Aku masih terduduk di atas batu menatap kea rah pantai jauh.
            “kenapa kau seperti ini akhir-akhir ini?” tanyanya mengejtkanku setelah satu jam aku menungunya. Dia ikut duduk bersamaku di atas batu.
            Tidak… aku tak mampu menatapnya yang terus menatapku.
            “L…? kenapa kau jadi seperti ini?” dia meraih tanganku. “Mana Myungsoo yang ceria dulu?”
            “Noona…” kali ini aku beranikan diriku menatap matanya yang terus saja terarah ke padaku.
            “uhm…” dia tersenyum ke arahku.
            “boleh aku jujur padamu?”
            “Tentu saja, jujurlah… aku di sini untukmu. Ada apa denganmu?”
            “Aku mencintaimu.” Kataku tanpa basa basi. Dan ku lihat dia terkejut mendengar pengakuanku.
            “L..”
            “Ku mohon noona… jangan paksa aku untuk melupakanmu. Kau tau ini rasanya sangat sakit.”
            “Tt…ttaa..ttapi.._” dia hendak melepaskan tangannya yang menggenggamku. Namun aku menariknya dan balik ku genggam erat.
            “Jebal…”
            “kka..kka..u bercanda kan???” dia berusaha tersenyum. Aku tau itu. aku merasakan tangannya mulai dingin.
            “apakah ini seperti sebuah lelucon?” tanyaku lagi padanya.
            Dia… hanya terdiam beberapa saat. Sampai akhirnya aku mendengar isakan darinya. Dan bulir-bulir bening pun mulai mengalir di pipinya.
            “Kenapa semua harus seperti ini???” dia bertanya dalam isakannya yang bahkan aku sendiri tak tahu jawabannya… tidak. Kenapa aku ikut meneteskan air mata? Kenapa ini??
            Entah keberanian dari mana tiba-tiba aku merengkuhnya dan menciumnya. Aku merasa takut kehilangan dia. Dia.. tak menolak ciumanku.
            “Aku benar-benar menyukaimu noona.” Aku memeluknya erat. Aku tau dia tak menolak juga tak membalas pelukanku. Dia hanya terdiam dan terus terisak. Aku tau ini salah. Dia adalah calon kakak iparku. “Apa kau juga mencintaiku?”
===

            “L ah… kau dari mana?” Tanya Sunggyu hyung ketika tau aku memasuki rumah.
            “Aku berjalan-jalan karena aku merasa penat.” Aku tersenyum sedikit ku paksakan.
            “Baiklah… aku sudah menyiapkan makan malam. Mandilah dulu.” Senyumnya ke arahku. Ku mohon hyung… aku menyakitimu. Jangan tersenyum kea rah ku. Kau tau ini semakin membuatku merasa orang paling berdosa?
            “eoh…” lagi.. aku tersenyum dengan sedikit paksaan.
            Tidak ada sepatah kata pun keluar dari mulut kami. Ini tidak biasanya. Sunggyu hyung berkutat dengan makanannya. Aku pun juga. Aku merasa sedikit janggal dengan sikap hyungku ini.
            “Nanti kalau sudah selesai.. letakkan saja di dapur, biar aku yang cuci.” Senyumnya ke arahku sembari berjalan pergi meningalkanku yang masih duduk di meja makan. Namun nafsu makanku tiba-tiba menghilang dan ku letakkan mangkuk dan sumpitku.
            ===

            “Aku sudah tau semuanya…” kalimat sunggyu hyung mengejutkanku yang tengah menatap bulan yang redup mala mini dari balkon kamarku.
            “Tau? Apa maksud hyung?” Aku menoleh kearahnya yang telah berdiri di sampingku. Ku lihat dia tersenyum dan menatap ke arah langit.
            “kau juga menyukai Jaehee kan bodoh?” dia tertawa dan memukul pundakku pelan sembari tertawa.
            “a..aa..aku…” Aku tak bisa menjawab.
            “hhh.. aku sudah tau semuanya. Aku tau karena aku adalah kakakmu.” Dia menepuk pundakku lagi.
            Aku terus saja terngiang perkataan Sunggyu hyung semalam. Bahkan saat aku berjalan pun aku tak mampu berkonsentrasi karena aku terus saja memikirkan perkataannya.
            Hari ini aku berniat pergi ke rumah Sungyeol sahabatku. Rasanya aku tak mampu menahan rasa ini sendirian. Saat di penyeberangan jalan yang cukup sepi, ku lihat Sunggyu Hyung juga hendak menyeberang dari arah yang berlawanan.
            Dia melambaikan tangan ke arahku dengan wajah cerianya. Sangat ceria. Bahkan aku berani pastikan itu adalah wajah tercerianya selama aku hidup bersamanya. Dia terus saja melambai ke arahku. Aku pun membalas lambaiaan tangannya dan tersenyum.
            Lampu pun berubah merah, namun aku masih saja terdiam di pinggir jalan dan hanya memperhatikan Sunggyu hyung yang tengah menyeberang jalan.
            TTTIIIIIIIIIIIIIIIIIIINNNNNNNNNNNNNNN….
            “HYUUUUUNGGG!!!”
            BRAKKKKKK!!!!
===

            Epilog
            “Jagiya…. Cepatlah…..!!” terdengar suara lelaki yang tengah berteriak dari sebuah ruang tamu.
            “Ne… sebentar….” Jawab seorang perempuan dari lantai dua rumah mereka.
            “cepatlah sedikit…. Nanti terlalu siang.” Lelaki itu berteriak lagi.
            “Ne…”
            “Yaa… umma mu lama sekali….” Gerutu lelaki itu pada seorang bayi 5 bulan dalam kereta dorongnya yang ada di depannya. Bayi itu kemudian tertawa melihat appanya yang sedikit uring-uringan karena menunggu ummanya yang lama.
            “Ap…paa…” terdengar suara lucu yang sedikit terputus.
            “Ye…???” lelaki itu terkejut.
            “Ap…ppa..”
            “ya… kau bisa memanggilku appa???”
            Bayi itu terlihat tertawa sembari sedikit berlonjak-lonjak senang.
            “Yaa… jagiya…. Dia bisa memanggilku appa…. Dia sudah bisa bicara.” Lelaki itu terlnjak kegirangan dan berteriak senang. Maklum saja. Ini adalah kali pertama anak mereka bisa berbicara dan memanggil appa.
            “Yeee????? Myungsoo????” Seorang perempuan berlari menuruni sebuah tangga sambil membawa tas berisi perlengkapan bayinya.
            “Akkkkk…” perempuan itu terpeleset saking terburu-burunya setelah sampai di bawah.
            “Ya… jagiya hati-hati.” Lelaki itu berlari cepat menolong istrinya yang terjatuh.
            “Myungsoo???” perempuan itu terus berdiri dan tak memperdulikan sakit di pinggulnya akibat terjatuh.
            “Ya… hati-hati…” teriak suaminya lagi.
            “Myungsoo ah… bisa kau panggil umma??? Umm..mmaa… khaja tirukan umma jagiya. Panggil aku umma.” Perempuan yang tak lain adalah Jaehee itu tak sabar ingin mendengarkan anaknya memanggilnya umma.
            “App…ppa…” bayi itu tertawa lagi dan berlonjak-lonjak girang dalam kereta dorongnya.
            “Yaa… aku umma bukan appa… jebal panggil aku umma jagiya.” Jaehee terus saja berusaha membuat anaknya memanggil Umma.
            “Aishh… pelan-pelan jagiya, Myungsoo baru bisa menyebut appa.” Lelaki yang tak lain adalah suami Jaehee itu terkikik geli melihat tingkah istrinya yang tak sabar ingin di panggil umma.
            “Aishhh… kau ini tak wajar myungsoo ah… bayi lain akan menyebut umma lebih dulu.” Jaehee berbicara pada bayinya. Namun bayinya hanya tertawa melihat tingkah ummanya.
            “jagiya…. Gomawo…” lelaki itu menarik jaehee dalam pelukannya dan mengecup pelan bibirnya.
            “uhmm… untuk???” Jaehee tak mengerti.
            “Untuk memberiku anak setampan myungsoo.” Lelaki itu memeluk Jaehee lagi.
            “nado yeobo.” Jaehee balik tersenyum dan memeluk suaminya. “khaja kita berangkat!”
            “Uhm…” mereka melepaskan pelukannya. “Sini myungsoo ah.. biar appa yang gendong.” Lelaki itu menggendong bayinya dan sesekali bercanda.
===

            “Myungsoo ah… gomawo… kau tau kami sangat kehilanganmu? Kenapa kau harus menyelamatkanku waktu itu? tapi tenang saja… pengemudi ugal-ugalan itu ditangkap polisi saat itu juga.”
            Lelaki suami jaehee yang tak lain adalah sunggyu itu meneteskan air matanya.
            “Boghosipeo nae dongsaeng.” Sunggyu yang menggendong bayinya itu terguguk pelan.
            “L… Gomawo, aku juga mencintaimu. Sangat mencintaimu. Sama seperti aku mencintai diriku sendiri. Maaf waktu itu aku tak bisa menerimamu. Karena aku mencintaimu sebagai adikku. Kau adalah kenangan yang tak terlupakan L untuk kami.” Jaehee mlai terisak.
            “App..paa…” terdengar suara lucu dari bayi mereka lagi yang tengah bermain dengan pipi sunggyu.
            “Ahh iya lupa… Myungsoo ah… coba kau ucapkan salam pada pamanmu.” Sunggyu menunjukkan pemakaman itu pada bayinya namun bayinya tak mengerti dan tetap saja bermain dengan pipi sunggyu.
            “L.. gomawo.. maaf aku lama tidak mengunjungimu dan baru memperkenalkan keponakanmu saat ini, karena Sunggyu Oppa tak pernah mengajakku ke sini sejak kelahiran bayi kami. Ah ya… kami menamainya Kim myungsoo, seperti namamu. Kami berharap, dia bisa menjadi seperti pamannya yang tampan dan pintar sepertimu. Tidak seperti appanya.”
            “Ya… jagiya… memangnya aku bodoh??? Aku juga pintar.” Sunggyu mulai protes.
            “Aku tak bilang kau bodoh oppa,” jaehee mulai menggoda suaminya.
            “Aishhh jinja….” Sunggyu menggerutu sambil membenarkan gendongan putranya.
            “Mmaa…mmaaa…”
            “Yeobo… kau dengar?” jaehee terkejut. Sunggyu hanya meltot tak percaya.
            “mmamaa..” terdengar suara lucu dari bayi mereka yang kini bermain dengan tangannya sendiri.
“Dia memanggilku???” Jaehee tak percaya. Sunggyu masih menatap istri dan anaknya bergantian. “panggil umma lagi jagiya… Um…mmaaa… ummaa khaja.”
“App..ppaa…” myungsoo malah mengucapkan appa.
“Ya… mama…mamaa… bukan appa.” Jaehee mulai cemberut anaknya tak mau mengucapkan namanya.
“Ya… Myungsoo memilihku jagiya…” sunggyu mengejek istrinya.
“sekali lagi myungsoo ah… umma… mmaaammaaa…”
“App…ppaaa…” myungsoo kembali menyebut appa.
Jaehee cemberut.
“Lihatkan L… bahkan Myungsoo kecil lebih memilih Appa nya dari pada aku.” Jaehee berbicara lagi pada nisan L.
“Aigooo myungsoo ahh… umma mengadu pada Pamanmu.” Sunggyu tertawa.

Mereka yang terus saja bercanda di depan makam L tak menyadari jika sedari tadi ada sosok yang terus tersenyum di atas pohon dekat mereka. Makhluk itu begitu tampan, dengan wajah berseri-seri dan mata yang begitu tajam. Berpakaian serba putih dan terlihat Sayap yang sangat lebar di punggungnya. Dia terus berjongkok dan tersenyum memperhatikan manusia di dekatnya.
“Hyung… Noona… Gomawo… L kecil jaga mereka baik-baik ne.” Myungso tersenyum kea rah myungsoo kecil di gendongan Sunggyu.
Terlihat Myungsoo kecil tersenyum kea rah pohon. Dan L pun mengembangkan Sayapnya pergi meninggalkan tempat itu.
“Myungsoo ah… apa yang kau lihat??” Tanya jaehee sembari mengikuti arah mata myungsoo yang melihat pohon.
“Khaja kita pergi.” Sunggyu mengajak mereka pergi meninggalkan pemakaman itu. dan kini tempat itu telah benar-benar sepi.
END
           

INFINITE FF WHAT SHOULD I DO chapt 1










WHAT SHOULD I DO

Author : Yonggyu90
Sub : Indonesian
Genre : sad love story maybe
Main cast : Kim Myungsoo, Kim Sunggyu, Park Jaehee
Length : 2 shot / 2 chapter
Notes : The original story written by me so do not take it without a clear source. sorry if a lot of mistakes.

chapt 1
 "Noona... Kau bisa kan menemaniku?" aku merengek padanya.
Dia gadis yang lebih tua satu tahun dariku, jujur selama 3 bulan sejak pertemuan kami, aku menyukainya. Dia gadis yang begitu keibuan. Lembut. Sabar dan penyayang. Ntah mengapa aku merasa nyaman berada di sampingnya. Sejak pertama aku tau dia mengajar piano di sebuah studio course, aku setiap hari pergi ke sana. Dengan alasan yang sangat klise, aku ingin berlatih piano. Aku ingat betapa terkejutnya dia ketika aku mengungkapkan ini, sebelum akhirnya dia tertawa, tapi akhirnya dia mau mengajariku. Sebenarnya aku hanya ingin bertemu dengannya saja.
"Ayolah noona." rengekku lagi sembari memasang muka paling imut yang dia sukai.
"uhm... Apakah aku harus?" dia balik bertanya sembari tersenyum. Ya senyum yg sangat aku suka.
"ne, harus." aku meyakinkannya. Terlihat dia berfikir sebelum akhirnya dia menjawab,
"baiklah! Besok jemput aku ya." dia tersenyum.
"Yess!" aku begitu kegirangan. Dia menatap tajam ke arahku. Mungkin dia merasa aneh atau apa. Aku tak tau dan tak peduli. Yang jelas aku sangat senang saat ini.
Hari ini, aku akan menjemputnya. Tentu saja aku harus tampil serapi mungkin dengan kemeja panjang warna baby peach dan celana panjang putih. Aku tersenyum menatap bayanganku dikaca yang bahkan aku sendiri mengaguminya. Lol aku memang terlihat tampan bukan? Ahh aku terlalu percaya diri.
Aku beranjak mengambil kunci mobil KIA tuaku.
"Hyung aku pergi." aku menepuk bahu Kyuzizi, dia Hyungku dan keluargaku satu-satunya.
"Ah.. Rapi sekali? Apa kau akan kencan?" mata sipitnya memberikan kedipan yg tak terlihat sembari tersenyum menggodaku.
"Apa aku terlihat begitu?" aku bertanya malu-malu.
"Yaa yaaa yaaa! Kenapa pipimu jadi merona begitu?" Hyung menunjuk dengan sebelah tangannya yang memegang gelas berisi air mineral yang baru saja dia tuang.
"Ah sudahlah,aku akan pergi. Anyeong!" aku cepat-cepat berlari ke luar sebelum aku mati lemas karena malu oleh Hyungku yang terus menggodaku.
"Hati-hati!" teriaknya dari dalam.
"Ne," ku jawab sebelum akhirnya ku membuka pintu KIA tua kesayanganku.
Kini aku tengah berdiri di depan pintu menanti seseorang membukanya.
"Anyeonghaseyo ahjumanim" aku mencoba terlihat seramah mungkin ketika ny. Park membukakan pintu dan menyambut dengan senyum ramahnya.
"Aigoo nak L, ayo masuk." perintahnya dan kubalas anggukan "ye".
Aku berjalan memasuki rumah sederhana itu dan menangkap sosok gadis yg selalu hadir dalam mimpiku. Dia memakai pakaian seperti biasa, rok maxi hijau muda selutut dengan aksen bunga-bunga kecil dan sepatu kanvas hijau. Dia selalu seperti ini. dia bilang… dia tak suka Highheels ataupun Flat shoes. Namun kali ini dia begitu berbeda, dia memakai atasan kuning muda berlengan di atas siku, biasanya dia memakai cardigan tapi kali ini tidak. Jantungku berhenti berdetak ketika melihatnya. Ya Tuhan, kenapa dia begitu cantik? Sayang untuk berkedip mataku. Sehingga aku terlihat seperti orang bodoh saja.
Dia sedang menerima telfon tak jauh dariku, dia melambai, sesekali dia melihat ke arahku dan tersenyum.
"Obseo, ara.. Ara... Ne.." terdengar dia menjawab telfon, wajahnya terlihat berseri-seri. Siapa yg telah menelfonnya?Kenapa dia terlihat bahagia seperti itu? dia cantik sekali ketika tersenyum seperti itu.
"Ahh... Mianhae L ah." sapanya menghampiriku dengan raut merasa bersalah dan hanya ku balas senyum. "kita pergi sekarang?" ajaknya.
"ne, noona sudah siap?" aku berdiri mengajaknya.
"khaja!" dia menggamit lenganku dan menarik paksa aku ke luar. "Umma kami berangkat." teriaknya sembari menggandengku ke luar pintu.
"yak noona.. Aku terlihat seperti preman, kau tak membiarkanku meminta izin pada ahjuma." aku berpura-pura marah.
"ne, hati-hati!" teriak ny. Park dari dalam.
"tuh kan, jangan khawatir." dia mengedipkan mata padaku dan tuhan, aku serasa lemas karenanya. Aku hanya menggaruk tengkukku yang tidak gatal.
===
"Myungsoo ah, ini?" dia menatapku terkejut ketika kami telah sampai.
"Ye, ini pemakaman." jawabku dengan senyum sepolos-polosnya. Mungkin dia terkejut karena aku memakai pakaian cerah dan mengajaknya ke pekuburan. "khaja..." aku tarik tangannya berjalan mendekati dua makam yang berdampingan. "Umma... Appa... Ingat kan hari ini hari apa? Maaf aku berpakaian seperti ini,"bibirku kelu, seakan berat untuk berkata.
"hari ini... Tepat usiaku yang ke 21 dan 10 tahun kalian meninggalkanku dan Hyung." aku berdiri di depan kedua nisan.
"L? Kau ulang tahun? Kenapa tak bilang padaku?" suaranya bergetar mengejutkanku yg tengah melepas rindu dengan kedua orang tuaku.
"Ah... Noona, aku sampai lupa padamu... Ne, aku mengajakmu ke sini untuk merayakan ulang tahunku." bibirku tersenyum simpul ke arahnya. "lebih tepatnya... Merayakan dukaku." ntah sejak kapan pertahananku runtuh juga. Aku merasa malu menangis di depannya,di depan gadis yg ku cinta.
"Uljima eoh..." dia menarikku dalam pelukannya. Hangat. Aku ingin seperti ini. Terus. Sampai nanti. Akan tetap begini. 'aku mencintaimu noona.' aku hanya mampu berbisik dalam hati. Aku teringat kejadian sepuluh tahun lalu yang merenggut kedua orang tuaku. Aku terisak dalam pelukan hangatnya.
"L, khaja!Aku akan membuatmu tertawa hari ini, aku bersumpah kau takkan pernah melupakan hari ini." dia melepas pelukannya dan menatapku lekat. Kemudian menarik tanganku berlari ke luar makam.
“Yak noona, kita mau ke mana?” Aku terhuyung karena tanganku ditariknya sambil berlari. Dia hanya tertawa melihatku yang hampir terjatuh.
“Baiklah…” Dia berhenti tiba-tiba. Aku hampir saja terjungkal karena tak bisa mengontrol lariku.
“Noona larinya cepat sekali.” Aku berjongkok mencoba mengatur nafasku yang kacau. Ku lirik dia yang tengah tertawa menatap ku.
“kau lihat ini?” dia menunjukkan sebuah koin.
“koin? Untuk apa?” tanyaku tak mengerti.
“kau pilih bagian mana?”
“Aku pilih yang kau tunjuk itu.” aku memilih sisi nominal.
“Baik, ini akan aku lempar. Jika koin ini terbuka bagian nominal, kau harus menggendongku sampai kedai makan terdekat dari sini dan mentraktirku makan siang. Eotae?” dia mengedipkan mata padaku.
“Mwooo??? Menggendong noona??? Sampai kedai makan terdekat? Itu jauh sekali…”
“Mau tidak?”
“Kalau terbuka sisi sebaliknya?” aku balik meminta keuntungan.
“kalau sisi sebaliknya, kau boleh minta aku melakukan apa pun untukmu.”
“Jeongmalyo???” aku tak percaya dan menyambut dengan sangat senang. “baiklah… ayo kita lempar.”
“siap? Kita hitung ya..” dia meminta persetujuanku. Lalu aku mengangguk dan berharap sisi yang aku pilih berada di bagian bawah. “Hana.. dul.. set..”
KLINTINGGGGG
“KYAAAAAAAAAA……” dia berteriak histeris sembari bertepuk tangan ketika melihat koin itu. dan aku hanya pasrah mengetahui akulah yang harus melakukan tantangan.
“araseo… khaja noona… naiklah…!” aku tersenyum dan berjongkok. Kemudian aku merasakan dia naik ke punggungku dan mengalungkan tangannya padaku.
“hati-hati ok!”
“Ya… noona berat sekali….!” Aku berpura-pura kesulitan.
“Aishhh noona Cuma 42 kg, bagaimana bisa berat???” ku lirik dia mempout kan bibir mungilnya. Kemudian aku hanya bisa tertawa.
Ku mulai mengayunkan kakiku perlahan. Dia kemudian terdengar bersenandung lirih. Dan suaranya mengalun indah di telingaku.
Aku sangat senang hari ini, aku bahkan tidak merasa lelah sedikit pun. Padahal, tadi Jaehee noona memintaku menggendongnya. Sungguh dia wanita yg sangat sempurna. Aku hanya bisa tersenyum mengingatnya, padahal aku kini tengah menyalakan tv, tapi kenapa mataku tak fokus ke sana dan terus teringat bidadariku. Apa dia juga menyukaiku? Sepertinya iya. Ahh senangnya aku.
"Aigoo... Kau kenapa senyam-senyum begitu?" suara Sunggyu Hyung mengejutkanku.
"Ani..." aku tersenyum ke arahnya.
"L ah.. Saengil chukkae..." tiba-tiba hyung memelukku. Dan ku balas erat pelukannya.
"Gomawo Hyung ah" seakan aku takut melepaskan pelukanku darinya.
"aku ingin merayakan ulang tahunmu besok dan... Kau tau kan aku tengah dekat dengan seorang gadis? Aku ingin memperkenalkannya padamu." ucapnya setelah melepas pelukan kami.
"jeongmal? Dia calon kakak iparku? Aigoo siapa dia hyung..." aku mulai menggodanya dan merasa sangat senang.
“Ahh… dia gadis yang mampu membuatku tak bisa tidur dengan nyenyak.” Dia mengusap-ngusap area leher seperti yang sering ia lakukan dan terlihat raut frustasi namun senang di sana.
===
Aku sangat senang malam ini, karena akan bertemu calon kakak ipar, tapi ntah mengapa perasaanku juga tidak nyaman. Tiba-tiba jantungku terasa aneh.
"Kenapa dia lama sekali?" gerutu Sunggyu Hyung sembari terus menatap ke arah pintu restaurant.
"Tenang hyung... Dia pasti datang." ku coba menenangkannya.
"Yaa, biasanya dia akan tepat waktu.”hyung terlihat cemas.
"Hyung, apa dia... Cantik?" tanyaku penasaran dengan calon kakak ipar.
"Diaa... Sangat sempurna di mataku. Kau pasti akan menyukainya, dia mirip sekali dengan Umma." Jawabnya berbinar-binar.
Ciri-cirinya mirip sekali dengan gadisku, ahh aku merindukannya. 'Jaehee noona, boghosipo!' batinku. "Hyung aku... Juga menyukai seorang gadis, dia lebih tua setahun, tapi aku sangat menyukainya." kataku jujur.
"Oh ya? Siapa dia? Ahs jinja? Kau tak mengenalkannya padaku?" dia menggodaku.
"aku belum jujur pad..." __
"Anyeong" seorang gadis datang menyapa memutus kalimatku.
"Eoh?" dia terkejut melihatku.
"Noona?" aku terkejut mendapapti jaehee noona di sini, aniya. Dia pasti sedang bertemu seseorang, bukan calon kakak iparku.
"Eoh? Kalian sudah saling kenal?"
Deg...
Noona?
Hyung?
Ya Tuhan, hatiku sangat sakit. Kenapa harus dia calon kakak iparku? Aku hanya terdiam menatap jaehee noona.
"Ya Oppa, dia yang sering aku ceritakan padamu itu." Noona menjelaskan.
"Woah jinja?" Hyungku terlihat terkejut, namun detik berikutnya dia tersenyum sembari menarik kursi untuknya. Hatiku remuk. Aku ingin langit benar-benar runtuh saat ini juga.
"Gereom... Apa artinya kau juga mau menerima dia L ah?" tanyanya. Dia tak mengerti betapa hatiku teramat sangat sesak dan sakit.
"Ahh Oppa..." Dia terlihat malu, pipinya merona.
"Yak... Kan, pipimu memerah lagi." mereka terlihat sangat mesra sekali.
"Tentu saja aku menyukainya. Sangat menyukainya." kuberikan penekanan pada kalimatku,tersenyum paksa dan menatapnya lekat.

Sunggyu side
 Ada yang aneh dengan L, kenapa dia terus saja menatap Jaeheeku seperti itu. Ahh... Tidak bukan jaehee kan yg dia maksud?
"L ah, aku buatkan ini untukmu!" Suara Jaehee mengejutkanku dan L. Dia mengeluarkan kotak dari dalam tasnya.
"Apa ini noona?" tanya L padanya. Aku hanya menatap Jaehee.
"Ini kado untukmu, tadi kau tak masuk ke course kan? Dan ini, juga untukmu." katanya lagi sembari mengambil kotak lagi dalam tasnya.
"Ini apa?" L tak mengerti.
"Yaa... Chagi, banyak sekali kado untuknya?" aku merengut pura-pura cemburu.
"Aish jinjayo oppa, jangan seperti itu." dia mengusap pipiku. Dan aku masih tetap memperhatikan L yg pandangannya tak lepas dari Jaehee. "Yang Hitam pita merah, untuk L murid sekaligus sahabatku, yang hitam pita silver, untuk L, adik iparku." Aku senang mendengar penuturannya. Pipinya merona lagi. Dan L, kenapa dia sedikit tersentak dan pucat. Aku tak mau menerka-nerka.
"Gomawo noona." ucap L.
Sunggyu side off

Jadi dia hanya menganggapku sahabat? Tenang L ah, jaga emosimu! Aku terus menenangkan diriku. Mungkin aku harus mundur. Hyungku lebih mencintainya. Bisa menjaganya,tidak sepertiku. Aku hanya anak kecil yang menyukai guru lesnya. Tapi kenapa hatiku sakit,sangat sakit melihatnya tertawa bersama Hyung.
"L, tadi kau belum melanjutkan pengakuanmu. Aish... Kapan kau akan mengenalkan pada kami?" Pertanyaan sunggyu hyung mengejutkanku. Aku terdiam bingung.
"Mengenalkan??” Jaehee noona tak mengerti.
“menurutmu chagi?” hatiku benar-benar ingin meledak mendengar sapaan sayang itu.
“Mwo? L? Kau punya pacar? Aigoo siapa gadis beruntung itu?" jaehee noona membelalakkan matanya dan mulai menggodaku.
"Ah ani... Aku tak punya." jawabku polos.
"Dia menyukai seorang noona, dan sepertinya dia benar-benar jatuh cinta." Sunggyu Hyung tersenyum ke arahku.
"Ah jinja?" Jaehee noona membelalakkan matanya.
"Noona, bolehkah aku bertanya padamu?" ku tatap serius manik matanya. Aku tau sunggyu hyung memperhatikanku. Aku tak peduli dan ingin bertanya padanya.
            TBC