WHAT SHOULD I
DO
Author :
Yonggyu90
Sub :
Indonesian
Genre : sad
love story maybe
Main cast : Kim
Myungso, Kim Sunggyu, Park Jaehee
Length : 2 shot
/ 2 chapter
Notes : The original story written
by me so do not take it without a clear
source. sorry if a lot of mistakes.
CHAPTER 2
"Noona, bolehkah aku bertanya padamu?" ku tatap
serius manik matanya. Aku tau sunggyu hyung memperhatikanku. Aku tak peduli dan
ingin bertanya padanya.
“Apa yang ingin
kau tanyakan?” dia tersenyum ramah padaku seperti biasanya. Namun tak ada
senyum yang keluar dari bibirku dan ku tatap lekat matanya. Aku tau sunggyu
hyung masih tetap memperhatikanku sedari tadi. Dan aku tau pasti itu.
“Noona, jika gadis
yang ku cintai itu adalah kau, apa reaksimu. Apa kau juga menyukaiku?” Tanya ku
sambil menenggak air putih di gelas yang tersedia di depanku.
“Mwoo L??” Sunggyu
Hyung dan Jaehee noona Nampak terkejut dengan pertanyaanku.
“Yak… kalian
serius sekali… aku hanya bercanda.” Aku tertawa dan mencoba mengalihkan
perhatian mereka. Namun sungguh itu adalah pertanyaan serius, bukan sebuah
canda yang aku maksud.
“Ahhh kau
mengejutkanku.” Jaehee noona tampak menghembuskan nafas berat dan memegang
dadanya.
“Aishhh anak ini.” Sunggyu hyung ikut tertawa.
“Tapi seandainya
itu noona bagaimana?” tanyaku lagi. Namun tidak ada keterkejutan lagi di antara
mereka.
“L…” Jaehee noona
meraih tanganku dan menggenggamnya. “Kalau wanita itu belum mempunyai seseorang
di hatinya… tentu saja dia akan menyukaimu juga. Jangan khawatirkan itu.”
Senyumnya mengembang. Namun itu bukanlah senyum bagiku. Itu adalah sebuah
belati. Noona… apa kau tak tau betapa aku menyukaimu??? Apa menurutmu aku
hanyalah seorang anak kecil saja?
“Yaa… serius
sekali.. khaja mau pesan apa?” Sunggyu Hyung mengejutkanku dan jaehee noona
yang tengah bersama fikiran masing-masing. Dan kami pun kembali duduk seperti
semula.
===
Aku tak pernah
lagi masuk course, aku tak pernah lagi masuk ke studio piano itu. Dan kini aku
tengah duduk di sini, di pinggir pantai. Sendiri.
Aku masih saja
terus meratapi hatiku. Tidak. Hatiku tak bersalah akan sakit ini. hanya waktu
saja yang tidak tepat.
Ponselku bordering
lagi. Entah ini sudah yang keberapa kali nya karena sejak tadi aku terus saja
membiarkannya berdering. Aku mengambilnya dan ku lihat nama Jaehee tertera di
sana.
“Waeyo noona?”
jawabku datar.
“L kau di mana? Kenapa
kau tidak masuk??” terdengar suaranya dari seberang.
“Bisakah noona ke
sini?”
“neo eodiya?”
“pantai.”
“Biaklah… tunggu
aku.”
“Eoh.”
Ku putuskan
percakapan kami. Aku masih terduduk di atas batu menatap kea rah pantai jauh.
“kenapa kau
seperti ini akhir-akhir ini?” tanyanya mengejtkanku setelah satu jam aku
menungunya. Dia ikut duduk bersamaku di atas batu.
Tidak… aku tak
mampu menatapnya yang terus menatapku.
“L…? kenapa kau
jadi seperti ini?” dia meraih tanganku. “Mana Myungsoo yang ceria dulu?”
“Noona…” kali ini
aku beranikan diriku menatap matanya yang terus saja terarah ke padaku.
“uhm…” dia
tersenyum ke arahku.
“boleh aku jujur
padamu?”
“Tentu saja,
jujurlah… aku di sini untukmu. Ada apa denganmu?”
“Aku mencintaimu.”
Kataku tanpa basa basi. Dan ku lihat dia terkejut mendengar pengakuanku.
“L..”
“Ku mohon noona…
jangan paksa aku untuk melupakanmu. Kau tau ini rasanya sangat sakit.”
“Tt…ttaa..ttapi.._”
dia hendak melepaskan tangannya yang menggenggamku. Namun aku menariknya dan
balik ku genggam erat.
“Jebal…”
“kka..kka..u
bercanda kan???” dia berusaha tersenyum. Aku tau itu. aku merasakan tangannya
mulai dingin.
“apakah ini
seperti sebuah lelucon?” tanyaku lagi padanya.
Dia… hanya terdiam
beberapa saat. Sampai akhirnya aku mendengar isakan darinya. Dan bulir-bulir
bening pun mulai mengalir di pipinya.
“Kenapa semua
harus seperti ini???” dia bertanya dalam isakannya yang bahkan aku sendiri tak
tahu jawabannya… tidak. Kenapa aku ikut meneteskan air mata? Kenapa ini??
Entah keberanian
dari mana tiba-tiba aku merengkuhnya dan menciumnya. Aku merasa takut
kehilangan dia. Dia.. tak menolak ciumanku.
“Aku benar-benar
menyukaimu noona.” Aku memeluknya erat. Aku tau dia tak menolak juga tak
membalas pelukanku. Dia hanya terdiam dan terus terisak. Aku tau ini salah. Dia
adalah calon kakak iparku. “Apa kau juga mencintaiku?”
===
“L ah… kau dari
mana?” Tanya Sunggyu hyung ketika tau aku memasuki rumah.
“Aku
berjalan-jalan karena aku merasa penat.” Aku tersenyum sedikit ku paksakan.
“Baiklah… aku
sudah menyiapkan makan malam. Mandilah dulu.” Senyumnya ke arahku. Ku mohon
hyung… aku menyakitimu. Jangan tersenyum kea rah ku. Kau tau ini semakin
membuatku merasa orang paling berdosa?
“eoh…” lagi.. aku
tersenyum dengan sedikit paksaan.
Tidak ada sepatah
kata pun keluar dari mulut kami. Ini tidak biasanya. Sunggyu hyung berkutat
dengan makanannya. Aku pun juga. Aku merasa sedikit janggal dengan sikap
hyungku ini.
“Nanti kalau sudah
selesai.. letakkan saja di dapur, biar aku yang cuci.” Senyumnya ke arahku
sembari berjalan pergi meningalkanku yang masih duduk di meja makan. Namun
nafsu makanku tiba-tiba menghilang dan ku letakkan mangkuk dan sumpitku.
===
“Aku sudah tau
semuanya…” kalimat sunggyu hyung mengejutkanku yang tengah menatap bulan yang
redup mala mini dari balkon kamarku.
“Tau? Apa maksud
hyung?” Aku menoleh kearahnya yang telah berdiri di sampingku. Ku lihat dia
tersenyum dan menatap ke arah langit.
“kau juga menyukai
Jaehee kan bodoh?” dia tertawa dan memukul pundakku pelan sembari tertawa.
“a..aa..aku…” Aku
tak bisa menjawab.
“hhh.. aku sudah
tau semuanya. Aku tau karena aku adalah kakakmu.” Dia menepuk pundakku lagi.
Aku terus saja
terngiang perkataan Sunggyu hyung semalam. Bahkan saat aku berjalan pun aku tak
mampu berkonsentrasi karena aku terus saja memikirkan perkataannya.
Hari ini aku
berniat pergi ke rumah Sungyeol sahabatku. Rasanya aku tak mampu menahan rasa
ini sendirian. Saat di penyeberangan jalan yang cukup sepi, ku lihat Sunggyu
Hyung juga hendak menyeberang dari arah yang berlawanan.
Dia melambaikan
tangan ke arahku dengan wajah cerianya. Sangat ceria. Bahkan aku berani
pastikan itu adalah wajah tercerianya selama aku hidup bersamanya. Dia terus
saja melambai ke arahku. Aku pun membalas lambaiaan tangannya dan tersenyum.
Lampu pun berubah
merah, namun aku masih saja terdiam di pinggir jalan dan hanya memperhatikan
Sunggyu hyung yang tengah menyeberang jalan.
TTTIIIIIIIIIIIIIIIIIIINNNNNNNNNNNNNNN….
“HYUUUUUNGGG!!!”
BRAKKKKKK!!!!
===
Epilog
“Jagiya….
Cepatlah…..!!” terdengar suara lelaki yang tengah berteriak dari sebuah ruang
tamu.
“Ne… sebentar….”
Jawab seorang perempuan dari lantai dua rumah mereka.
“cepatlah
sedikit…. Nanti terlalu siang.” Lelaki itu berteriak lagi.
“Ne…”
“Yaa… umma mu lama
sekali….” Gerutu lelaki itu pada seorang bayi 5 bulan dalam kereta dorongnya
yang ada di depannya. Bayi itu kemudian tertawa melihat appanya yang sedikit
uring-uringan karena menunggu ummanya yang lama.
“Ap…paa…” terdengar
suara lucu yang sedikit terputus.
“Ye…???” lelaki
itu terkejut.
“Ap…ppa..”
“ya… kau bisa
memanggilku appa???”
Bayi itu terlihat
tertawa sembari sedikit berlonjak-lonjak senang.
“Yaa… jagiya…. Dia
bisa memanggilku appa…. Dia sudah bisa bicara.” Lelaki itu terlnjak kegirangan
dan berteriak senang. Maklum saja. Ini adalah kali pertama anak mereka bisa
berbicara dan memanggil appa.
“Yeee?????
Myungsoo????” Seorang perempuan berlari menuruni sebuah tangga sambil membawa
tas berisi perlengkapan bayinya.
“Akkkkk…”
perempuan itu terpeleset saking terburu-burunya setelah sampai di bawah.
“Ya… jagiya
hati-hati.” Lelaki itu berlari cepat menolong istrinya yang terjatuh.
“Myungsoo???”
perempuan itu terus berdiri dan tak memperdulikan sakit di pinggulnya akibat
terjatuh.
“Ya… hati-hati…”
teriak suaminya lagi.
“Myungsoo ah… bisa
kau panggil umma??? Umm..mmaa… khaja tirukan umma jagiya. Panggil aku umma.”
Perempuan yang tak lain adalah Jaehee itu tak sabar ingin mendengarkan anaknya
memanggilnya umma.
“App…ppa…” bayi
itu tertawa lagi dan berlonjak-lonjak girang dalam kereta dorongnya.
“Yaa… aku umma
bukan appa… jebal panggil aku umma jagiya.” Jaehee terus saja berusaha membuat
anaknya memanggil Umma.
“Aishh…
pelan-pelan jagiya, Myungsoo baru bisa menyebut appa.” Lelaki yang tak lain adalah
suami Jaehee itu terkikik geli melihat tingkah istrinya yang tak sabar ingin di
panggil umma.
“Aishhh… kau ini
tak wajar myungsoo ah… bayi lain akan menyebut umma lebih dulu.” Jaehee
berbicara pada bayinya. Namun bayinya hanya tertawa melihat tingkah ummanya.
“jagiya…. Gomawo…”
lelaki itu menarik jaehee dalam pelukannya dan mengecup pelan bibirnya.
“uhmm… untuk???”
Jaehee tak mengerti.
“Untuk memberiku
anak setampan myungsoo.” Lelaki itu memeluk Jaehee lagi.
“nado yeobo.”
Jaehee balik tersenyum dan memeluk suaminya. “khaja kita berangkat!”
“Uhm…” mereka
melepaskan pelukannya. “Sini myungsoo ah.. biar appa yang gendong.” Lelaki itu
menggendong bayinya dan sesekali bercanda.
===
“Myungsoo ah…
gomawo… kau tau kami sangat kehilanganmu? Kenapa kau harus menyelamatkanku
waktu itu? tapi tenang saja… pengemudi ugal-ugalan itu ditangkap polisi saat
itu juga.”
Lelaki suami
jaehee yang tak lain adalah sunggyu itu meneteskan air matanya.
“Boghosipeo nae
dongsaeng.” Sunggyu yang menggendong bayinya itu terguguk pelan.
“L… Gomawo, aku
juga mencintaimu. Sangat mencintaimu. Sama seperti aku mencintai diriku
sendiri. Maaf waktu itu aku tak bisa menerimamu. Karena aku mencintaimu sebagai
adikku. Kau adalah kenangan yang tak terlupakan L untuk kami.” Jaehee mlai
terisak.
“App..paa…”
terdengar suara lucu dari bayi mereka lagi yang tengah bermain dengan pipi
sunggyu.
“Ahh iya lupa…
Myungsoo ah… coba kau ucapkan salam pada pamanmu.” Sunggyu menunjukkan
pemakaman itu pada bayinya namun bayinya tak mengerti dan tetap saja bermain
dengan pipi sunggyu.
“L.. gomawo.. maaf
aku lama tidak mengunjungimu dan baru memperkenalkan keponakanmu saat ini,
karena Sunggyu Oppa tak pernah mengajakku ke sini sejak kelahiran bayi kami. Ah
ya… kami menamainya Kim myungsoo, seperti namamu. Kami berharap, dia bisa
menjadi seperti pamannya yang tampan dan pintar sepertimu. Tidak seperti
appanya.”
“Ya… jagiya…
memangnya aku bodoh??? Aku juga pintar.” Sunggyu mulai protes.
“Aku tak bilang
kau bodoh oppa,” jaehee mulai menggoda suaminya.
“Aishhh jinja….”
Sunggyu menggerutu sambil membenarkan gendongan putranya.
“Mmaa…mmaaa…”
“Yeobo… kau
dengar?” jaehee terkejut. Sunggyu hanya meltot tak percaya.
“mmamaa..”
terdengar suara lucu dari bayi mereka yang kini bermain dengan tangannya
sendiri.
“Dia memanggilku???” Jaehee tak percaya. Sunggyu masih menatap
istri dan anaknya bergantian. “panggil umma lagi jagiya… Um…mmaaa… ummaa
khaja.”
“App..ppaa…” myungsoo malah mengucapkan appa.
“Ya… mama…mamaa… bukan appa.” Jaehee mulai cemberut anaknya tak mau
mengucapkan namanya.
“Ya… Myungsoo memilihku jagiya…” sunggyu mengejek istrinya.
“sekali lagi myungsoo ah… umma… mmaaammaaa…”
“App…ppaaa…” myungsoo kembali menyebut appa.
Jaehee cemberut.
“Lihatkan L… bahkan Myungsoo kecil lebih memilih Appa nya dari pada
aku.” Jaehee berbicara lagi pada nisan L.
“Aigooo myungsoo ahh… umma mengadu pada Pamanmu.” Sunggyu tertawa.
Mereka yang terus saja bercanda di depan makam L tak menyadari jika
sedari tadi ada sosok yang terus tersenyum di atas pohon dekat mereka. Makhluk
itu begitu tampan, dengan wajah berseri-seri dan mata yang begitu tajam.
Berpakaian serba putih dan terlihat Sayap yang sangat lebar di punggungnya. Dia
terus berjongkok dan tersenyum memperhatikan manusia di dekatnya.
“Hyung… Noona… Gomawo… L kecil jaga mereka baik-baik ne.” Myungso
tersenyum kea rah myungsoo kecil di gendongan Sunggyu.
Terlihat Myungsoo kecil tersenyum kea rah pohon. Dan L pun
mengembangkan Sayapnya pergi meninggalkan tempat itu.
“Myungsoo ah… apa yang kau lihat??” Tanya jaehee sembari mengikuti
arah mata myungsoo yang melihat pohon.
“Khaja kita pergi.” Sunggyu mengajak mereka pergi meninggalkan
pemakaman itu. dan kini tempat itu telah benar-benar sepi.
END