Selasa, 01 Oktober 2013
인피니트 성규 면도기 CF
ketawa ngakak pass liat CF ini, kirain Kyuzizi jadi model CF beneran ternyata cuman Fans edited xD ini terlihat sangat sempurna keke xD
FF DESTINY OF HEROES / INFINITE prologue (chap 1)
FF DESTINY of HEROES
genre : fantasy, thriller, romance, action, friendship, etc.
rate : 13+
length : continuous
author : yonggyu90
main Cast : INFINITE + Park jaehee
Supporting cast : Synth Castellar (fiction) , Lee Jungyeop (woollim's CEO), INFINITE's Managers (Km Jungryul, Ryu Geonam, Cho Hyoan)
notes : obat galau OGS, hikz... hikz... T.T asli buatan saya, yang copy... saya sumpahin pokoknya... >.<
Prologue (chapt 1)
Gyongsangbuk-do 1998
Langit
tampak begitu pekat, mengisyaratkan sebuah kesedihan yang menyayat hati. Hujan
kini mulai turun rintik-rintik tak peuli dengan insan di bawahnya yang tak
berlindung. Terlihat dua orang tengah terkapar menanti ajal mereka. Tak jauh
dari mereka seorang anak kecil berusia 5 tahun menangis pilu. Takut. Mungkin
itu yang dirasakannya kini yang tengah menatap kedua orang tuanya bersimbah
darah dalam keadaan lemah.
Dengan
susah payah, ayahnya mencoba merangkak mendekatinya.
“Sungjong
ah… kemarilah nak.” Suara parau sang ayah terdengar memilukan. Dengan tangis
terisak anak itu mendekati ayahnya. Namun sebelum sampai tangan mungil itu
menggapai sang ayah, sang ayah telah terjatuh dan tak bergerak lagi.
“Appa…
aku mendekatimu, ireona!” sungjong menggoyang-goyangkan tubuh ayahnya. Namun
ayahnya tak bergerak sama sekali. Kemudian sungjong berlari kearah ibunya yang
hanya berjarak 3 meter darinya.
“Umma…
aku di sini.” Sungjong membelai lembut pipi umanya yang tengah melemah.
“Sungjong
ah… berjanjilah pada ummaa nak…” ibu sungjong menarik nafas berat dan berusaha
mengusap pipi anaknya. “berjanjilah pada umma kau akan jadi anak yang baik.”
Ibu sungjong tersenyum dalam kesakitannya.
“Sungjong
berjanji umma, sungjong berjanji. Ayo umma, kita bawa appa pulang. Kita
sembuhkan luka appa dan umma.” Sungjong terisak.
Ibu
sungjong hanya tersenyum dan kemudian melemah. Sentuhan pada pipi putranya pun
perlahan memudar dan tangannya terjatuh.
“Ummaa…”
Sungjong berusaha membangunkan ibunya yang kini matanya terpejam. “Ummaa…
ireona.” Sungjong berusaha membangunkan ibunya lagi namun ibunya tetap diam tak
bergerak. Tanpa putus asa sungjong berlari ke ayahnya yang tengkurap tak
bergerak. “Appaaaa….” Sungjong membangunkan lagi. Dan kini anak kecil itu hanya
bisa menangis pilu.
“Appaaa…
ummaaaa…. Jangan mati….” Polos Sungjong dalam tangisnya yang mengetahui ayah
dan ibunya telah pergi meninggalkannya untuk selamanya.
Tiba-tiba
matanya menangkap sesuatu di dekatnya. Terkejut. Dan dia semakin takut.
“Si…si…si…apa
kalian?” Tanya sungjong takut dan bergerak mundur ke belakang. Dia semakin
terkejut dan takut menyadari beberapa anak di depannya mempunyai wajah yang
sama dengannya.
“Aku
Sungjong” jawab mereka serempak.
Dan
dari sinilah takdir itu bermula.
===
Gangwon-do 2001
“Dasar
jelek. Kau anak jelek.” Terlihat beberapa anak tengah mengejek seorang anak
yang terlihat ingin menangis di sebuah sudut sekolah dasar.
“pergi
kau bau!” seorang anak melemparinya dengan tomat.
“Yaa…
kau jelek tak punya ayah. Dasar jelek.” Sela yang lainnya dan ikut melemparinya
dengan tomat.
“Dongwoo
jelek! Dongwoo Jelek!!”
Anak
itu hanya terdiam menahan tangis dan sakit karena dilempari tomat oleh
teman-temannya. Dan sesekali mencoba menghindar namun tak mampu. Sampai
akhirnya….
“HENTIKAANNNNN!!!!!!!!”
teriaknya tak mampu lagi menahan amarah.
Dan
serentak anak-anak yang melemparinya itu berhenti dan perlahan mundur
ketakutan.
“Di..di..dia
terbang!” teriak salah seorang dari mereka.
Beberapa
dari mereka berlari menjauh. Dongwoo kemudian menyadari jika dirinya kini tidak
memijak tanah. Dia melihat sekelilingnya heran. Terkejut dan berusaha mengejar
temannya. Dia takut jika temannya semakn menjauhinya. Dia ingin menjelaskan.
“Jungmin
ah…” teriak Dongwoo ketika menggapai tangan salah satu temannya.
Namun
anak yang digapainya tersebut malah terjatuh dan kulitnya semakin membiru dan
semakin gelap. Beberapa anak yang melihat kejadian itu langsung berlari
menjauhi Dongwoo.
Dongwoo
ketakutan. “Andwae…” dia semakin ketakutan dengan dirinya sendiri.
Beberapa
menit kemudian para guru mendatangi tempat kejadian. Namun Dongwoo merasa
ketakutan dan pergi meninggalkan tempat itu.
“Di
sana seonsangnim.” Seorang siswa memberitahu gurunya di mana kejadian itu
bermula. Namun setelah sampai di sana mereka hanya menemukan Jungmin yang telah
terkapar dengan kulit tubuhnya menghitam.
“cepat
panggilkan paramedis!” Teriak salah seorang guru.
Beberapa
menit kemudian petugas kesehatan sekolah datang dan memberikan kabar yang
mengejutkan.
“Jungmin
telah tiada. Dia seperti terkena racun, namun kami tak bisa memastikan.”
“Astaga….”
Para guru terkejut dan lemas.
===
Gyeonggi-do 2001
Disebuah
pasar Nampak seorang anak yang tengah berjalan-jalan. Dia kemudian berhenti di
sebuah kios buah yang lumayan ramai.
Tak tau
apa yang akan dilakukannya, dia menyelinap masuk ke dalam kerumunan tersebut.
Dia menggigit bibir bawahnya sesaat sebelum akhirnya dia mengambil sebuah pir
dan menyelinap ke luar kerumunan.
“Ya…
Nam Woohyun!” teriak sang pemilik kios lantang.
Merasa
dirinya dipanggil, Woohyun terkejut dan akhirnya tersadar dan mulai berlari.
“Ya…
kau dasar anak nakal!!! Kau mencuri lagi!!!” pemilik kios itu berlari mengejar
Woohyun.
Woohyun
yang merasa dirinya terancam berlari sekuat tenaga. Dia tak menoleh seikitpun
ke belakang sampai akhirnya dia tersadar dan berhenti.
Aneh…
Nafasnya
masih teratur dan tak terengah-engah.
“Kenapa
aku tak merasa lelah sama sekali?” Woohyun bergumam dan mencoba menoleh ke
belakang. “Ya… aku ada di mana????” dia begitu terkejut mengetahui keadaan di
sekelilingnya.
Sedangkan
sang pemilik kios berdiri tercengang. “Anak itu….” dia tak percaya dengan apa
yang dia lihat.
Woohyun
yang merasa dirinya sudah berada sangat jauh dari pasar hanya terdiam di bawah
pohon sambil menatap buah pir yang dia curi dan tak jadi memakannya.
“Ada
apa denganku?” Tanya Woohyun polos.
Namun
tiba-tiba ada sekelebat bayangan yang menghampirinya. Woohyun yang masih
berusia 11 tahun merasa terkejut dan ketakutan. Sosok itu kemudian menampakkan
dirinya dan tersenyum kearah Woohyun.
“Sii…sii…siiapa
kau? Ampuni aku, ku mohon. Aku tak bersalah paman. Aku tak bermaksud mencuri.”
Woohyun mulai menangis ketakutan.
“ikutlah
denganku, aku tak akan menghukummu.” Pria itu tersenyum dan mengulurkan
tangannya kearah woohyun.
“Shireo..!!!
aku tak mau.” Woohyun ketakutan dan bersembunyi di balik pohon. Kini dia
benar-benar merasa takut dan terancam.
“Aku
adalah Geonam, utusan tuan Jungyeop. Beliau berpesan untuk menjemputmu saat
ini. atau kau mau di tangkap polisi karena mencuri?” sosok yang mengaku bernama
Geonam tersebut memberikan pilihan yang menyulitkan untuk woohyun.
Anak
kecil itu Nampak berfikr sejenak sebelum akhirnya dia menyambut uluran tangan Geonam
takut-takut.
===
Busan 2005
“Hoya…
cepat mandinya, kau tau kan keluarga kta sedang krisis?” seorang ibu berteriak
di bawah tangga mengingatkan anaknya yang mandi terlalu lama.
“Ahhh
ne ummaaaaa.” Teriak Hoya dari dalam kamar mandi.
“Aishhh
dasar anak ini, kenapa suka sekali di kamar mandi?” ibu Hoya menggerutu
sendirian dan beranjak menuju dapur.
Sedangkan
Hoya, dia masih di kamar mandi.
Kecipak…
kecipakkk….
Terdengar
suara air dari dalam. Sudah sebulan terakhir Hoya menemukan keanehan pada
dirinya. Dia mampu menggerakkan air tanpa menyentuhnya. Awalnya dia sangat
terkejut namun akhirnya dia sangat menyukainya.
Dia
mengangkat tangannya kemudian memutarnya di udara. Dan air itu terangkat ke
atas seolah air itu adalah bubuk besi yang terkena daya magnet di atasnya.
“Wowww…
aku benar-benar bisa melakukannya.” Hoya tersenyum sendirian di kamar mandi
sembari memandangi kedua tangannya.
“Hoyaaaaa….”
Teriak ibunya lagi dari bawah.
“ye…
ummanim.” Hoya berteriak menjawab dan beranjak mengambil handuknya. Sejenak dia
melupakan yang terjadi padanya dan bersiap untuk sekolah. Setelah merasa siap
dia menuruni tangga rumahnya dan menuju dapur untuk sarapan.
“Appa
berpesan kau harus rajin sekolah eoh, makan yang banyak. Appa akan lama di
Jeju.” Ibunya menyampaikan pesan appanya sembari menyiapkan sarapan untuk Hoya.
Namun tanpa dia sadari kompor yang sedari tadi masih menyala menyambar botol
sake yang baru saja dia gunakan untuk membuat Dak Bal.
Tanpa
di duga api menyembur kemana-mana. Ibunya berteriak panic dan ketakutan.
“Hoya…
menyingkir dari sana!” teriak ibuna panic. “ARGHHH!!” teriak ibu hoya yang
terkena ledakan botol sake.
“Ummaaaa….” Hoya yang mengetahui
hal itu langsung reflek melompat kearah api dan menggerakkan tangannya mencoba
menggapai lap tak jauh dari kompor untuk mematikan apinya, namun keanehan
terjadi. Api itu bergerak mengikuti gerakan tangan hoya yang membuatnya dan
ibunya tertegun tak percaya.
Hoya kemudian mengangkat sebelah
tangannya dan mencoba mengayunkan tangan sebelahnya. Mencoba melakukannya pada
air di kamar mandi yang sering ia lakukan. Dan tak berapa lama api itu padam.
“Hoya?!” ibu Hoya terkejut
tangannya mencoba menahan teriakannya, dia tak percaya dengan apa yang dia
lihat.
Hoya hanya memandangi kedua
tangannya. Kemudian dia menoleh kearah ibunya.
“Ummaaa….”
“Ahhhh” ibu hoya mendesah pelan
sembari memejamkan matanya dan mengusap dadanya pelan.
===
Cheungcheongnam-do 2006
“Ahh…
aku lelah sekali.” Seorang pelajar senior high berjalan dengan sesekali
menendang-nendang kakinya di kesunyian malam. Dia tengah beranjak pulang dari
sekolahnya.
Sesekali
dia terlihat menekan tengkuknya berharap rasa lelahnya berkurang. Namun di
tengah perjalanannya terdengar suara ledakan yang begitu besar. Matanya
langsung terarah pada sebuah cahaya percikan api yang berada tak jauh di
depannya. Dengan sigap dia langsung berlari menuju percikan api tersebut.
“ARRRRGGHHHHHHHHHHH!!!!!”
terlihat seorang pemuda tengah terkapar kesakitan. Tak jauh darinya sebuah
pilar listrik meledak dan menyebabkan kabelnya putus dan mengenai pemuda di
bawahnya itu. kemungkinan, ledakan itu terjadi ketika pemuda itu tengah
berjalan di bawahnya.
“Yaa…
gwaenchana?” teriak Sungyeol pelajar senior high khawatir. Dia ingin menolong,
namun dia takut. “eotokhae???” Sungyeol meremas rambut kepalanya sendiri
sembari berusaha mencari bantuan.
“ARGGHHH…!”
pemuda yang terkena lilitan kabel putus itu berteriak lagi.
Dan
entah keberanian dari mana kini Sungyeol sudah berada di samping pemuda itu dia
melihat ada luka bakar menganga di punggung dan tangan kanan pemuda itu,
bajunya sudah leleh terbakar oleh sengatan listrik. Dengan mata tertutup
Sungyeol takut-takut memegang kabelnya.
Tiba-tiba
lampu di sekitar area berkedip-kedip dan mati. Sungyeol takut-takut menunggu
dia tersengat listrik itu meskipun dia tidak mengharapkannya.
“kenapa
aku tak tersengat?” dengan separuh keberaniannya yang tersisa dia berusaha
membuka matanya perlahan.
“KK..kkaa…kkaaa…uu…
menyala?” pemuda yang tersengat listrik dan tengah terkapar di samping Sungyeol
tak percaya dengan apa yang dia lihat.
Sungyeol
terpaku menatap dirinya sendiri yang mengeluarkan cahaya seperti lampu neon.
“Aku
menyala?” Sungyeol bertanya pada dirinya sendiri tak percaya. Dengan
takut-takut dia mencoba memegang ujung kabel yang terputus.
Dengan
tiba-tiba lampu di sekitarnya berkedip-kedip dan menyala lagi. Sungyeol semakin
ketakutan. Dia melemparkan kembali kabel itu. dan lampu di sekitarnya langsung
mati. Tubuhnya masih menyala.
Karena
ketakutan, Sungyeol berusaha menghindar dari tempat itu dan mendekati pria yang
tersengat dengan sesekali memandangi tubuhnya yang bercahaya.
“Kau
benar-benar menyala?” Tanya pria di sampingnya pelan.
“Iya…
aku tak percaya ini.” Sungyeol masih manatap bagian tubuhnya yang menyala.
Kemudian dia teringat sesuatu. “ahhh neo gwaenchana? Bagaimana lukamu?”
sungyeol memeriksa punggung dan lengan pria itu. namun.. betapa terkejutnya dia
ketika dia tak mendapati luka itu. “lukamu… menghilang?”
“Apa????”
pemuda itu tak percaya. “kemudian dia melihat lengannya yang tadi menganga.
“Kau
bisa sembuh secepat itu?” Tanya sungyeol tak percaya.
“Aku???”
pria itu masih tak percaya dengan apa yang terjadi padanya.
“Eoh…
lihatlah! Aku tadi melihat ada luka yang cukup parah di punggung dan lenganmu.
Sekarang sudah kembali seperti semula.” Sungyeol meyakinkan.
Tanpa
pikir panjang dan mendapatkan bantuan cahaya dari tubuh Sungyeol, pria itu
menggapai tasnya yang terjatuh tak jauh dari sana dan mencari sesuatu di sana.
“Apa
yang kau cari?”
Pria
itu tak menjawab, namun akhirnya dia menemukan apa yang di carinya. Cutter.
Tanpa rasa takut sedikitpun pria itu mengiriskan kater ke telapak tangannya.
“Yaa
apa yang kau lakukan?” Sungyeol berteriak.
Namun
pria itu masih terdiam tak menjawab. Darah mulai mengucur di tangannya.
Terlihat luka menganga yang sangat lebar. Sungyeol merasa ngeri melihatnya.
Namun dia terkejut seketika melihat tangan pria itu kembali seperti semula.
“Sel
tubuhmu mengalami regenerasi dengan sangat cepat.” Sungyeol tertegun tak
percaya.
“Aku
fikir kita telah menemukan siapa diri kita sebenarnya.” Pria itu berkata lagi.
Sungyeol
mengerti maksud pria itu dan kembali meraih kabel yang tadi terputus yang masih
memberikan percikan api. Tanpa ragu kali ini sungyeol memegang ujung kabel
putus tersebut. Dan benar. Dia tidak terluka, kemudian mereka mengedarkan
pandangan ke sekeliling mereka yang lampunya mulai menyala satu persatu. Dan
dengan sekejap mata sungyeol mampu mengontrol dirinya dan menyambungkan kabel
itu tanpa cacat.
“aku
lihat kau masih mengenakan seragam menengah, chingu. Siapa namamu?” Sungyeol
berjalan menghampiri pria itu dan mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.
“ye,
panggil aku L, hyung!” jawab L sedikit melirik seragam Senior high sungyeol dan
menjabatnya sembari tersenyum.
“Sungyeol.”
Sungyeol berkata. Namun kemudian dia terkejut karena tiba-tiba L tersentak dan
menghilang.
“Omo…
L?!”
===
Incheon 2013
“bisakah
aku memesan moccachino?”
“Ye, silahkan tunggu sebentar.”
Jawab waiter café tersebut sembari tersenyum ramah.
Gadis yang tengah duduk memesan
minuman tersebut tanpa sengaja melirik name tag waiter tersebut. “Eoh..
Sungkyussi, bisakah aku pesan tidak terlalu manis?”
“Ahh ye, tentu.” Jawabnya kemudian
membungkuk dan pergi.
Beberapa saat kemudian pesanan
gadis itu telah siap Sunggyu hendak mengantarkannya. Namun tiba-tiba seseorang
menabraknya dan menumpahkan moccachino tersebut.
“Ahhh mianhae… aku sungguh tak
sengaja, biar aku ganti.” Pria tersebut meminta maaf sembari memegang tangan
Sungkyu menyesal.
“Ahh.. tidak, apa-apa.” Sungkyu
tersenyum ramah kearah pria tersebut.
“ini untuk ganti rugi.” Pria
tersebut tersenyum dan meninggalkan uang 3000 won di atas nampan yang di bawa
Sungkyu. Kemudian pria itu menunduk dan berlari.
Merasa ada yang aneh Sunggyu
mengikuti pria tersebut. Tampak pria itu menoleh ke sekitar sebelum akhirnya
dia terbang. Sungguh betapa terkejutnya dia ketika mengetahui hal itu.
tiba-tiba matanya menangkap sesuatu terjatuh dari tubuh pria itu dan segera
mengambilnya.
“Jang Dongwoo?” Sungkyu membaca
sebuah tanda pengenal. Seolah hal itu mengingatkannya pada moccachino yang
tumpah akhirnya dia kembali ke café dan mengantarkan peasanan tersebut.
“maaf nona, pesanan anda
terlambat.” Sungkyu membungkuk memohon maaf.
“Aniya, nan jeongmal gwaenchana.”
Jawab gadis itu tersenyum manis kea rah Sungkyu. Kemudian sungkyu beranjak
pergi.
PRANGGGG!!!
Sungkyu terkejut dan menoleh kea
rah gadis itu. ternyata saat hendak meminumnya cangkir itu terjatuh. dia
terlihat seperti kesakitan dan memegang kepalanya.
“nona, apa kau baik-baik saja?”
Sungkyu kawatir dan mencoba menolong gadis itu.
“tidak, aku baik-baik saja.” Namun
gadis itu masih terlihat memejamkan mata dan memegangi kepalanya.
“Kau terlihat pucat.”
“Aku melihatnya lagi.” Gadis itu
kemudian membuka matanya dan meraih tangan Sungkyu seolah mengharapkan bantuan
dari pria itu.
Namun Sungkyu hanya terdiam tak
mengerti.
“Aku melihatnya, di situ…” gadis
itu menunjuk kea rah luar café. Sungkyu hanya melihat jalanan di depan café
sangat ramai.
“kau melihat apa nona?”
“Cepatlah di sana.” Gadis itu
menatap Sungkyu memohon. Namun Sungkyu tak mengerti. Dengan harapan untuk
menyenangkan pelanggan café dia berjalan keluar dan melihat situasi.
Namun kemudian…
TTIIIIINNNNN…..
Suara klakson memekakkan telinga.
Seorang anak sekolah dasar terlihat hendak menyeberang jalan, namun ada sebuah
mobil melaju begitu kencangnya.
Zlappppp!!!
“BERHENTI!!!!!”
Dan seketika itu juga semua mobil
di jalan berhenti.
Sungkyu terengah-engah tak sadar
apa yang dia lakukan. Dia membuka matanya. Dan betapa terkejutnya dia yang
tengah memeluk seorang anak kecil di pinggir jalan. Dia kemudian menatap
sekelilingnya. Semua orang menatapnya. Dan yang lebih mengejutkan semua mobil
berhenti.
“ada apa dengan mobil ini? kenapa
tak mau berjalan?” keluh beberapa orang di dalam mobil.
Sungkyu hanya terdiam bingung.
Kemudian telinganya seperti mendengar sesuatu permohonan.
“izinkan kami berjalan kembali.”
Sungkyu bingung, dari mana suara itu berasal. Suara itu sangat aneh di
telinganya, namun dia bisa mengerti. “ku mohon izinkan kami berjalan lagi.”
“BAIKLAH! SIAPAPUN KAMU BERJALANLAH
LAGI!” Sungkyu berteriak frustasi. Dan dia tersentak. Setelah dia berteriak
mobil-mobil itupun berjalan lagi dengan normal.
“Gomapta oppa.” Anak kecil yang
hendak tertabrak mobil itu mengejutkan Sungkyu.
“Ah ye?”
“Oppa terbang! Seperti superman!” gadis
kecil itu berkata lagi dengan kagum.
Sungkyu masih tak percaya, meski
begitu dia ingin mengontrol dirinya untuk tidak terlalu tertekan.
“lain kali hati-hati ne.” pesan
Sungkyu sembari mengusap puncak kepala gadis kecil itu. Gadis kecil itu
kemudian mengangguk dan berlari pergi.
Sungkyu kemudian berdiri tegak dan
menoleh kea rah café. Matanya langsung menangkap Gadis dalam café tadi yang
tengah berdiri di depan pintu café yang tengah menatapnya.
Dan di sudut café, seorang pria
berbadan tinggi tegap berambut pirang tengah menatap kejadian di luar sembari
menyeruput coffee latte nya. Dan kemudian tersenyum misterius.
TBC
FF DESTINY OF HEROES / INFINITE / cont
FF DESTINY of HEROES
The ability :
Kim Sungkyu :
Technophathy & power mimicry
è
Mampu berbicara dengan
mesin dan electronic serta mampu mengcopy kemampuan siapapun yang pernah
bersentuhan dengannya, kecuali kemampuan Park Jaehee. Dia tak dapat
mengcopynya.
Jang Dongwoo :
Flight & poisson mission
è
Mampu terbang bebas dan
mengeluarkan racun dari pori-pori tubuhnya jika dia dalam keadaan marah dan
terdesak.
Nam Woohyun :
Super speed & telechinetic
è
Mampu bergerak dengan
kecepatan melebihi rocket serta mampu menggerakkan benda apa pun di sekitarnya
tanpa tersentuh oleh nya hanya dengan memikirkannya.
Lee Howon :
Controlling element
è
Mampu mengendalikan unsur
seperti; api, air, tanah & angin atau udara.
Lee Sungyeol :
Electric manipulation & solar thermal
è
Mampu mengendalikan dan
memanipulasi listrik, serta mampu menyalurkan energy yang dimiliki matahari
hanya dengan sentuhannya.
Kim Myungsoo :
Teleportation, vicibletion & space time continuum
è
Mampu menghilang ke tempat
yang dia inginkan hanya dengan memikirkannya, membuat tubuhnya dan apapun yang
di sentuhnya tak terlihat serta mampu memanipulasi ruang dan waktu.
Lee Sungjong :
Replication & telephathy
è
Mampu menggandakan dirinya
dan mampu mengirimkan pesan dan berbicara melalui fikirannya dengan hanya
bertatap mata dengan orang tersebut.
Park Jaehee :
Adoptic memory & rapid cellular regeneration
è
Mampu mengingat, merekam
kejadian, mengetahui apa yang akan terjadi, namun tak dapat mengetahui apa yang
akan terjadi dengan dirinya sendiri, serta mampu mengembalikan/menyembuhkan
lukanya sendiri.
Synth Castellar : abolition magneto
è
Menyedot kemampuan lawan
Lee Jungyeop : menthor
Km Jungryul : Enchanced dreaming
è
Memanipulasi mimpi, mampu
memasuki mimpi siapa pun.
Ryu Geonam : intuitive aptitude
è
Mengetahui kerja otak seseorang
Cho Hyoan : clairvoyance
è
Mampu melacak keberadaan
seseorang
FF Last Proposal / Kim Himchan - Oneshot
LAST PROPOSAL
Author : Yonggyu90
Cast : Park Jaehee (OC)
Kim Himchan (B.A.P)
Supporting Cast: Kim Sunggyu
(INFINITE)
Park Jiyeon (T-ARA)
Genre : Dramatic
Rate :
17+
Length : Oneshot
Notes : cerita yang berasal dari mimpi ku xD maaf kalau
gaje dan gak nyambung xD
Cerita
ini hanya fiktif dan asli berasal dari otak ku, jadinya kalo ada kesamaan
tempat, kejadian dan cerita orang. Jujur aku gak tau dan gak bermaksud untuk
menyinggung ataupun mengcopy paste cerita.
Sekali
lagi ini murni dariku. Mohon hargai mimin ne^^ ehh bacanya sambil dengerin Kim
Sunggyu – My Heart Is Like a Star (cover) ya :D
---
KRIIIIIIINGGGG……….
Suara
alarm memekakkan telinga, seorang perempuan terlihat menggeliat meraih alarm
itu untuk dimatikannya dan segera duduk. Sejenak dia hanya terdiam di pinggir
ranjang tidurnya. Perlahan dia mulai meraih rambutnya dan menggelungnya ke atas
seraya beranjak berdiri.
Dengan
telaten dia merapikan tempat tidur itu. sejenak dia melirik jam weker di laci
dekat tempat tidurnya yang telah menunjukkan pukul 5.15 am dan beranjak ke
kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
Dia
adalah seorang gadis berusia 20 tahun yang harus mampu membuat dirinya menjadi
semandiri mungkin. Park Jaehee, seorang gadis keturunan bangsawan yang harus
rela melepaskan hidupnya demi kedua orangtuanya.
Dia tak
pernah mengeluh. Dia mengusap kaca yang berada di dalam kamar mandi untuk
menatap wajahnya yang ingin menggosok giginya pagi itu.
“Park jaehee…” gadis itu bergumam
memanggil gadis dalampantulan kaca itu lirih. Meskipun kehidupan barunya sangat
berat tak pernah seikit pun dia berniat menyerah. Dengan segera dia menggosok
gigi. Dan tak berapa lama dia telah keluar dari kamar mandi dan berganti
pakaian. Tanpa merias diri dan hanya memakai pakaian sederhana yang lugu dia
berjalan menuju dapur.
Ya, dia
berniat memasak. Dengan cekatan dia memakai celemek dan mengeluarkan
bahan-bahan makanan dari dalam kulkas. Dia terlihat begitu serius menjalani
aktifitasnya. Tak pernah sedikitpun tersirat rasa bosan di benaknya. Awalnya
memang sangat berat, namun pada akhirnya dia menikmati setiap kegiatan yang dia
lakukan.
“Ahh…
sudah selesai.” Jaehee terlihat lega setelah dia menyelesaikan tugasnya dan
mengembangkan senyumnya. Sejenak dia melirik jam dinding yang menunjukkan
pukul 6.40 pagi. Jaehee melepas
celemeknya melipatnya kembali untuk di masukkan ke dalam laci dapur dan
langsung beranjak ke sebuah kamar yang berada di depan kamarnya. Bisa di
bayangkan letak kamar itu berhadapan. Dan ternyata tugasnya belum berakhir.
Tok… tok… tok…
Jaehee
mengetuk pintu perlahan. Lima menit dia menunggu di depan pintu, akhirnya dia
memutar kenop pintu dan membukanya. Jaehee melangkahkan kakinya mendekati
sebuah tempat tidur yang di sana ada seorang pria yang tengah tertidur pulas.
“Oppa,
Ireona… sudah siang. Tidakkah kau pergi ke kantor hari ini?” Jaehee menepuk
pundak pria yang tengah tertidur pulas di sana.
“Hmm…”
pria itu hanya bergumam. Kemudian dia perlahan membuka mtanya dan terbangun.
Melihat
pria itu sudah terbangun, jaehee berjalan ke kamar mandi yang berada di kamar
itu. tak berapa lama dia kembali pada pria yang masih terduduk menahan kantuk.
“Air
hangatnya sudah ku siapkan, mandilah.” Jaehee berucap seraya membuka almari
pakaian di salah satu sudut kamar itu.
Satu
tahun yang lalu sebelum semua terjadi. Jaehee adalah seorang putri keturunan bangsawan.
System pingit yang masih berlaku bagi
keturunan bangsawan di Korea membuatnya begitu terasing dengan dunia luar. Dan
karena itulah, dia sama sekali tak pernah menginjakkan kakinya keluar dari kediamannya.
Bahkan sekolah pun dia harus mengikuti system home schooling untuk menjaga
tradisi keluarga dan adat yang begitu kolot.
Sampai
suatu hari datanglah seorang pelayan baru, dia mempunyai seorang putra sedikit
lebih tua dari Jaehee. Karena terbiasa dan sering bertemu, Jaehee yang awalnya
tak mengenal apa pun kini mulai merasakan ada sesuatu yang aneh di hatinya
terhadap anak pelayan itu. Kim Sunggyu, pria itu pun merasakan hal yang sama
pada Jaehee.
Dengan
sembunyi-sembunyi Jaehee yang polos mulai berani menunjukkan ketertarikan
dengan Sunggyu. Namun bangsawan tetaplah bangsawan dan rakyat jelata tetaplah
rakyat jelata yang tak boleh saling bergaul.
“Oppa…
bagaimana kau bisa masuk kamarku?” Jaehee kala itu terkejut mendapati Sunggyu
sudah berada di dalam kamarnya pada tengah malam.
“Hussttt….”
Sunggyu memberikan isyarat pada Jaehee agar tidak menimbulkan kegaduhan sembari
mendekatinya.
“Waegurae?”
Jaehee memelankan suaranya.
“Apa
kau benar-benar mencintaiku park Jaehee?” Tanya Sunggyu tiba-tiba.
“Kenapa
Oppa bertanya seperti itu?” Jaehee semakin tak mengerti dengan Sunggyu.
“jawab
aku Park jaehee!” Sunggyu memegang pundak jaehee penuh harap.
“Tentu
saja aku menyayangimu. Sangat menyayangimu.”
BRUGHH!!
Dengan
tiba-tiba Sunggyu menarik Jaehee dalam pelukannya. Erat. Pelukan itu sangat
erat.
“Oppa…
apa yang kau lakukan?” jaehee tak mengerti kenapa Sunggyu seperti itu.
“Jangan
tinggalkan aku Park jaehee.” Sunggyu mulai terisak.
“Kenapa
oppa bicara begitu?” Jaehee masih tak mengerti.
“tetaplah
mencintaiku. Tetaplah disisiku apapun yang terjadi Jaehee-ya.” Sunggyu semakin mengeratkan pelukannya. Lama
mereka saling berpelukan.
“Oppa…
kau harus pergi. Akan sangat berbahaya jika appa mengetahuinya.” Jaehee
melapaskan pelukan Sunggyu dan mendekap wajah pria yang disayanginya itu dengan
kedua tangannya.
“Baiklah
aku akan pergi. Aku mencintaimu.” Ucap Sunggyu sebelum akhirnya melompat keluar
jendela. Jaehee hanya mampu menatap kepergian Sunggyu hingga punggung pria itu
tak terlihat dalam keremangan malam.
===
“Besok
malam kau akan menikah dengan putra keluarga Kim teman lama Appa. Persiapkan dirimu
mulai saat ini.” Tuan Park ayah Jaehee berkata pada Jaehee pagi harinya ketika
semua berkumpul di meja makan.
“Appa….?”
Jaehee menatap appanya mencari kebenaran dalam perkataan appanya.
“Dia
pria yang baik dan lebih baik dari putra pelayan Kim.”
DEGGG!!!
Jantung Jaehee serasa berhenti berdetak. Dia tak tau dari mana appanya
mengetahui hubungannya dengan Sunggyu.
“Umma…
andwae umma.” Jaehee menoleh ke ummanya yang hanya tertunduk mencoba mencari
pembelaan.
“Appa…
aku tak bisa appa.” Jaehee mulai menangis.
Namun
appanya seakan tak peduli dengan tangis Jaehee.
“Jagiya…”
sebuah tangan hangat Ummanya mendekap tangan jaehee. “Percayalah ini yang
terbaik untukmu nak.”
Jaehee
terkesiap dan tak percaya dengan penuturan ummanya.
“Umma…
aku tak bisa umma. Aku mencintai kim Sunggyu Umma.” Tangis pilu jaehee.
“Dulu
umma dan appa juga di jodohkan sepertimu. Dan kau lihat, semua baik-baik saja
hingga saat ini. dan bahkan umma sangat bahagia.” Kata umma jaehee meyakinkan.
“Umma…_”
“Kau
menikah dengan Kim Himchan… atau Kim Sunggyu tidak diterima bekerja di mana pun
dan ayahnya ku pecat?”
Jaehee
hanya mampu terguguk pilu mendengar pilihan yang diberikan appanya. Dia tak
mungkin membiarkan Kim Sunggyu orang yang disayanginya harus menderita
sepanjang hidupnya. Akhirnya dia tak mampu menolak dan hanya menangis dan terus
menangis. Bayangkan jika dia harus menikah dengan pria yang belum pernah dia
temui sebelumnya. Dengan pria yang hanya dia ketahui namanya. Ibu jaehee pun
tak mampu menolak keputusan suaminya, karena itulah tradisi.
===
Sebuah
perjodohan di usia Jaehee yang masih 19 tahun kala itu tak mampu lagi dihindari.
Pernikahan pun terlaksana, semua berjalan sesuai rencana. Pernikahan itu sah.
Akta pernikahan, pencatatan sipil semua sah. Jae pun sah menjadi istri dari
putra keluarga Kim. Dan sejak saat itu, dia harus tinggal terpisah dari kedua orang
tuanya dan pindah ke apartemen bersama suaminya.
Dia
punya suami, tapi tak memiliki hati dan tubuh suaminya. Dia hanya memiliki
status. Ini lebih menyakitkan daripada sebuah pernikahan kontrak. Mereka tidur
terpisah kamar meskipun dalam satu atap. Mereka akan saling diam meskipun
menonton tv bersama atau makan bersama. Tidak ada yang menarik bagi pernikahan
mereka.
Jaehee,
berusaha sebaik mungkin menjadi seorang istri yang sempurna kepada suami sahnya
Kim Himchan. Pria yang sudah menjadi suaminya selama satu tahun.
Setiap
hari, Jaehee selalu bangun pagi. Menyiapkan sarapan, menyiapkan air hangat
untuk mandi suaminya, membangunkannya, memilihkan baju untuk suaminya. Jaehee
rela berdiam diri di rumah dan hanya keluar untuk belanja sayur. Dan semua ini
untuk suaminya. Dia pun mulai belajar mencintai suaminya itu meskipun Himchan
tak pernah menganggapnya sebagai seorang istri.
Pagi ini
setelah sarapan usai, Himchan berjalan menuju pintu hendak berangkat bekerja
seperti biasa. Jaehee membawakan tas Himchan dan memberikannya dengan tersenyum
meskipun dia tahu himchan tak pernah melihat senyumnya. Ya.. dia hanya berusaha
yang terbaik.
“Apa
kau tidak akan pergi hari ini?” Himchan membuka percakapan kaku sembari
memberikan isyarat pada Jaehee untuk merapikan dasinya.
Dengan
sabar Jaehee merapikan dasi Himchan dan menepuk pelan setelah dasi itu tertata
rapi.
“Tidak,
aku akan di rumah.” Jawab Jaehee sembari menunduk tak mampu menatap Himchan.
“Aku
pergi.” Himchan berkata kemudian dan pergi begitu saja tanpa memberikan kecupan
di kening.
Jujur,
Jaehee sangat ingin diperlakukan menjadi seorang istri bagi Himchan. Hanya
sebuah kecupan di kening yang menenangkan, hanya itu saja sebagai bukti himchan
menghargai Jaehee itu ada. tapi hal itu hanya menjadi sebuah angan-angan saja
bagi jaehee. Sedikit kecewa dan selalu menangis setiap Himchan berangkat
bekerja. Namun sepertinya semua itu sia-sia karena Himchan tak mungkin
melakukannya.
Seperti
biasanya, setelah Yongguk berangkat. Jaehee membersihkan rumah dengan teliti
sehingga setiap Himchan pulang semua sudah tertata rapi dan bersih.
===
“Jaehee
ya…” Himchan menubruk tubuh Jaehee yang tengah membukakan pintu. Ya dia mabuk
lagi. Setiap malam dia selalu mabuk. Dengan sisa sisa tenaganya Jaehee memapah
Himchan menuju kamarnya.
Karena tak
mampu memapah tubuh Himchan yang berat,Jaehee ikut terjatuh di tempat tidur
Himchan. Dia menarik nafas panjang sebelum akhirnya dia duduk dan melepas
sepatu Himchan. Kemudian dia berjalan kearah almari dan mengambilkan baju ganti
untuk suaminya. Dengan cekatan dia mencoba mengganti pakaian Himchan seperti
apa yang sering dia lakukan setiap malam. Tentu saja hanya pakaian luar himchan
saja.
Namun
kali ini tiba-tiba Himchan menarik tangan Jaehee.
“Jangan
pergi.” Himchan membuka matanya dan berkata kea rah Jaehee.
Jaehee
tau, Himchan sedang benar-benar tak sadar di bawah pengaruh alcohol.
“Oppa,
kau harus ganti baju.” Jaehee mencoba melepaskan genggaman Himchan, namun genggaman
itu malah semakin kuat dan menariknya kedalam pelukan Himchan yang tengah
terbaring.
“biarkan
seperti ini. Jangan pergi!” Himchan berkata dengan mata tertutup.
Senang
dan tak percaya dengan perkataan Himchan. Namun kemudian dia menangis ketika
sadar jika Himchan mengatakannya dalam keadaan tak sadar.
“Oppa…
apa kau mendengarku?” Jaehee yang terisak dalam pelukan Himchan membuka suara
parau.
Namun
himchan tak bergeming. Dia bahkan sudah tertidur pulas.
“Oppa…
kau tau, aku mulai mencintaimu. Aku sakit jika ka uterus seperti ini.” jaehee
semakin terisak. Lama dia terdiam dalam pelukan himchan. dia nyaman berada di
sana. Namun dia sedikit tersentak takut jika Himchan sadar dia pasti akan
marah. Dengan perlahan jaehee melepaskan pelukan himchan dan beranjak berdiri
menyelimutinya.
Chup…
dengan perlahan jaehee mengecup kening Himchan.
“Mimpi
indah suamiku.” Jaehee tersenyum dan mengusap air matanya kemudian berlalu
pergi.
Jaehee
menutup pintu perlahan. Himchan yang sedari tadi matanya terpejam tiba-tiba
membuka matanya perlahan menatap kea rah pintu. Dia mabuk. Tapi dia masih
sadar. Dia tau dan mendengar apa yang dikatakan jaehee dari awal sampai akhir.
Bahkan dia juga sadar dngan apa yang dilakukannya pada jaehee.
===
Himchan
telah berangkat bekerja. Jaehee membersihkan lantai dan sesekali mengusap
peluhnya. Kemudian dia teringat sesuatu.
“Ya
Tuhan.” Jaehee menepuk keningnya karena melupakan sesuatu yang sangat penting
untuknya. Dengan tergesa-gesa dia berlari kea rah kamarnya dan mengambil
kalender meja. Ada satu tanggal di sana dan dia memberinya tanda hati pada
tanggal itu.
“hari
ini? ya Tuhan. Kenapa aku bisa melupakannya?” Jaehee menggeram pada dirinya
sendiri. Dengan cepat dia menuju dapur dan mengeluarkan semua bahan yang
tersisa dan mulai memakai celemeknya untuk mulai memasak.
Ya,
hari ini adalah anniversary pernikahanna yang pertama. Dan parahnya dia telah
melupakannya. Dengan senum mengembang dia memasak bermacam-macam makanan untuk
di bawa ke kantor suaminya. Dia berniat memberi himchan kejutan. Dia tak peduli
dengan reaksi himchan. dia hanya berusaha menjadi istri yang baik.
Dengan
telaten dia membuat garnish pada masakannya yang telah dimasukkan kedalam kotak
bekal. Kemudian dia berlari menuju kamar mengambil kertas origami, gunting dan
pensil warna dan kembali lagi ke meja makan.
Dengan
senum yang tak pudar dia mulai menggunting origami itu dengan berbagai bentuk.
Ada hati dan bunga-bunga kecil. Kemudian dia menuliskan sesuatu di kertas yang
masih kosong. Dia kemudian membacanya dan dia merasa ada yang kurang sehingga
dia menggulung kertas itu menjadi bola-bola sampai beberapa kali hingga dia
menemukan yang sesuai hatinya.
“selesai.
Aku harus bersiap.” Jaehee kemudian berlari ke kamar berganti pakaian.
Dan
untuk pertama kalinya setelah dia menikah, Jaehee merias dirinya secantik
mungkin. Rambut yang biasa dia gelung ke atas kini dia gerai dan memakai
bandana bunga merah hati. Baju yang biasanya hanya rok maxi selutut dan atasan
cardigan kini dia memakai blouse selutut berlengan di bawah siku dengan warna
merah hati yang anggun. Bibirnya yang biasanya terllihat pink tanpa lipstict
kini dia mencoba mengoleskan warna peach yang terlihat segar.
Setelah
merasa semua sudah siap, jaehee mengambil tas slempang kecil berwarna Hitam dan
sepatu flat hitam dari dalam almari. Dia kemudian mengambil kotak bekal dan
beranjak pergi keluar rumah.
Yaa..
ini untuk pertama kalinya dia pergi ke kantor suaminya. Sebelumnya dia tidak
berani dan tak mau ambil resiko. Di dalam busway dia terus saja tersenyum dan
sesekali melihat bekal dalam pangkuannya.betapa senangnya dia hari itu.
Jaehee
terlihat kebingungan setelah berada di dalam gedung kantor suaminya. Dia
kemudian berjalan kea rah receptionist.
“Eoseo
oseyo, nugureul chajeseoyo? (selamat datang mencari siapa?)” receptionist itu
bertanya ramah.
“Ne,
Kim Himchaneraneun hag nampyeoneul mannareo watseumnida? (ya saya datang untuk
bertemu suami saya kim himchan)”
“Eoh…
anda istri tuan kim? Silahkan nyonya naik lift ke lantai 12.”
“Ah
geurae, gomapda.” Jaehee tersenyum ramah dngan sedikit membungkuk kemudian
berjalan pergi menuju ke lantai 12.
Setelah
keluar dari lift, jaehee terlihat lebih senang dan semakin mengembangkan
senyunya. Ya dia begitu takjub melihat perusahan suaminya yang meskipun
terbilang perusahaan kecil, tapi cukup sukses.
Dia
melihat papan bertuliskan “CEO” di sebuah pintu. Dengan hati berdebar-debar
Jaehee mendaki pintu itu. karena terburu-buru Jaehee tidak memperhatikan Sekertaris
di luar ruangan yang berusaha menghentikannya.
“Nyonya
jangan Masuk, Tuan sedang rap_”
“SURPRISE!!”
Jaehee membuka pintu tanpa mengentuk terlebih dulu.
DEGG!!!!
Betapa
terkejutnya dia melihat apa yang baru saja terjadi di depan matanya. Himchan
tengah berpelukan dengan seorang perempuan di dalam ruangan itu. ya mereka
salin berpelukan. Dan mungkin sebelum jaehee datang himchan juga melakukan yang
lebih dari itu.
Karena
merasa terkejut. himchan dan perempuan itu buru-buru melepaskan pelukannya.
“Jaehee?”
himchan memanggil jaehee tak percaya.
Bagai
di hantam ribuan batu tepat di hatinya, jaehee merasakan aliran darahnya
berhenti mengalir. Jantungnya berdegub lebih kencang dan serasa mau meledak.
Dan kini dia merasakan wajanya memanas. Tidak… dia tak mau menumpahkan air
matanya di sini.
“Eoh…”
jaehee yang semula Shock berusaha mengatur nafasnya dan berkata senormal
mungkin. “mianhae oppa, mianhae…. Aku
tak bermaksud mengganggu kalian mianhae.” Jaehee tersenyum dan menutup pintu
itu kembali dan segera pergi dari tempat itu dengan menahan sekuat tenaganya
agar air matanya tidak jatuh.
“Ya…
Park jaehee!!” Himchan berteriak dan berusaha mengejar jaehee. namun perempuan
yang ada bersamanya tadi menarik tangan Himchan mencoba menghalangi.
“Jangan
pergi!” jiyeon gadis yang bersama Himchan memeluk himchan seolah tak ingin
Himchan pergi mengejar Jaehee.
Jaehee
kini duduk di halte menahan tangis dan tetap terdiam. Bekal yang tadi dia
siapkan untuk himchan diletakkannya di bangku halte. Jaehee pun beranjak
berdiri ketika sebuah busway sudah datang dan masuk ke dalamnya. Dia
meninggalkan bekal itu di halte.
Tanpa
tujuan. Jaehee hanya duduk dengan tatapan kosong. Dia tak bisa menangis, tapi
hatinya terasa sangat sesak. Dia hanya diam dan diam.
Himchan
berlari keluar kantor gedung mencoba mengejar jaehee. namun nihil. Dia tak
menemukan Jaehee di mana pun. Dia merogoh ponselnya hendak menghubungi Jaehee.
“Ahhh
Sial!!!” Himchan mendengus kesal ketika dia teringat bahwa jaehee tidak
mempunyai ponsel. Kemudian dia terus berlari mencoba mencari Jaehee lagi.
Kini
jaehee turun dari Busway dan berjalan menuju arah sungai Han. Dia kemudian
menemukan sebuah bangku kosong dan mendudukinya menghadap sungai Han yang
memantulkan siluet senja. Anging yang berhembus semilir membuat rambutnya
berterbangan dan beberapa helai menutupi matanya. Jaehee berusaha menyibaknya,
namun rambut itu kembali lagi.
“Kenapa
kau membuatku kesal!” jaehee berteriak kesal kepada rambutnya dan menangis.
Sejujurnya dia menangis bukan karena rambutnya yang menutupi matanya melainkan
karena luka di hatinya. Luka yang tadi sempat ditahannya kini semakin menganga
dan menyakitinya.
“Aku
tak mampu lagi Appa!” jaehee terguguk pilu. “Kau tau appa, ini lebih sulit. Aku
ingin mati appa aku ingin mati. Aku tak mampu lagi. Sudah cukup aku menderita
selama ini.” jaehee terguguk sendiri dalam tangisnya.
===
“Park
jaehee!” himchan memasuki apartemennya dan mencari jaehee. “Jaehee-ya!” dia
memeriksa setiap sudut rumah itu. namun hanya sepi yang dia dapatkan. Dia
kemudian berjalan menuju meja makan. Betapa terkejutnya dia ketika mendapati
tumpukan bola-bola origami dan beberapa sisa makanan di atas meja.
Dngan
perlahan himchan mengambil satu bola origami itu dan membukanya.
‘Taraaa….
Happy 1st Anniversary oppa. Hari ini setahun yang lalu kita menikah,
tidak ingatkah oppa? Mianhae… aku belum bisa menjadi istri yang baik buatmu,
tapi aku berjanji oppa. Aku akan menjadi istri yang baik untukmu. =_=
‘Oppa…
aku rasa aku mulai menyukaimu. Meskipun ku tau kau tak pernah menyukaiku. Dan bahkan
kau membenciku.
‘aku
ingin mengatakan ini… tapi aku malu >.< aku…’
Begitulah
tulisan dalam kertas itu, tak ada lanjutan kalimatnya. Himchan duduk di kursi
meja makan dengan lemas. tenaganya seperti terkuras habis. Seharian dia mencari
jaehee ke sana ke mari namun tak menemukannya.
Ntah kenapa
tiba-tiba dia merasa takut. Dia merasa tidak tenang. Dia kemudian menatap
arlojinya yang menunjukkan pukul 2 pagi.
“Park
jaehee kau kemana??” himchan menggeram tertahan sembari memijat kepalanya yang
serasa mau meledak. Sedetik kemudian dia terhenyak dan berlari keluar
apartemen.
Sedangkan
jaehee kini masih duduk termenung di sebuah bangku di tepian sungai Han. Ketika
dia merasa sesak, dia akan menangis. Dan ketika sesak itu hilang dia berhenti
menangis. Begitu sepanjang malam dia terjaga di tepian sungai Han dan tak sadar
jika kini siluet fajar telah terpantul di sungai.
Jaehee pun
memantapkan hatinya. Setelah menimbang semalaman apa yang harus dia lakukan. Dia
kemudian beranjak berdiri dan berniat pulang ke rumah.
===
Dengan lunglai
jaehee memasuki apartemennya dan langsung masuk ke dalam kamarnya. Jaehee langsung
menuju kearah almarinya dan mengambil sebuah koper berukuran sedang. Dia kemudian
memunguti bajunya satu persatu. Dan dimasukkannya ke dalam koper itu.
Himchan
yang yang mendapati pintu apartemennya terbuka dengan terburu-buru masuk.
“Ya
Park jaehee! istri macam apa kau ini pergi begitu saja meninggalkan suamimu
sampai pagi.” Himchan mulai mengomel sembari berjalan menuju kamar jaehee.
“Yaa…
apa yang kau lakukan?” Himchan begitu terkejut ketika mendapati jaehee tengah
memasuk-masukkan bajunya ke dalam koper.
“Oppa…
maaf jika selama ini aku menyusahkanmu. Aku tau…. Kau sangat terluka hidup
denganku. Aku tak pernah menjadi istri yang baik untukmu. Selama ini kita mereka
menikah. Tapi kau oppa tak menganggapku sebagai istrimu. Bahkan setiap akhir pekan
oppa tak pernah mengajakku keluar rumah. Jangankan untuk menonton atau sekedar
berjalan-jalan. Untuk makan bersama di luar saja tak pernah. Aku tau itu oppa,
aku sangat tau. Bahkan aku tau bahwa kau mencintai wanita lain di luar sana.”
Jaehee menarik nafasnya dalam. Sedangkan Himchan hanya terdiam meresapi
perkataan jaehee.
“Aku
tau kau sangat tersiksa sampai setiap malam kau harus pulang mabuk. Aku tak tau
apa yang kau lakukan di luar sana. Dan kini… mulai saat ini, aku akan
membebaskanmu.” Jaehee tersenyum kecut. “Aku akan pergi dari hidupmu. Jangan khawatir
tentang keluarga kita, aku yang akan mengurusnya. Aku akan menemui pengacara
dan mungkin surat pengajuan persetujuan perceraian kita akan datang padamu seminggu lagi.”
Himchan
tak mampu berkata apa-apa. Bibirnya kelu. Lidahnya seolah menghilang. Tenggorokannya
terasa tercekik.
“Aku
pergi!” Jaehee mengangkat kopernya dan beranjak pergi. Himchan masih dalam
keadaan Shock dengan perkataan jaehee.
Betapa bodohnya
Himchan. jaehee adalah gadis yang sangat patuh dan penyayang. Begitu dia
melepaskannya pasti begitu banyak pria yang menginginkannya.
“Andwae!”
BRAKKK!!! Himchan menarik koper
jaehee dan melemparnya. Jaehee terkejut tak percaya dengan apa yang Himchan
lakukan.
Koper itu terbuka, baju Jaehee
berserakan. Jaehee berjalan memunguti baju itu dan memasukkannya kembali dalam
koper. Sabar.
“Aku bilang tidak!” Himchan sedikit
berteriak.
Jaehee kembali mengangkat kopernya
dan hendak pergi.
BRAKKKK!!! Himchan merebut koper
itu dan melemparkannya lagi ke sudut kamar jaehee.
“Ku Mohon oppa, jangan sakiti aku
seperti ini. bebaskan aku jika kau kasihan padaku.” Jaehee mulai menangis dan
memohon kepada himchan yang kini tertunduk menahan amarah.
Jaehee berbalik dan memtuskan tidak
membawa kopernya.
SRETTTT!!!
“Jangan pergi… jebal!” Himchan
memeluk Jaehee yang hendak pergi dari belakang.
Jaehee tertegun
tak percaya dengan apa yang himchan lakukan. Perlahan air mata Jaehee pun
menetes.
“Jebal
jangan pergi park jaehee! aku bisa mati tanpamu.” Jaehee merasakan pundaknya
basah. Dan tak berapa lama himchan terguguk dan semakin mengeratkan pelukannya
pada jaehee.
“Jebal
jangan pergi.” Sekali lagi Himchan memohon kepada jaehee. “Aku membutuhkanmu
park jaehee, aku tak mampu hidup tanpamu. Aku mencintaimu park jaehee. aku
sungguh mencintaimu.”
Jaehee berbalik
dan menatap himchan lebih dalam. Himchan perlahan meraih wajah jaehee dan
sedikit menunduk mensejajarkan jaehee dengannya.
“Demi Tuhan
aku mencintaimu park jaehee. jangan tinggalkan aku.” Dengan perlahan himchan
mendekati wajah jaehee dan mengecup pelan bibir jaehee kemudian memeluknya lagi
semakin erat.
===
Himchan
menggeliatkan tubuhnya ketika dia merasa telah tidur sangat lama. Dengan perlahan
senyum mengembang di bibirnya. Namun betapa terkejutna dia ketika dia tersadar
tak lagi mendekap jaehee dalam pelukannya.
Dengan reflek
dia terduduk bangun mencoba mengingat. Ya dia tidur memeluk jaehee di kamar
jaehee sebelum dia benar-benar terlelap dalam tidurnya. Tapi kemana jaehee
kini? Fikirannya terus berkecamuk. Takut. Khawatir.
Dengan sigap
dia menyibakkan selimutnya dan berdiri mencoba mencari jaehee. Koper yang tadi
di lemparnya di sudut kamar pun kini sudah tak ada. Himchan semakin takut.
“jaehee-ya!”
Himchan berlari keluar dari kamar jaehee dengan perasaan kalut. “Jaehee-ya!!!”
Himchan terus berteriak.
Dia merasa
frustasi dan menjambak rambutnya sendiri takut membayangkan jika jaehee
benar-benar pergi.
“Yak
Oppa, waegurae??”
Himchan
sontak terkejut dan menoleh kearah suara.
“Yakkk…
kenapa kau menakutiku!!!” Himchan menghambur kea rah jaehee dan memelukknya
erat.
“menakuti?”
jaehee tak mengerti maksud himchan.
“Aku
takut kau benar-benar pergi.” Himchan semakin mengeratkan pelukannya.
“Ani…
aku hanya memasak makan malam untuk kita.” Jaehee tersenyum melihat tingkah
suaminya. Ya kini Himchan benar-benar menjadi suaminya setelah pengakuan dan
apa yang telah terjadi di antara mereka setelah pengakuan pagi itu. “Apa kau
benar-benar mencintaiku?” jaehee ingin memastikan sekali lagi.
“Apa
yang kulakukan padamu tadi pagi masih belum cukup membuktikannya?” himchan
melepaskan pelukannya dan menatap jaehee yang kini pipinya merah merona.
“Aish…
sudah! Mandi sana, aku mau lanjutkan memasak.” Jaehee mencubit pinggang
Himchan.
“Awwww…”
himchan meringis kesakitan.
“Yak
berlebihan! Aku hanya menyentuhmu!”
“tapi
itu sakit jagiya!”
Jaehee yang
berjalan menuju dapur pun berhenti mendengar perkataan himchan.
“Kau
bilang apa oppa?” jaehee menoleh kea rah Himchan ingin mendengarkan kembali apa
yang himchan katakan.
“Yang
mana?” Himchan tampak Bingung.
“Yang
tadi.”
“yang mana?
Sakit?”
“Bukan!”
“jagiya?”
“Katakan
sekali lagi!”
“Jagiya!”
“Aku
mau dengar sekali lagi!”
“JAGIYA
SARANGHAE!!!” Himchan berteriak kemudian menghampiri jaehee dan membopongnya
menjauhi dapur menuju kamarnya.
“Yakkk
aku sedang memasak!” jaehee terkejut dan sedikit malu-malu.
“Lupakan!
Aku tak lapar.”
“Kompornya?”
Mendengar
pertanyaan Jaehee, himchan yang membopongnya berbalik arah ke dapur dan
mematikannya kemudian berjalan lagi kea rah kamar.
“Yakk
oppa… cuciannya masih banyak.” Jaehee mencari alasan takut-takut.
“lupakan
cucian. Aku mau kamu. Sepertinya aku tadi pagi masih tak sadar. Jadi kita
lakukan lagi.” Himchan mengerling kea rah jaehee.
“MWO????”
BLAAAMMM!!!
Dan pintu pun terkunci rapat.
The end
Langganan:
Postingan (Atom)