LAST WINTER
cast : Kim Myungsoo / L , Park Jae hee (reader) , Lee Sungyeol, Lee sungjong
author : Yonggyu90
length : oneshot
rate : -
note : FF paertama saya yang begitu gaje :D
Pagi ini begitu dingin, sehingga
membuat tulang-tulang kakiku merasa sangat sulit untuk di gerakkan. Yah… winter
telah datang, dan aku harus bisa menjaga kesehatanku. Terasa malas sekali untuk
bangun dan berangkat sekolah. Tapi aku harus bisa mengalahkan kemalasanku pagi
ini.
Aku beranjak dari tempat tidur dan
menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Rasanya pagi ini aku cukup malas
untuk memasak, jadi aku hanya membuat ramyun instan. Ini lah kehidupanku
sehari-hari. Aku hanya hidup sendiri di kota ini, ayah dan ibuku telah lama
meninggal. Dan kakak perempuanku telah menikah,sehingga dia ikut dengan
suaminya.
Aku sudah terbiasa dengan
kesendirianku, sebenarnya kakakku bersikeras agar aku pindah sekolah dan ikut
dengannya, tapi aku sudah terlalu nyaman tinggal di kota ini. Kakakku akan
datang mengunjungiku setiap 1 bulan sekali dan akan menelfonku setiap hari
menjelang malam karena dia khawatir padaku.
Aku bersekolah mulai jam 7.30 am –
5.00 pm, sepulang sekolah aku bekerja part time di sebuah minimarket.
Sebenarnya kakakku juga memberiku uang setiap bulan, tapi aku juga ingin berusaha
memenuhi kebutuhanku sendiri. Uang dari kakakku aku masukkan ke rekening untuk
berjaga-jaga kemudian hari.
Dan pagi ini aku mulai berjalan ke
sekolah. Yah aku harus jalan kaki karena sepeda yang biasa aku pakai tengah
rusak dan belum ada yang memperbaiki. Salju mulai turun perlahan-lahan. Aku
memasukkan tanganku ke saku coat yang aku pakai. Dengan tetap berjalan ke arah
sekolah.
“Jae hee ah…..!!”
Aku menoleh ke arah suara yang
memanggilku. Dan aku melihat seorang pria cantik berkaca mata berlari ke
arahku. Ya dia adalah Lee Sungjong, sahabat terbaikku sejak kecil.
“ eyy kau berjalan cepat sekali,
aku tak mampu mengejarmu” rutuknya sambil terengah-engah.
“ siapa suruh mengejarku?!” jawabku
memasang senyum evil yang ku punya.
“ aish… kau ini!!” dia menggerutu.
Kami berjalan sambil bercanda
menunju ke sekolah. Tiba-tiba…
BRUGHHHH!!!!
Seseorang menyerempetku dari
belakang, sehingga aku jatuh tersungkur. Dan aku menyeringai lirih.
“jae hee ah… kau taka apa???” sungjong mengkawatirkanku dan membantuku berdiri.
“tidak, aku baik-baik saja” aku
tersenyum pada sungjong. Aku menoleh ke arah orang yang menabrakku.
“ya… kau kira ini jalan nenekmu
apa???” seorang pria berperawakan tinggi dan tirus masih tetap di atas
sepedanya membentak ke arah kami. Aku lihat dia memakai seragam yang berbeda,
aku menduga dia anak dari sekolah jun sang.
“yaa… sialan!! Kau yang
menabraknya! Tidakkah kau merasa bersalah???!!!” Sungjong balik memakinya. Aku
langsung menenangkan sungjong.
“sudahlah… aku tak apa!!” aku
tersenyum pada sungjong. “maafkan aku!” aku membungkuk meminta maaf pada lelaki
itu.
“dasar bodoh!” lelaki itu bergumam
dan pergi begitu saja…
“ya,,, apa katamu??!!! “ sungjong
berteriak dan melempar buku yang sedari tadi di pegangnya. Tapi tidak tepat
sasaran. “yak kau bodoh sekali jae hee ah, dia yang menabrakmu!!” sungjong masih
marah.
Aku hanya tersenyum mendengarnya.
Aku orang yang tak mau cari masalah dan mengalah. Itu lah aku.
***
Aku dan sungjong berjalan menuju
kantin, karena jam makan siang telah datang. Dari arah depan seorang lelaki
yang bisa dibilang cukup tampan melambai ke arahku.
“jae hee ah!!”
Aku hanya tersenyum dan membalas
lambaian tangannya.
“wuah… sepertinya sungyeol hyung
benar-benar menyukaimu” sungjong menyenggol lenganku tanpa menoleh dan tersenyum ke arah sungyeol.
Ya lee sungyeol, kakak kelas ku
yang sangat popular karena ketampanannya. Dia juga merupakan kapten tim basket
di ajisai school.
“tidak dia hanya menganggapku adik”
aku menjawab sungjong.
“ kau ini bodoh atau idiot??? Sudah
jelas dia menyukaimu” menoleh heran ke arahku.
Sungyeol sudah berada di depan kami
dengan memasang senyumnya yang membuat para siswi ajisai mati lemas itu.
“errr Hyung… jangan memasang senyum
itu lagi, aku tak kuat” sungjong menangkupkan tangannya di depan wajahnya…
“ish dasar kau ini!” aku menjitak sungjong
“baiklah aku akan memesan makan,
kalian tunggu di meja itu saja ya!” sungjong menunjuk meja kantin yang kosong.
“baiklah..!” aku menjawab dan
tersenyum.
“ya.. jae hee ah.. jangan tersenyum
di depanku!” sungyeol memalingkan mukanya.
“wae oppa??” aku tak mengerti maksud Sungyeol.
“ tau kah kau setiap kau tersenyum
membuat jantungku serasa mau meledak!” dia cemberut dan memegang dadanya.
“ish.. dasar oppa!!” aku
berpura-pura hendak memukulnya. Kemudian kami tertawa bersama dan duduk di
tempat yang tadi di tunjuk sungjong.
Hari ini terasa cepat berlalu. Tak
terasa sekolah berakhir dan aku beranjak pergi ke toko di mana aku bekerja
paruh waktu.
“anyeong bibi” aku membuka pintu
toko dan menyapa bibi jang yang punya toko.
“anyeong.. eh sudah pulang? Apa kau
sudah makan?” bibi jang kawatir, dia sudah aku anggap sebagai ibuku sendiri.
“iya sudah, aku ganti pakaian dulu
bi,” izinku
“ah ne.. “
Tak berapa lama ku kembali dengan
mengenakan celemek merah.
“silahkan beristirahat bibi jang,
pasti kau sangat lelah”
“kau manis sekali jae hee ah “ dia
tersenyum dan mengusap pipiku “baiklah, bibi pergi dulu ya, jaga toko
baik-baik. Kalau bangkrut bibi akan memecatmu” pesan bibi jang sembari tertawa
pergi. Aku hanya balas tertawa.
Ckling!!
Terdengar suara lonceng pintu toko
terbuka.
“selamat datang” aku menyapa
pelanggan toko yang baru masuk.
Di saat senggang dan menunggu
pelanggan aku gunakan waktuku untuk belajar, meskipun aku tak pandai,
setidaknya aku masih termasuk peringkat 5 besar di sekolah.
Seseorang meletakkan bahan
belanjaan di depanku untuk aku hitung jumlah harganya. Aku pun berhenti sejenak
membaca buku. Setelah selesai menghitung aku mendongak ke arah pelanggan itu
untuk memberi tau harganya.
“totalnya 3000 won” aku terpaku. Seseorang di depanku menatapku
dan tak menjawab.
“kau lagi rupanya” kata orang di
depanku.
“ah.. iya.. maafkan aku!” ucapku
lagi seraya membungkuk.
“maaf lagi…” dia bergumam dan
menyerahkan uang 3000 won kepadaku.
“terima kasih” aku menerimanya.
Orang itu pergi begitu saja.
Orang itu cuek sekali, padahal dia
yang salah! Batinku.
Karena cuaca yang begitu dingin,
toko tutup lebih awal dan aku pun bisa pulang lebih awal. Aku berjalan
menyusuri jalanan kecil dan berhenti di sebuah playground. Aku duduk di sebuah
ayunan dan menggosok tanganku untuk mengurangi rasa dingin di tubuhku. Aku
mulai menikmati malam dingin itu… aku memasang headset dan mendengarkan lagu
kesukaanku dan ikut bernyanyi sembari berayun pelan.
“seperti orang gila dan
kekanak-kanakan!”
Aku terkejut mendengar sebuah suara
di belakangku. Aku bisa mendengarnya karena aku menyalakan music sangat pelan.
Perlahan aku menoleh. Aku melihat seorang laki-laki bermain game di ponselnya
sembari duduk di papan seluncuran yang beratap kecil. Aku mengernyitkan dahi.
Aku bertemu dia lagi.
“ahh menyebalkan!” gerutuku
“apa kau bilang???” dia berhenti
bermain dan menatapku.
“ah.. tidak, aku sedang bernyanyi”
aku menjawab sekenanya.
“hhh dasar bodoh!” dia tertawa
tertahan dan menggumam.
“ya tuhan… sebenarnya ini hari
apa??? Kenapa aku selalu bertemu orang macam dia???”
Gerutuku lemas….
“memangnya aku mengacaukan hari mu
sehingga kau mengeluh begitu?”
Tiba-tiba dia berjalan mendekatiku
dan duduk di ayunan di sebelahku dengan arah berlawanan. Dia menoleh ke arahku
dan menjulurkan tangannya.
“Kim Myungsoo”
“ehh… apa??” Aku tak mengerti
maksudnya.
Dia menarik satu tanganku dan di
jabatkan ke tangannya. Dan aku tersadar
ternyata dia bermaksud mengajakku berkenalan.
“oh.. park jae hee” aku tersenyum aneh…
“jae hee?? Nama yang tidak buruk…
!” dia masih menggenggam tanganku.
“apa kau bilang??jadi maksudmu tidak buruk? Ini nama termanis
pemberian mendiang orang tuaku! Seenaknya saja kau!” aku melepaskan tangannya
paksa.
Dia tertawa aneh.
“ternyata kau lucu” dia menatapku
“ehh???”
Apa maksud orang ini???batinku.
“Jadi orang tuamu sudah meninggal?”
“iya begitulah… “ aku menundukkan
kepalaku teringat orangtuaku…
“maaf” ucapnya lirih…
“ehh!!”aku terkejut.
Apa tidak salah dengar??? Batinku.
“kenapa kau menatapku seperti
itu???”
“ahh tidak…” aku mengalihkan
pandanganku…
“kau siswi ajisai?? Kelas berapa?”
tanyanya tanpa menatapku.
“iya, kelas 2, kau sendiri?? Aku
melihatmu memakai seragam jun sang??”
“ya.. aku kelas 3”.
“ahh maafkan aku sunbae.” aku
membungkuk lagi
“ya… kenapa kau suka sekali
mengatakan maaf?? “ dia menatapku aneh…
“ahh aku hanya merasa bersalah…”
aku menjawab datar…
Malam semakin larut dan dingin
semakin menusuk kulit, aku menggosok tanganku lagi.. tiba-tiba…
“lain kali kalau keluar di musim
dingin kau harus memakai syal tebal atau penutup telinga… “ dia mendekatiku
dan memakaikanku syalnya. Aku terkejut mendapat reaksi seperti ini. Aku hanya
bisa menatapnya tanpa berkata sepatah kata pun. “pulanglah… sudah malam,
maafkan aku tadi pagi” dia tersenyum dan beranjak pergi. "Oh ya... panggil saja aku oppa, ara?!" Aku masih duduk
terdiam menatap punggung orang yang baru ku kenal yang semakin menjauh
meninggalkanku.
***
Satu minggu berlalu, Mataku terasa
berat sekali terbuka, tubuhku terasa terbakar dan lemas.
Ada apa denganku?? Pikirku.
Aku paksakan berdiri dan
beraktifitas seperti biasa, tak tau kenapa hari ini aku lemas dan merasa berat.
Seusai sekolah aku tetap saja ke toko untuk bekerja dan entah mengapa aku
tiba-tiba berada di suatu tempat yang penuh dengan bunga tulip. aku bertemu
dengan ayah dan ibuku. Mereka memelukku dan menciumku, aku sangat bahagia
hingga aku menangis.
Aku membuka mata. Aku melihat
sekeliling.
“bukankah aku tadi berada di toko?
Kenapa sekarang sudah di rumah? Atau aku hanya bermimpi??” gumamku lirih…
Aku brusaha duduk, tapi kepalaku
berat sekali. Aku berusaha duduk pelan-pelan dengan memegang kepalaku.
“kau sudah sadar??”
Aku terkejut dan menoleh ke arah
pintu, seseorang masuk membawa sebuah nampan di atasnya ada mangkuk dan air
putih serta ada beberapa obat.
“myungsoo oppa?” aku tak percaya.
“kau pingsan lama sekali, aku kira
kau sudah mati” dia tertawa dan mencubit hidungku.
“ya.. kau kejam sekali! Ini sakit tau!” aku merengek karena dia mencubit hidungku. “aku pingsan oppa?” tanyaku
tak percaya.
“iya… kau pingsan di toko, untung
aku ada di sana” dia mengambil sesendok bubur dan hendak menyuapiku. Aku
menggeleng, karena aku tak mau. “ayo makanlah, semalaman kau pingsan. Kau butuh
energy dan harus minum obat” dia merayuku dan hendak menyuapiku. Dan akhirnya
aku luluh juga.
“tapi oppa, dari mana kau tau
rumahku??” aku bertanya heran.
“bibi pemilik toko yang memberi
tahuku,” dia menyuapiku lagi
“tidakkah kau harus ke sekolah?”
aku menyelidik.
“jae hee ah… apa pingsan semalam
membuatmu lupa ingatan??” dia mencubit hidungku lagi.
“sakit oppa!” aku cemberut kesal!
Dia hanya tertawa melihatku.
“ya ini hari libur ahjumma!”
“apa?? Ahjumma??? Apa aku setua
itu??” aku berteriak padanya dan kepalaku terasa berat lagi… “ahh”
“kenapa??” dia kawatir.
Aku tak menjawab dan hanya diam
menunduk memegang kepalaku.
“kau harus minum obat, kata dokter
kau terlalu capek” dia mengambilkan obat dan air untukku. Aku meminumnya. “kau
harus beristirahat!” aku dibantu berbaring dan dia menatakan selimut untukku.
“oppa…”
“ahh ya??” dia terkejut
“terimakasih…” aku menatapnya sungguh-sungguh.
“jangan katakan itu” dia tersenyum.
“apa oppa di sini semalam?”
“ah… apa?” dia terkejut, “sebaiknya
kau istirahat!”
Dia tak menjawabku, dan akhirnya
aku mengalah untuk tidur.
***
“jae hee ah…!!” sungjong datang tanpa
diduga. Dia langsung masuk ke kamarku di saat aku dan myungsoo sedang bercanda.
“k-k-k-kau???? Lelaki menyebalkan
itu??? J-j-j-jae hee ah????” dia tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
Aku dan myungsoo terkejut dan tak
berkata apa-apa. Tiba-tiba sungjong menyingsingkan lengannya dan mendatangi aku
dan myungsoo.
“ya… kau lelaki biadab! Jahat
sekali kau! Apa yang kau lakukan padanya???” sungjong memukuli myungsoo.
“ yaaaa apa-apaan kau ini???!!!” myungsoo
mencoba menghindar.
“sungjong ah… hentikan!” aku
berteriak, tapi sungjong tidak memperdulikanku. Akhirnya aku beranjak dan berdiri
melerai mereka.
PLAKKK
Aku tertampar sungjong!
“jae hee!! Teriak mereka. Aku
terduduk dan memegang pipiku.
“sungjong ah hentikan!!”
“ kau tak apa-apa?” sungjong dan myungsoo mendekatiku.
“ini gara-dara kau!” myungsoo
menyalahkan sungjong dan membantuku berdiri.
“maafkan aku!” sungjong menyesal.
Akhirnya aku menceritakan semua
pada sungjong, dan dia kemudian meminta maaf pada myungsoo.
“maaf hyung!” sungjong menyesal.
“dasar idiot!” myungsoo menggerutu.
Makanya kau jangan langsung memukul begitu. Apa kau tak waras?”
“baiklah! aku tak peduli denganmu!”
sungjong mencibir. “jaehee ah.. sungyeol hyung akan menjengukmu nanti, dia masih
ada urusan.”sungjong menoleh ke arahku dan menggodaku dengan wink khasnya.
“sungyeol oppa??” aku terkejut dan
menatap myungsoo.
“iya, dia sangat mengkawatirkanmu
jae hee ah!”
Aku masih menatap myungsoo yang sepertinya
tak peduli.
“ jae hee ah, aku sepertinya harus
pulang. Kau sudah ada teman jadi. Aku bisa meninggalkanmu sekarang!”
Aku terkejut, aku tak ingin myungsoo pulang.
“ahh baiklah oppa, terimakasih!”
aku lesu.
“Iya sebaiknya kau pulang sana, dia
sudah tak membutuhkanmu. Sudah ada aku di sini!” sungjong berkata.
“dasar, kau laki-laki atau perempuan sih?? kenapa mirip sekali dengan nenek sihir!” myungsoo beranjak
dan pergi.
Aku tak mau myungsoo pergi. Aku tak
tau kenapa aku seperti ini. Padahal aku baru saja mengenalnya seminggu yang
lalu. aku merasa nyaman berada di dekat myungsoo. Dan tak mau jauh darinya.
“jae hee ah kau tak apa-apa??”
sebuah suara mengejutkanku. Ya sungyeol telah datang.
“aku taka pa-apa oppa… aku
baik-baik saja.” Aku tersenyum ke arah sungyeol.
“sungguh???” dia menyelidik.
“iya…” aku tersenyum.
“aku akan menginap di sini nanti
malam!”
“apa??? Oppa mau menginap di sini?
Apa oppa sudah gila??? Aku taka pa-apa” kataku setengah membentak.
“sungyeol hyung akan menginap???” sungjong datang dari arah kamar mandi.
“aku berencana begitu, tapi
sepertinya jae hee tak mengizinkanku” sungyeol memelas.
“kakakku akan datang malam ini,
jadi tak apa-apa, kalian tidak usah kawatir denganku.” Aku berbohong berharap
mereka segera pulang dan aku di rumah sendirian.
“benarkah?” sungjong tak percaya
“tentu saja!” aku memasang senyum.
Waktu terasa sangat lama berlalu,
aku melihat jam masih menunjukkan pukul 3.15 pm. Aku berharap mereka cepat
pulang.
“benarkah kau tak apa-apa di rumah
sendiri hingga tae hee nui datang?” sungjong menatap iba padaku.
“tentu saja!” aku tersenyum
meyakinkan.
“baiklah kami pulang dulu, sampai
bertemu besok ya?” sungyeol tiba-tiba mencium keningku.
Aku hanya terpaku melihat sungyeol.
“ah.. hyung aku juga mau….” Rengek
sungjong, yang kemudian dibalas jitakan sungyeol.
“ahh sakit hyung, kau kejam sekali
denganku!” sungjong merengut dan membuat sungyeol tertawa.
“anyeong” mereka keluar dari kamar
ku.
Dan malam ini aku akan menjalani
malam dengan sendiri, seperti biasanya. Ini lebih baik, karena aku suka
menyendiri.
***
aku berjalan menyusuri kota dengan
berjalan kaki sore itu. Libur musim dingin telah datang dan aku menghabiskan
waktuku untuk menikmati keindahan kotaku. Aku duduk di sebuah bangku taman kota
dan melihat anak-anak bermain. Kadang aku tertawa sendiri melihat tingkah lucu
mereka.
“kau ikut saja bermain dengan
mereka”
Sebuah suara mengejutkanku. Aku
menoleh ke arah suara tersebut.
“myungsoo oppa?” aku tak percaya. “apa
itu kau?” seorang pria yang memakai topi tersebut mendekatiku dan membuka
topinya.
“hai..” dia tersenyum.
“ini benar kau??? “ tanpa sadar kedua
tanganku mengusap pipinya.
“kau merindukan ku?” dia tersenyum
dan mengedipkan matanya padaku. Sehingga aku tersadar aku memegang dan mengusap
pipinya.
“ah.. tidak! Aku hanya tak percaya
ini kau!” aku buru-buru menarik tangannku.
“jujurlah…” dia menatapku.
“ya.. jangan menatap seperti itu, kau bisa membuatku mati!” aku memegang
dadaku yang berdegup sangat keras.
“ayolah katakana padaku,kau rindu
atau tidak??” dia menarik tanganku dalam genggamannya.
“kau sendiri?? Kau datang dan pergi
begitu saja tanpa memberi kabar. Tiga bulan berlalu sudah.” Aku lupa padamu!”
aku menarik tanganku dan berpaling darinya.
“tapi aku tak lupa padamu! Aku
merindukanmu!” aku menoleh ke arahnya seolah aku tak mendengar dengan jelas
ucapannya. “aku merindukanmu!” dia mengulangi lagi.
“oppa… “ aku bergumam…
“bagaimana mungkin aku
menghubungimu, bahkan nomor ponselmu aku pun tak tau! Dan aku tak ada waktu
bermain ke rumahmu. Maafkan aku. “ dia menarik tanganku kembali dalam
genggamannya.
“oppa…”
“ayahku meninggal. Dan ibuku sangat
tertekan… “
Reflex aku memeluk myungsoo.
“maafkan aku oppa, aku tak tau
keadaanmu” aku menangis dalam pelukannya.
“sudahlah… semua sudah berlalu!”
Dia menenangkanku dan membelai rambutku dalam pelukannya. “jangan menangis!”
aku memeluknya lebih erat.
“aku yakin kau sangat merindukanku!
Kau memelukku erat sekali!”
Aku terperanjat mendengar perkataan myungsoo dan melepas pelukanku. myungsoo hanya tertawa melihat tingkahku.aku sangat
malu. Mungkin pipiku akan terlihat seperti kepiting rebus.
“mana ponselmu!”
“ini” aku menyerahkan ponselku
padanya. Dia menerima dan menuliskan sebuah nomor, kemudian dia menghubungi balik ponselnya.
“nomorku sudah aku simpan dan
milikmu juga. Jadi jangan kawatir aku pergi”
“siapa yang kawatir kau pergi?
Menyebalkan!!!” aku cemberut.
Dia tertawa pelan.
“jaehee ah, ayo ikut aku!”
Dia menarik tanganku paksa.
“ kita mau ke mana?”
“sudah ikut saja denganku!”
Akhirnya aku mengikutinya, tibalah
kami di sebuah rumah sederhana. Kami berdiri di depan pintu.
“ini rumah siapa oppa?”Tanyaku
ingin tau.
“rumah ku!” myungsoo menjawab singkat
dan tersenyum.
“apa??” aku terkejut.
“ayo masuk!”
Aku mengikutinya masuk ke dalam
rumah tersebut.
“ibu… “ myungsoo memanggil ibunya. Tak
berapa lama seorang ibu yang cantik menghampiri kami. Itu pasti ibu myungsoo. aku
bias memastikannya karena bibir dan matanya mirip sekali.
“eh.. siapa dia??” ibu itu
tersenyum ke arahku.
“anyeonghaseo!” aku menyapanya dan
memasang senyum di wajahku.
“ibu, dia park jae hee.” myungsoo
mengedipkan mata pada ibunya dan tiba-tiba dia memelukku dari belakang. Aku
terkejut melihat perlakuan myungsoo.
“dia cantik sekali!” puji ibu myungsoo
ke padaku. Bahkan dia tidak marah melihat myungsoo memelukku.
“senang bertemu dengan anda ny. Kim”
aku sedikit membungkuk.
Aku menoleh kea rah myungsoo, tetapi
dia berpura-pura seolah-olah dia tidak tahu aku menatapnya. Aku langsung
mencubitnya!
“ahh… sakit chagi” dia meringis
manja.
Aku hanya bengong! Chagi??? Ada apa
dengan myungsoo???
“kalian ini. Ayo makan dulu, ibu
sudah memasak banyak sekali hari ini.” Ibu myungsoo menarikku ke meja makan. myungsoo
menarik kursi agar aku bisa duduk.
“terimakasih ny. Kim” aku membungkuk
lagi.
“jangan panggil aku begitu panggil
saja aku umma. umma sudah mendengar semua tentangmu” dia tersenyum ke arah ku.
“ahh baiklah,umma ” aku
menyetujuinya dengan malu-malu. “sebenarnya hari ini aku di jebak”
“hei.. aku tak menjebakmu!”
“siapa bilang kau yang
menjebakku??”
Ibu myungsoo hanya terkekeh melihat
tingkah kami. Aku sangat menikmati pertemuan aneh ini. Dan sampai akhirnya aku
harus pulang dan myungsoo mengantarku. Ibu myungsoo memintaku untuk sering-sering
bermain ke rumahnya karena dia sangat kesepian.
“oppa… kenapa kau melakukan itu?
Tidakkah kau hanya menganngapku sebagai adik??” mendengar ucapanku myungsoo
berhenti berjalan dan menatap ke arahku.
“jae hee ah… aku berharap tadi
tidaklah hanya sebuah mimpi. Dan aku ingin bersamamu. Aku menyayangimu!”
myungso memegang kedua tanganku!
“oppa… ak…” belum selesai aku
berkata tiba-tiba bibirku terkunci oleh bibirnya. Dia menciumku! Aku masih tak
percaya dengan apa yang sedang terjadi. “aku menyayangimu!” bisiknya lirih
Wajahku mulai terasa panas, mungkin
terlihat memerah di kedua pipiku. Dia masih memeluk pinggangku dan aku pun
masih terdiam tak percaya.
“oppa… jangan tinggalkan aku lagi…
aku juga menyayangimu! aku kesepian.” aku berkata tanpa sadar air mataku menetes.
“ya… jangan menangis chagi ah, aku
takkan meninggalkanmu! Aku akan ada untukmu!” dia mengusap air mataku dan
mencium bibirku ringan. Kemudian memelukku erat.
Malam ini ku lalui dengan sangat
indah… dan hari-hari pun berlalu dengan begitu indahnya bersamanya...
~end~