Blogger Widgets

Entri Populer

Selasa, 01 Oktober 2013

FF DESTINY OF HEROES / INFINITE prologue (chap 1)



FF DESTINY of HEROES

genre : fantasy, thriller, romance, action, friendship, etc.
rate : 13+
length : continuous
author : yonggyu90
main Cast : INFINITE + Park jaehee
Supporting cast : Synth Castellar (fiction) , Lee Jungyeop (woollim's CEO), INFINITE's Managers (Km Jungryul, Ryu Geonam, Cho Hyoan)
notes : obat galau OGS, hikz... hikz... T.T asli buatan saya, yang copy... saya sumpahin pokoknya... >.<





Prologue (chapt 1)

Gyongsangbuk-do 1998
                Langit tampak begitu pekat, mengisyaratkan sebuah kesedihan yang menyayat hati. Hujan kini mulai turun rintik-rintik tak peuli dengan insan di bawahnya yang tak berlindung. Terlihat dua orang tengah terkapar menanti ajal mereka. Tak jauh dari mereka seorang anak kecil berusia 5 tahun menangis pilu. Takut. Mungkin itu yang dirasakannya kini yang tengah menatap kedua orang tuanya bersimbah darah dalam keadaan lemah.
                Dengan susah payah, ayahnya mencoba merangkak mendekatinya.
                “Sungjong ah… kemarilah nak.” Suara parau sang ayah terdengar memilukan. Dengan tangis terisak anak itu mendekati ayahnya. Namun sebelum sampai tangan mungil itu menggapai sang ayah, sang ayah telah terjatuh dan tak bergerak lagi.
                “Appa… aku mendekatimu, ireona!” sungjong menggoyang-goyangkan tubuh ayahnya. Namun ayahnya tak bergerak sama sekali. Kemudian sungjong berlari kearah ibunya yang hanya berjarak 3 meter darinya.
                “Umma… aku di sini.” Sungjong membelai lembut pipi umanya yang tengah melemah.
                “Sungjong ah… berjanjilah pada ummaa nak…” ibu sungjong menarik nafas berat dan berusaha mengusap pipi anaknya. “berjanjilah pada umma kau akan jadi anak yang baik.” Ibu sungjong tersenyum dalam kesakitannya.
                “Sungjong berjanji umma, sungjong berjanji. Ayo umma, kita bawa appa pulang. Kita sembuhkan luka appa dan umma.” Sungjong terisak.
                Ibu sungjong hanya tersenyum dan kemudian melemah. Sentuhan pada pipi putranya pun perlahan memudar dan tangannya terjatuh.
                “Ummaa…” Sungjong berusaha membangunkan ibunya yang kini matanya terpejam. “Ummaa… ireona.” Sungjong berusaha membangunkan ibunya lagi namun ibunya tetap diam tak bergerak. Tanpa putus asa sungjong berlari ke ayahnya yang tengkurap tak bergerak. “Appaaaa….” Sungjong membangunkan lagi. Dan kini anak kecil itu hanya bisa menangis pilu.
                “Appaaa… ummaaaa…. Jangan mati….” Polos Sungjong dalam tangisnya yang mengetahui ayah dan ibunya telah pergi meninggalkannya untuk selamanya.
                Tiba-tiba matanya menangkap sesuatu di dekatnya. Terkejut. Dan dia semakin takut.
                “Si…si…si…apa kalian?” Tanya sungjong takut dan bergerak mundur ke belakang. Dia semakin terkejut dan takut menyadari beberapa anak di depannya mempunyai wajah yang sama dengannya.
                “Aku Sungjong” jawab mereka serempak.
                Dan dari sinilah takdir itu bermula.
===

Gangwon-do 2001
                “Dasar jelek. Kau anak jelek.” Terlihat beberapa anak tengah mengejek seorang anak yang terlihat ingin menangis di sebuah sudut sekolah dasar.
                “pergi kau bau!” seorang anak melemparinya dengan tomat.
                “Yaa… kau jelek tak punya ayah. Dasar jelek.” Sela yang lainnya dan ikut melemparinya dengan tomat.
                “Dongwoo jelek! Dongwoo Jelek!!”
                Anak itu hanya terdiam menahan tangis dan sakit karena dilempari tomat oleh teman-temannya. Dan sesekali mencoba menghindar namun tak mampu. Sampai akhirnya….
                “HENTIKAANNNNN!!!!!!!!” teriaknya tak mampu lagi menahan amarah.
                Dan serentak anak-anak yang melemparinya itu berhenti dan perlahan mundur ketakutan.
                “Di..di..dia terbang!” teriak salah seorang dari mereka.
                Beberapa dari mereka berlari menjauh. Dongwoo kemudian menyadari jika dirinya kini tidak memijak tanah. Dia melihat sekelilingnya heran. Terkejut dan berusaha mengejar temannya. Dia takut jika temannya semakn menjauhinya. Dia ingin menjelaskan.
                “Jungmin ah…” teriak Dongwoo ketika menggapai tangan salah satu temannya.
                Namun anak yang digapainya tersebut malah terjatuh dan kulitnya semakin membiru dan semakin gelap. Beberapa anak yang melihat kejadian itu langsung berlari menjauhi Dongwoo.
                Dongwoo ketakutan. “Andwae…” dia semakin ketakutan dengan dirinya sendiri.
                Beberapa menit kemudian para guru mendatangi tempat kejadian. Namun Dongwoo merasa ketakutan dan pergi meninggalkan tempat itu.
                “Di sana seonsangnim.” Seorang siswa memberitahu gurunya di mana kejadian itu bermula. Namun setelah sampai di sana mereka hanya menemukan Jungmin yang telah terkapar dengan kulit tubuhnya menghitam.
                “cepat panggilkan paramedis!” Teriak salah seorang guru.
                Beberapa menit kemudian petugas kesehatan sekolah datang dan memberikan kabar yang mengejutkan.
                “Jungmin telah tiada. Dia seperti terkena racun, namun kami tak bisa memastikan.”
                “Astaga….” Para guru terkejut dan lemas.
===

Gyeonggi-do 2001
                Disebuah pasar Nampak seorang anak yang tengah berjalan-jalan. Dia kemudian berhenti di sebuah kios buah yang lumayan ramai.
                Tak tau apa yang akan dilakukannya, dia menyelinap masuk ke dalam kerumunan tersebut. Dia menggigit bibir bawahnya sesaat sebelum akhirnya dia mengambil sebuah pir dan menyelinap ke luar kerumunan.
                “Ya… Nam Woohyun!” teriak sang pemilik kios lantang.
                Merasa dirinya dipanggil, Woohyun terkejut dan akhirnya tersadar dan mulai berlari.
                “Ya… kau dasar anak nakal!!! Kau mencuri lagi!!!” pemilik kios itu berlari mengejar Woohyun.
                Woohyun yang merasa dirinya terancam berlari sekuat tenaga. Dia tak menoleh seikitpun ke belakang sampai akhirnya dia tersadar dan berhenti.
                Aneh…
                Nafasnya masih teratur dan tak terengah-engah.
                “Kenapa aku tak merasa lelah sama sekali?” Woohyun bergumam dan mencoba menoleh ke belakang. “Ya… aku ada di mana????” dia begitu terkejut mengetahui keadaan di sekelilingnya.
                Sedangkan sang pemilik kios berdiri tercengang. “Anak itu….” dia tak percaya dengan apa yang dia lihat.
                Woohyun yang merasa dirinya sudah berada sangat jauh dari pasar hanya terdiam di bawah pohon sambil menatap buah pir yang dia curi dan tak jadi memakannya.
                “Ada apa denganku?” Tanya Woohyun polos.
                Namun tiba-tiba ada sekelebat bayangan yang menghampirinya. Woohyun yang masih berusia 11 tahun merasa terkejut dan ketakutan. Sosok itu kemudian menampakkan dirinya dan tersenyum kearah Woohyun.
                “Sii…sii…siiapa kau? Ampuni aku, ku mohon. Aku tak bersalah paman. Aku tak bermaksud mencuri.” Woohyun mulai menangis ketakutan.
                “ikutlah denganku, aku tak akan menghukummu.” Pria itu tersenyum dan mengulurkan tangannya kearah woohyun.
                “Shireo..!!! aku tak mau.” Woohyun ketakutan dan bersembunyi di balik pohon. Kini dia benar-benar merasa takut dan terancam.
                “Aku adalah Geonam, utusan tuan Jungyeop. Beliau berpesan untuk menjemputmu saat ini. atau kau mau di tangkap polisi karena mencuri?” sosok yang mengaku bernama Geonam tersebut memberikan pilihan yang menyulitkan untuk woohyun.
                Anak kecil itu Nampak berfikr sejenak sebelum akhirnya dia menyambut uluran tangan Geonam takut-takut.
===

Busan 2005
                “Hoya… cepat mandinya, kau tau kan keluarga kta sedang krisis?” seorang ibu berteriak di bawah tangga mengingatkan anaknya yang mandi terlalu lama.
                “Ahhh ne ummaaaaa.” Teriak Hoya dari dalam kamar mandi.
                “Aishhh dasar anak ini, kenapa suka sekali di kamar mandi?” ibu Hoya menggerutu sendirian dan beranjak menuju dapur.
                Sedangkan Hoya, dia masih di kamar mandi.
                Kecipak… kecipakkk….
                Terdengar suara air dari dalam. Sudah sebulan terakhir Hoya menemukan keanehan pada dirinya. Dia mampu menggerakkan air tanpa menyentuhnya. Awalnya dia sangat terkejut namun akhirnya dia sangat menyukainya.
                Dia mengangkat tangannya kemudian memutarnya di udara. Dan air itu terangkat ke atas seolah air itu adalah bubuk besi yang terkena daya magnet di atasnya.
                “Wowww… aku benar-benar bisa melakukannya.” Hoya tersenyum sendirian di kamar mandi sembari memandangi kedua tangannya.
                “Hoyaaaaa….” Teriak ibunya lagi dari bawah.
                “ye… ummanim.” Hoya berteriak menjawab dan beranjak mengambil handuknya. Sejenak dia melupakan yang terjadi padanya dan bersiap untuk sekolah. Setelah merasa siap dia menuruni tangga rumahnya dan menuju dapur untuk sarapan.
                “Appa berpesan kau harus rajin sekolah eoh, makan yang banyak. Appa akan lama di Jeju.” Ibunya menyampaikan pesan appanya sembari menyiapkan sarapan untuk Hoya. Namun tanpa dia sadari kompor yang sedari tadi masih menyala menyambar botol sake yang baru saja dia gunakan untuk membuat Dak Bal.
                Tanpa di duga api menyembur kemana-mana. Ibunya berteriak panic dan ketakutan.
                “Hoya… menyingkir dari sana!” teriak ibuna panic. “ARGHHH!!” teriak ibu hoya yang terkena ledakan botol sake.
“Ummaaaa….” Hoya yang mengetahui hal itu langsung reflek melompat kearah api dan menggerakkan tangannya mencoba menggapai lap tak jauh dari kompor untuk mematikan apinya, namun keanehan terjadi. Api itu bergerak mengikuti gerakan tangan hoya yang membuatnya dan ibunya tertegun tak percaya.
Hoya kemudian mengangkat sebelah tangannya dan mencoba mengayunkan tangan sebelahnya. Mencoba melakukannya pada air di kamar mandi yang sering ia lakukan. Dan tak berapa lama api itu padam.
“Hoya?!” ibu Hoya terkejut tangannya mencoba menahan teriakannya, dia tak percaya dengan apa yang dia lihat.
Hoya hanya memandangi kedua tangannya. Kemudian dia menoleh kearah ibunya.
“Ummaaa….”
“Ahhhh” ibu hoya mendesah pelan sembari memejamkan matanya dan mengusap dadanya pelan.
===

Cheungcheongnam-do 2006
                “Ahh… aku lelah sekali.” Seorang pelajar senior high berjalan dengan sesekali menendang-nendang kakinya di kesunyian malam. Dia tengah beranjak pulang dari sekolahnya.
                Sesekali dia terlihat menekan tengkuknya berharap rasa lelahnya berkurang. Namun di tengah perjalanannya terdengar suara ledakan yang begitu besar. Matanya langsung terarah pada sebuah cahaya percikan api yang berada tak jauh di depannya. Dengan sigap dia langsung berlari menuju percikan api tersebut.
                “ARRRRGGHHHHHHHHHHH!!!!!” terlihat seorang pemuda tengah terkapar kesakitan. Tak jauh darinya sebuah pilar listrik meledak dan menyebabkan kabelnya putus dan mengenai pemuda di bawahnya itu. kemungkinan, ledakan itu terjadi ketika pemuda itu tengah berjalan di bawahnya.
              “Yaa… gwaenchana?” teriak Sungyeol pelajar senior high khawatir. Dia ingin menolong, namun dia takut. “eotokhae???” Sungyeol meremas rambut kepalanya sendiri sembari berusaha mencari bantuan.
                “ARGGHHH…!” pemuda yang terkena lilitan kabel putus itu berteriak lagi.
                Dan entah keberanian dari mana kini Sungyeol sudah berada di samping pemuda itu dia melihat ada luka bakar menganga di punggung dan tangan kanan pemuda itu, bajunya sudah leleh terbakar oleh sengatan listrik. Dengan mata tertutup Sungyeol takut-takut memegang kabelnya.
                Tiba-tiba lampu di sekitar area berkedip-kedip dan mati. Sungyeol takut-takut menunggu dia tersengat listrik itu meskipun dia tidak mengharapkannya.
                “kenapa aku tak tersengat?” dengan separuh keberaniannya yang tersisa dia berusaha membuka matanya perlahan.
                “KK..kkaa…kkaaa…uu… menyala?” pemuda yang tersengat listrik dan tengah terkapar di samping Sungyeol tak percaya dengan apa yang dia lihat.
                Sungyeol terpaku menatap dirinya sendiri yang mengeluarkan cahaya seperti lampu neon.
                “Aku menyala?” Sungyeol bertanya pada dirinya sendiri tak percaya. Dengan takut-takut dia mencoba memegang ujung kabel yang terputus.
                Dengan tiba-tiba lampu di sekitarnya berkedip-kedip dan menyala lagi. Sungyeol semakin ketakutan. Dia melemparkan kembali kabel itu. dan lampu di sekitarnya langsung mati. Tubuhnya masih menyala.
                Karena ketakutan, Sungyeol berusaha menghindar dari tempat itu dan mendekati pria yang tersengat dengan sesekali memandangi tubuhnya yang bercahaya.
                “Kau benar-benar menyala?” Tanya pria di sampingnya pelan.
               “Iya… aku tak percaya ini.” Sungyeol masih manatap bagian tubuhnya yang menyala. Kemudian dia teringat sesuatu. “ahhh neo gwaenchana? Bagaimana lukamu?” sungyeol memeriksa punggung dan lengan pria itu. namun.. betapa terkejutnya dia ketika dia tak mendapati luka itu. “lukamu… menghilang?”
                “Apa????” pemuda itu tak percaya. “kemudian dia melihat lengannya yang tadi menganga.
                “Kau bisa sembuh secepat itu?” Tanya sungyeol tak percaya.
                “Aku???” pria itu masih tak percaya dengan apa yang terjadi padanya.
                “Eoh… lihatlah! Aku tadi melihat ada luka yang cukup parah di punggung dan lenganmu. Sekarang sudah kembali seperti semula.” Sungyeol meyakinkan.
                Tanpa pikir panjang dan mendapatkan bantuan cahaya dari tubuh Sungyeol, pria itu menggapai tasnya yang terjatuh tak jauh dari sana dan mencari sesuatu di sana.
                “Apa yang kau cari?”
                Pria itu tak menjawab, namun akhirnya dia menemukan apa yang di carinya. Cutter. Tanpa rasa takut sedikitpun pria itu mengiriskan kater ke telapak tangannya.
                “Yaa apa yang kau lakukan?” Sungyeol berteriak.
                Namun pria itu masih terdiam tak menjawab. Darah mulai mengucur di tangannya. Terlihat luka menganga yang sangat lebar. Sungyeol merasa ngeri melihatnya. Namun dia terkejut seketika melihat tangan pria itu kembali seperti semula.
                “Sel tubuhmu mengalami regenerasi dengan sangat cepat.” Sungyeol tertegun tak percaya.
                “Aku fikir kita telah menemukan siapa diri kita sebenarnya.” Pria itu berkata lagi.
                Sungyeol mengerti maksud pria itu dan kembali meraih kabel yang tadi terputus yang masih memberikan percikan api. Tanpa ragu kali ini sungyeol memegang ujung kabel putus tersebut. Dan benar. Dia tidak terluka, kemudian mereka mengedarkan pandangan ke sekeliling mereka yang lampunya mulai menyala satu persatu. Dan dengan sekejap mata sungyeol mampu mengontrol dirinya dan menyambungkan kabel itu tanpa cacat.
                “aku lihat kau masih mengenakan seragam menengah, chingu. Siapa namamu?” Sungyeol berjalan menghampiri pria itu dan mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.
                “ye, panggil aku L, hyung!” jawab L sedikit melirik seragam Senior high sungyeol dan menjabatnya sembari tersenyum.
                “Sungyeol.” Sungyeol berkata. Namun kemudian dia terkejut karena tiba-tiba L tersentak dan menghilang.
                “Omo… L?!”
===

Incheon 2013
                “bisakah aku memesan moccachino?”
“Ye, silahkan tunggu sebentar.” Jawab waiter café tersebut sembari tersenyum ramah.
Gadis yang tengah duduk memesan minuman tersebut tanpa sengaja melirik name tag waiter tersebut. “Eoh.. Sungkyussi, bisakah aku pesan tidak terlalu manis?”
“Ahh ye, tentu.” Jawabnya kemudian membungkuk dan pergi.
Beberapa saat kemudian pesanan gadis itu telah siap Sunggyu hendak mengantarkannya. Namun tiba-tiba seseorang menabraknya dan menumpahkan moccachino tersebut.
“Ahhh mianhae… aku sungguh tak sengaja, biar aku ganti.” Pria tersebut meminta maaf sembari memegang tangan Sungkyu menyesal.
“Ahh.. tidak, apa-apa.” Sungkyu tersenyum ramah kearah pria tersebut.
“ini untuk ganti rugi.” Pria tersebut tersenyum dan meninggalkan uang 3000 won di atas nampan yang di bawa Sungkyu. Kemudian pria itu menunduk dan berlari.
Merasa ada yang aneh Sunggyu mengikuti pria tersebut. Tampak pria itu menoleh ke sekitar sebelum akhirnya dia terbang. Sungguh betapa terkejutnya dia ketika mengetahui hal itu. tiba-tiba matanya menangkap sesuatu terjatuh dari tubuh pria itu dan segera mengambilnya.
“Jang Dongwoo?” Sungkyu membaca sebuah tanda pengenal. Seolah hal itu mengingatkannya pada moccachino yang tumpah akhirnya dia kembali ke café dan mengantarkan peasanan tersebut.
“maaf nona, pesanan anda terlambat.” Sungkyu membungkuk memohon maaf.
“Aniya, nan jeongmal gwaenchana.” Jawab gadis itu tersenyum manis kea rah Sungkyu. Kemudian sungkyu beranjak pergi.
PRANGGGG!!!
Sungkyu terkejut dan menoleh kea rah gadis itu. ternyata saat hendak meminumnya cangkir itu terjatuh. dia terlihat seperti kesakitan dan memegang kepalanya.
“nona, apa kau baik-baik saja?” Sungkyu kawatir dan mencoba menolong gadis itu.
“tidak, aku baik-baik saja.” Namun gadis itu masih terlihat memejamkan mata dan memegangi kepalanya.
“Kau terlihat pucat.”
“Aku melihatnya lagi.” Gadis itu kemudian membuka matanya dan meraih tangan Sungkyu seolah mengharapkan bantuan dari pria itu.
Namun Sungkyu hanya terdiam tak mengerti.
“Aku melihatnya, di situ…” gadis itu menunjuk kea rah luar café. Sungkyu hanya melihat jalanan di depan café sangat ramai.
“kau melihat apa nona?”
“Cepatlah di sana.” Gadis itu menatap Sungkyu memohon. Namun Sungkyu tak mengerti. Dengan harapan untuk menyenangkan pelanggan café dia berjalan keluar dan melihat situasi.
Namun kemudian…
TTIIIIINNNNN…..
Suara klakson memekakkan telinga. Seorang anak sekolah dasar terlihat hendak menyeberang jalan, namun ada sebuah mobil melaju begitu kencangnya.
Zlappppp!!!
“BERHENTI!!!!!”
Dan seketika itu juga semua mobil di jalan berhenti.
Sungkyu terengah-engah tak sadar apa yang dia lakukan. Dia membuka matanya. Dan betapa terkejutnya dia yang tengah memeluk seorang anak kecil di pinggir jalan. Dia kemudian menatap sekelilingnya. Semua orang menatapnya. Dan yang lebih mengejutkan semua mobil berhenti.
“ada apa dengan mobil ini? kenapa tak mau berjalan?” keluh beberapa orang di dalam mobil.
Sungkyu hanya terdiam bingung. Kemudian telinganya seperti mendengar sesuatu permohonan.
“izinkan kami berjalan kembali.” Sungkyu bingung, dari mana suara itu berasal. Suara itu sangat aneh di telinganya, namun dia bisa mengerti. “ku mohon izinkan kami berjalan lagi.”
“BAIKLAH! SIAPAPUN KAMU BERJALANLAH LAGI!” Sungkyu berteriak frustasi. Dan dia tersentak. Setelah dia berteriak mobil-mobil itupun berjalan lagi dengan normal.
“Gomapta oppa.” Anak kecil yang hendak tertabrak mobil itu mengejutkan Sungkyu.
“Ah ye?”
“Oppa terbang! Seperti superman!” gadis kecil itu berkata lagi dengan kagum.
Sungkyu masih tak percaya, meski begitu dia ingin mengontrol dirinya untuk tidak terlalu tertekan.
“lain kali hati-hati ne.” pesan Sungkyu sembari mengusap puncak kepala gadis kecil itu. Gadis kecil itu kemudian mengangguk dan berlari pergi.
Sungkyu kemudian berdiri tegak dan menoleh kea rah café. Matanya langsung menangkap Gadis dalam café tadi yang tengah berdiri di depan pintu café yang tengah menatapnya.
Dan di sudut café, seorang pria berbadan tinggi tegap berambut pirang tengah menatap kejadian di luar sembari menyeruput coffee latte nya. Dan kemudian tersenyum misterius.

TBC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar