FF DESTINY of HEROES
genre : fantasy, thriller, romance, action, friendship, etc.
rate : 13+
length : continuous
author : yonggyu90
main Cast : INFINITE + Park jaehee
Supporting cast : Synth Castellar (fiction) , Lee Jungyeop (woollim's CEO), INFINITE's Managers (Km Jungryul, Ryu Geonam, Cho Hyoan)
notes : obat galau OGS, hikz... hikz... T.T asli buatan saya, yang copy... saya sumpahin pokoknya... >.<
Prologue (chapt 1)
Gyongsangbuk-do 1998
Langit
tampak begitu pekat, mengisyaratkan sebuah kesedihan yang menyayat hati. Hujan
kini mulai turun rintik-rintik tak peuli dengan insan di bawahnya yang tak
berlindung. Terlihat dua orang tengah terkapar menanti ajal mereka. Tak jauh
dari mereka seorang anak kecil berusia 5 tahun menangis pilu. Takut. Mungkin
itu yang dirasakannya kini yang tengah menatap kedua orang tuanya bersimbah
darah dalam keadaan lemah.
Dengan
susah payah, ayahnya mencoba merangkak mendekatinya.
“Sungjong
ah… kemarilah nak.” Suara parau sang ayah terdengar memilukan. Dengan tangis
terisak anak itu mendekati ayahnya. Namun sebelum sampai tangan mungil itu
menggapai sang ayah, sang ayah telah terjatuh dan tak bergerak lagi.
“Appa…
aku mendekatimu, ireona!” sungjong menggoyang-goyangkan tubuh ayahnya. Namun
ayahnya tak bergerak sama sekali. Kemudian sungjong berlari kearah ibunya yang
hanya berjarak 3 meter darinya.
“Umma…
aku di sini.” Sungjong membelai lembut pipi umanya yang tengah melemah.
“Sungjong
ah… berjanjilah pada ummaa nak…” ibu sungjong menarik nafas berat dan berusaha
mengusap pipi anaknya. “berjanjilah pada umma kau akan jadi anak yang baik.”
Ibu sungjong tersenyum dalam kesakitannya.
“Sungjong
berjanji umma, sungjong berjanji. Ayo umma, kita bawa appa pulang. Kita
sembuhkan luka appa dan umma.” Sungjong terisak.
Ibu
sungjong hanya tersenyum dan kemudian melemah. Sentuhan pada pipi putranya pun
perlahan memudar dan tangannya terjatuh.
“Ummaa…”
Sungjong berusaha membangunkan ibunya yang kini matanya terpejam. “Ummaa…
ireona.” Sungjong berusaha membangunkan ibunya lagi namun ibunya tetap diam tak
bergerak. Tanpa putus asa sungjong berlari ke ayahnya yang tengkurap tak
bergerak. “Appaaaa….” Sungjong membangunkan lagi. Dan kini anak kecil itu hanya
bisa menangis pilu.
“Appaaa…
ummaaaa…. Jangan mati….” Polos Sungjong dalam tangisnya yang mengetahui ayah
dan ibunya telah pergi meninggalkannya untuk selamanya.
Tiba-tiba
matanya menangkap sesuatu di dekatnya. Terkejut. Dan dia semakin takut.
“Si…si…si…apa
kalian?” Tanya sungjong takut dan bergerak mundur ke belakang. Dia semakin
terkejut dan takut menyadari beberapa anak di depannya mempunyai wajah yang
sama dengannya.
“Aku
Sungjong” jawab mereka serempak.
Dan
dari sinilah takdir itu bermula.
===
Gangwon-do 2001
“Dasar
jelek. Kau anak jelek.” Terlihat beberapa anak tengah mengejek seorang anak
yang terlihat ingin menangis di sebuah sudut sekolah dasar.
“pergi
kau bau!” seorang anak melemparinya dengan tomat.
“Yaa…
kau jelek tak punya ayah. Dasar jelek.” Sela yang lainnya dan ikut melemparinya
dengan tomat.
“Dongwoo
jelek! Dongwoo Jelek!!”
Anak
itu hanya terdiam menahan tangis dan sakit karena dilempari tomat oleh
teman-temannya. Dan sesekali mencoba menghindar namun tak mampu. Sampai
akhirnya….
“HENTIKAANNNNN!!!!!!!!”
teriaknya tak mampu lagi menahan amarah.
Dan
serentak anak-anak yang melemparinya itu berhenti dan perlahan mundur
ketakutan.
“Di..di..dia
terbang!” teriak salah seorang dari mereka.
Beberapa
dari mereka berlari menjauh. Dongwoo kemudian menyadari jika dirinya kini tidak
memijak tanah. Dia melihat sekelilingnya heran. Terkejut dan berusaha mengejar
temannya. Dia takut jika temannya semakn menjauhinya. Dia ingin menjelaskan.
“Jungmin
ah…” teriak Dongwoo ketika menggapai tangan salah satu temannya.
Namun
anak yang digapainya tersebut malah terjatuh dan kulitnya semakin membiru dan
semakin gelap. Beberapa anak yang melihat kejadian itu langsung berlari
menjauhi Dongwoo.
Dongwoo
ketakutan. “Andwae…” dia semakin ketakutan dengan dirinya sendiri.
Beberapa
menit kemudian para guru mendatangi tempat kejadian. Namun Dongwoo merasa
ketakutan dan pergi meninggalkan tempat itu.
“Di
sana seonsangnim.” Seorang siswa memberitahu gurunya di mana kejadian itu
bermula. Namun setelah sampai di sana mereka hanya menemukan Jungmin yang telah
terkapar dengan kulit tubuhnya menghitam.
“cepat
panggilkan paramedis!” Teriak salah seorang guru.
Beberapa
menit kemudian petugas kesehatan sekolah datang dan memberikan kabar yang
mengejutkan.
“Jungmin
telah tiada. Dia seperti terkena racun, namun kami tak bisa memastikan.”
“Astaga….”
Para guru terkejut dan lemas.
===
Gyeonggi-do 2001
Disebuah
pasar Nampak seorang anak yang tengah berjalan-jalan. Dia kemudian berhenti di
sebuah kios buah yang lumayan ramai.
Tak tau
apa yang akan dilakukannya, dia menyelinap masuk ke dalam kerumunan tersebut.
Dia menggigit bibir bawahnya sesaat sebelum akhirnya dia mengambil sebuah pir
dan menyelinap ke luar kerumunan.
“Ya…
Nam Woohyun!” teriak sang pemilik kios lantang.
Merasa
dirinya dipanggil, Woohyun terkejut dan akhirnya tersadar dan mulai berlari.
“Ya…
kau dasar anak nakal!!! Kau mencuri lagi!!!” pemilik kios itu berlari mengejar
Woohyun.
Woohyun
yang merasa dirinya terancam berlari sekuat tenaga. Dia tak menoleh seikitpun
ke belakang sampai akhirnya dia tersadar dan berhenti.
Aneh…
Nafasnya
masih teratur dan tak terengah-engah.
“Kenapa
aku tak merasa lelah sama sekali?” Woohyun bergumam dan mencoba menoleh ke
belakang. “Ya… aku ada di mana????” dia begitu terkejut mengetahui keadaan di
sekelilingnya.
Sedangkan
sang pemilik kios berdiri tercengang. “Anak itu….” dia tak percaya dengan apa
yang dia lihat.
Woohyun
yang merasa dirinya sudah berada sangat jauh dari pasar hanya terdiam di bawah
pohon sambil menatap buah pir yang dia curi dan tak jadi memakannya.
“Ada
apa denganku?” Tanya Woohyun polos.
Namun
tiba-tiba ada sekelebat bayangan yang menghampirinya. Woohyun yang masih
berusia 11 tahun merasa terkejut dan ketakutan. Sosok itu kemudian menampakkan
dirinya dan tersenyum kearah Woohyun.
“Sii…sii…siiapa
kau? Ampuni aku, ku mohon. Aku tak bersalah paman. Aku tak bermaksud mencuri.”
Woohyun mulai menangis ketakutan.
“ikutlah
denganku, aku tak akan menghukummu.” Pria itu tersenyum dan mengulurkan
tangannya kearah woohyun.
“Shireo..!!!
aku tak mau.” Woohyun ketakutan dan bersembunyi di balik pohon. Kini dia
benar-benar merasa takut dan terancam.
“Aku
adalah Geonam, utusan tuan Jungyeop. Beliau berpesan untuk menjemputmu saat
ini. atau kau mau di tangkap polisi karena mencuri?” sosok yang mengaku bernama
Geonam tersebut memberikan pilihan yang menyulitkan untuk woohyun.
Anak
kecil itu Nampak berfikr sejenak sebelum akhirnya dia menyambut uluran tangan Geonam
takut-takut.
===
Busan 2005
“Hoya…
cepat mandinya, kau tau kan keluarga kta sedang krisis?” seorang ibu berteriak
di bawah tangga mengingatkan anaknya yang mandi terlalu lama.
“Ahhh
ne ummaaaaa.” Teriak Hoya dari dalam kamar mandi.
“Aishhh
dasar anak ini, kenapa suka sekali di kamar mandi?” ibu Hoya menggerutu
sendirian dan beranjak menuju dapur.
Sedangkan
Hoya, dia masih di kamar mandi.
Kecipak…
kecipakkk….
Terdengar
suara air dari dalam. Sudah sebulan terakhir Hoya menemukan keanehan pada
dirinya. Dia mampu menggerakkan air tanpa menyentuhnya. Awalnya dia sangat
terkejut namun akhirnya dia sangat menyukainya.
Dia
mengangkat tangannya kemudian memutarnya di udara. Dan air itu terangkat ke
atas seolah air itu adalah bubuk besi yang terkena daya magnet di atasnya.
“Wowww…
aku benar-benar bisa melakukannya.” Hoya tersenyum sendirian di kamar mandi
sembari memandangi kedua tangannya.
“Hoyaaaaa….”
Teriak ibunya lagi dari bawah.
“ye…
ummanim.” Hoya berteriak menjawab dan beranjak mengambil handuknya. Sejenak dia
melupakan yang terjadi padanya dan bersiap untuk sekolah. Setelah merasa siap
dia menuruni tangga rumahnya dan menuju dapur untuk sarapan.
“Appa
berpesan kau harus rajin sekolah eoh, makan yang banyak. Appa akan lama di
Jeju.” Ibunya menyampaikan pesan appanya sembari menyiapkan sarapan untuk Hoya.
Namun tanpa dia sadari kompor yang sedari tadi masih menyala menyambar botol
sake yang baru saja dia gunakan untuk membuat Dak Bal.
Tanpa
di duga api menyembur kemana-mana. Ibunya berteriak panic dan ketakutan.
“Hoya…
menyingkir dari sana!” teriak ibuna panic. “ARGHHH!!” teriak ibu hoya yang
terkena ledakan botol sake.
“Ummaaaa….” Hoya yang mengetahui
hal itu langsung reflek melompat kearah api dan menggerakkan tangannya mencoba
menggapai lap tak jauh dari kompor untuk mematikan apinya, namun keanehan
terjadi. Api itu bergerak mengikuti gerakan tangan hoya yang membuatnya dan
ibunya tertegun tak percaya.
Hoya kemudian mengangkat sebelah
tangannya dan mencoba mengayunkan tangan sebelahnya. Mencoba melakukannya pada
air di kamar mandi yang sering ia lakukan. Dan tak berapa lama api itu padam.
“Hoya?!” ibu Hoya terkejut
tangannya mencoba menahan teriakannya, dia tak percaya dengan apa yang dia
lihat.
Hoya hanya memandangi kedua
tangannya. Kemudian dia menoleh kearah ibunya.
“Ummaaa….”
“Ahhhh” ibu hoya mendesah pelan
sembari memejamkan matanya dan mengusap dadanya pelan.
===
Cheungcheongnam-do 2006
“Ahh…
aku lelah sekali.” Seorang pelajar senior high berjalan dengan sesekali
menendang-nendang kakinya di kesunyian malam. Dia tengah beranjak pulang dari
sekolahnya.
Sesekali
dia terlihat menekan tengkuknya berharap rasa lelahnya berkurang. Namun di
tengah perjalanannya terdengar suara ledakan yang begitu besar. Matanya
langsung terarah pada sebuah cahaya percikan api yang berada tak jauh di
depannya. Dengan sigap dia langsung berlari menuju percikan api tersebut.
“ARRRRGGHHHHHHHHHHH!!!!!”
terlihat seorang pemuda tengah terkapar kesakitan. Tak jauh darinya sebuah
pilar listrik meledak dan menyebabkan kabelnya putus dan mengenai pemuda di
bawahnya itu. kemungkinan, ledakan itu terjadi ketika pemuda itu tengah
berjalan di bawahnya.
“Yaa…
gwaenchana?” teriak Sungyeol pelajar senior high khawatir. Dia ingin menolong,
namun dia takut. “eotokhae???” Sungyeol meremas rambut kepalanya sendiri
sembari berusaha mencari bantuan.
“ARGGHHH…!”
pemuda yang terkena lilitan kabel putus itu berteriak lagi.
Dan
entah keberanian dari mana kini Sungyeol sudah berada di samping pemuda itu dia
melihat ada luka bakar menganga di punggung dan tangan kanan pemuda itu,
bajunya sudah leleh terbakar oleh sengatan listrik. Dengan mata tertutup
Sungyeol takut-takut memegang kabelnya.
Tiba-tiba
lampu di sekitar area berkedip-kedip dan mati. Sungyeol takut-takut menunggu
dia tersengat listrik itu meskipun dia tidak mengharapkannya.
“kenapa
aku tak tersengat?” dengan separuh keberaniannya yang tersisa dia berusaha
membuka matanya perlahan.
“KK..kkaa…kkaaa…uu…
menyala?” pemuda yang tersengat listrik dan tengah terkapar di samping Sungyeol
tak percaya dengan apa yang dia lihat.
Sungyeol
terpaku menatap dirinya sendiri yang mengeluarkan cahaya seperti lampu neon.
“Aku
menyala?” Sungyeol bertanya pada dirinya sendiri tak percaya. Dengan
takut-takut dia mencoba memegang ujung kabel yang terputus.
Dengan
tiba-tiba lampu di sekitarnya berkedip-kedip dan menyala lagi. Sungyeol semakin
ketakutan. Dia melemparkan kembali kabel itu. dan lampu di sekitarnya langsung
mati. Tubuhnya masih menyala.
Karena
ketakutan, Sungyeol berusaha menghindar dari tempat itu dan mendekati pria yang
tersengat dengan sesekali memandangi tubuhnya yang bercahaya.
“Kau
benar-benar menyala?” Tanya pria di sampingnya pelan.
“Iya…
aku tak percaya ini.” Sungyeol masih manatap bagian tubuhnya yang menyala.
Kemudian dia teringat sesuatu. “ahhh neo gwaenchana? Bagaimana lukamu?”
sungyeol memeriksa punggung dan lengan pria itu. namun.. betapa terkejutnya dia
ketika dia tak mendapati luka itu. “lukamu… menghilang?”
“Apa????”
pemuda itu tak percaya. “kemudian dia melihat lengannya yang tadi menganga.
“Kau
bisa sembuh secepat itu?” Tanya sungyeol tak percaya.
“Aku???”
pria itu masih tak percaya dengan apa yang terjadi padanya.
“Eoh…
lihatlah! Aku tadi melihat ada luka yang cukup parah di punggung dan lenganmu.
Sekarang sudah kembali seperti semula.” Sungyeol meyakinkan.
Tanpa
pikir panjang dan mendapatkan bantuan cahaya dari tubuh Sungyeol, pria itu
menggapai tasnya yang terjatuh tak jauh dari sana dan mencari sesuatu di sana.
“Apa
yang kau cari?”
Pria
itu tak menjawab, namun akhirnya dia menemukan apa yang di carinya. Cutter.
Tanpa rasa takut sedikitpun pria itu mengiriskan kater ke telapak tangannya.
“Yaa
apa yang kau lakukan?” Sungyeol berteriak.
Namun
pria itu masih terdiam tak menjawab. Darah mulai mengucur di tangannya.
Terlihat luka menganga yang sangat lebar. Sungyeol merasa ngeri melihatnya.
Namun dia terkejut seketika melihat tangan pria itu kembali seperti semula.
“Sel
tubuhmu mengalami regenerasi dengan sangat cepat.” Sungyeol tertegun tak
percaya.
“Aku
fikir kita telah menemukan siapa diri kita sebenarnya.” Pria itu berkata lagi.
Sungyeol
mengerti maksud pria itu dan kembali meraih kabel yang tadi terputus yang masih
memberikan percikan api. Tanpa ragu kali ini sungyeol memegang ujung kabel
putus tersebut. Dan benar. Dia tidak terluka, kemudian mereka mengedarkan
pandangan ke sekeliling mereka yang lampunya mulai menyala satu persatu. Dan
dengan sekejap mata sungyeol mampu mengontrol dirinya dan menyambungkan kabel
itu tanpa cacat.
“aku
lihat kau masih mengenakan seragam menengah, chingu. Siapa namamu?” Sungyeol
berjalan menghampiri pria itu dan mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.
“ye,
panggil aku L, hyung!” jawab L sedikit melirik seragam Senior high sungyeol dan
menjabatnya sembari tersenyum.
“Sungyeol.”
Sungyeol berkata. Namun kemudian dia terkejut karena tiba-tiba L tersentak dan
menghilang.
“Omo…
L?!”
===
Incheon 2013
“bisakah
aku memesan moccachino?”
“Ye, silahkan tunggu sebentar.”
Jawab waiter café tersebut sembari tersenyum ramah.
Gadis yang tengah duduk memesan
minuman tersebut tanpa sengaja melirik name tag waiter tersebut. “Eoh..
Sungkyussi, bisakah aku pesan tidak terlalu manis?”
“Ahh ye, tentu.” Jawabnya kemudian
membungkuk dan pergi.
Beberapa saat kemudian pesanan
gadis itu telah siap Sunggyu hendak mengantarkannya. Namun tiba-tiba seseorang
menabraknya dan menumpahkan moccachino tersebut.
“Ahhh mianhae… aku sungguh tak
sengaja, biar aku ganti.” Pria tersebut meminta maaf sembari memegang tangan
Sungkyu menyesal.
“Ahh.. tidak, apa-apa.” Sungkyu
tersenyum ramah kearah pria tersebut.
“ini untuk ganti rugi.” Pria
tersebut tersenyum dan meninggalkan uang 3000 won di atas nampan yang di bawa
Sungkyu. Kemudian pria itu menunduk dan berlari.
Merasa ada yang aneh Sunggyu
mengikuti pria tersebut. Tampak pria itu menoleh ke sekitar sebelum akhirnya
dia terbang. Sungguh betapa terkejutnya dia ketika mengetahui hal itu.
tiba-tiba matanya menangkap sesuatu terjatuh dari tubuh pria itu dan segera
mengambilnya.
“Jang Dongwoo?” Sungkyu membaca
sebuah tanda pengenal. Seolah hal itu mengingatkannya pada moccachino yang
tumpah akhirnya dia kembali ke café dan mengantarkan peasanan tersebut.
“maaf nona, pesanan anda
terlambat.” Sungkyu membungkuk memohon maaf.
“Aniya, nan jeongmal gwaenchana.”
Jawab gadis itu tersenyum manis kea rah Sungkyu. Kemudian sungkyu beranjak
pergi.
PRANGGGG!!!
Sungkyu terkejut dan menoleh kea
rah gadis itu. ternyata saat hendak meminumnya cangkir itu terjatuh. dia
terlihat seperti kesakitan dan memegang kepalanya.
“nona, apa kau baik-baik saja?”
Sungkyu kawatir dan mencoba menolong gadis itu.
“tidak, aku baik-baik saja.” Namun
gadis itu masih terlihat memejamkan mata dan memegangi kepalanya.
“Kau terlihat pucat.”
“Aku melihatnya lagi.” Gadis itu
kemudian membuka matanya dan meraih tangan Sungkyu seolah mengharapkan bantuan
dari pria itu.
Namun Sungkyu hanya terdiam tak
mengerti.
“Aku melihatnya, di situ…” gadis
itu menunjuk kea rah luar café. Sungkyu hanya melihat jalanan di depan café
sangat ramai.
“kau melihat apa nona?”
“Cepatlah di sana.” Gadis itu
menatap Sungkyu memohon. Namun Sungkyu tak mengerti. Dengan harapan untuk
menyenangkan pelanggan café dia berjalan keluar dan melihat situasi.
Namun kemudian…
TTIIIIINNNNN…..
Suara klakson memekakkan telinga.
Seorang anak sekolah dasar terlihat hendak menyeberang jalan, namun ada sebuah
mobil melaju begitu kencangnya.
Zlappppp!!!
“BERHENTI!!!!!”
Dan seketika itu juga semua mobil
di jalan berhenti.
Sungkyu terengah-engah tak sadar
apa yang dia lakukan. Dia membuka matanya. Dan betapa terkejutnya dia yang
tengah memeluk seorang anak kecil di pinggir jalan. Dia kemudian menatap
sekelilingnya. Semua orang menatapnya. Dan yang lebih mengejutkan semua mobil
berhenti.
“ada apa dengan mobil ini? kenapa
tak mau berjalan?” keluh beberapa orang di dalam mobil.
Sungkyu hanya terdiam bingung.
Kemudian telinganya seperti mendengar sesuatu permohonan.
“izinkan kami berjalan kembali.”
Sungkyu bingung, dari mana suara itu berasal. Suara itu sangat aneh di
telinganya, namun dia bisa mengerti. “ku mohon izinkan kami berjalan lagi.”
“BAIKLAH! SIAPAPUN KAMU BERJALANLAH
LAGI!” Sungkyu berteriak frustasi. Dan dia tersentak. Setelah dia berteriak
mobil-mobil itupun berjalan lagi dengan normal.
“Gomapta oppa.” Anak kecil yang
hendak tertabrak mobil itu mengejutkan Sungkyu.
“Ah ye?”
“Oppa terbang! Seperti superman!” gadis
kecil itu berkata lagi dengan kagum.
Sungkyu masih tak percaya, meski
begitu dia ingin mengontrol dirinya untuk tidak terlalu tertekan.
“lain kali hati-hati ne.” pesan
Sungkyu sembari mengusap puncak kepala gadis kecil itu. Gadis kecil itu
kemudian mengangguk dan berlari pergi.
Sungkyu kemudian berdiri tegak dan
menoleh kea rah café. Matanya langsung menangkap Gadis dalam café tadi yang
tengah berdiri di depan pintu café yang tengah menatapnya.
Dan di sudut café, seorang pria
berbadan tinggi tegap berambut pirang tengah menatap kejadian di luar sembari
menyeruput coffee latte nya. Dan kemudian tersenyum misterius.
TBC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar