Blogger Widgets

Entri Populer

Kamis, 07 November 2013

FF B.A.P FOUR FOOLISH SINGLES comedy & friendship chapt 10

Four foolish singles10
Author : Yonggyu90
Main Cast            : B.A.P
                Park Minri
                 Park Jaehee
                 Choi Jihye
                 Park Yura
Length  : Continuous
Genre   : Friendship and etc.
Rate       : 13+
 note : banyak typo dan cerita semakin gaje xD
 
 
Chapter 10
                “Apa kau bicara denganku?” Minri menoleh kea rah namja itu dan sesekali melihat sekeliling yang tak ada orang.
“Siapa namja itu?” Tanya namja itu lagi dengan melemparkan tatapan membunuh bagi minri.
“Siapa maksud sunbae ‘namja itu?’” minri berbalik menghadap namja bersuara berat yang ternyata adalah Yongguk dengan perasaan bingung.
“Jangan bodoh park minri. Kau tau maksudku siapa? Jangan membuatku merasa menjadi orang paling bodoh dan paling gila.” Yongguk mencecar minri dengan sebuah kalimat nan puanjang meluncur bagaikan torpedo Amerika Serikat yang hendak melancarkan aksinya ke Rusia.
Minri cengo mencoba mencerna kalimat yang begitu lamban diserap otaknya.
                 “Apa yang sunbae maksud itu Doojoon oppa?” Minri berjalan mendekati Yongguk yang masih menatap minri dengan tatapan ingin memakan minri hidup-hidup.
                “Yaa… kenapa kau tak peka sekali. Seolah kau tak bersalah sedikit pun padaku. Arghhhhh Park Minri….” Yongguk meremas rambutnya geregetan.
                “Eoh?” Minri tersentak menyadari sesuatu. “Sunbae…”
                “Wae?”
                Minri hanya menatap Yongguk untuk beberapa saat.
                “Yaaa… waeirae?? Kenapa kau hanya menatapku seperti itu?” Yongguk berubah salah tingkah ketika minri menatap Yongguk tanpa berkedip.
                “Sunbae…” minri memanggil lagi sembari sedikit menyunggingkan senyum di bibirnya.
                “Yakk… kenapa kau senyum-senyum begitu?” Yongguk semakin merasa salah tingkah. Dia merasa kini sedang telanjang dan di lihat seluruh siswa TS.
                “Ahh… sunbae… apa kau mengkhawatirkanku?” Minri menyelidik sembari menatap yongguk yang mencoba mengalihkan perhatiannya dari minri.
                “Mwoo?? Aniyo. Kenapa aku harus mengkhawatirkanmu?” yongguk membenahi letak tas yang menggantung di salah satu pundaknya kasar dan berjalan meninggalkan minri.
                Melihat ekspresi itu Minri semakin melebarkan senyumnya dan mengejar Yongguk.
                “Sunbaee….” Minri mencoba mensejajari yongguk yang berjalan sedikit dipercepat agar minri tak mengejarnya.
                “Kau cemburu padanya bukan???” Tanya minri penuh kemenangan.
                Sretttt… Yongguk menghentikan langkahnya. dan menoleh kea rah minri yang masih tersenyum-senyum aneh padanya.
                “naega? Jiltuhaneun? Obseo!!!” kemudian Yongguk kembali berjalan. Meninggalkan Minri yang masih terdiam.
                “Baiklah…. Aku tak akan memaksa sunbae mengakuinya.” Minri sedikit berteriak kea rah Yongguk yang berjalan menjauhinya. Yongguk menghentikan langkahnya namun dia tidak berbalik kea rah minri. “Aku tau, sunbae malu mengakui kalau sunbae menyukai gadis bodoh dan aneh sepertiku.”
                Yongguk tersentak. Dia begitu terkejut dengan kalimat yang meluncur dari mulut minri.
                “Aku senang karena sunbae juga menyukaiku pada akhirnya… meskipun sunbae tak mau mengakuinya. Setidaknya perasaanku pada sunbae tidak hanya sebuah perasaan gadis bodoh yang kesepian.” Yongguk semakin tercengang mendengar pernyataan minri.
“Sunbae tak perlu mengakuinya, karena aku juga akan melupakan semuanya. Aku akan melupakan semua ini dan menganggap hal ini tak pernah terjadi. Dengan begitu aku dan sunbae bisa menjalani hidup lebih baik lagi dan sunbae bisa menyukai gadis lain yang tidak bodoh dan aneh sepertiku.” Minri tersenyum puas setelah mengucapkan apa yang mengganjal di hatinya. Meskipun itu menyakitkan baginya, setidaknya itu adalah keputusan yang tepat bagi minri. Minri menatap Yongguk yang membelakanginya sesaat sebelum akhirnya dia berlalu pergi meninggalkan yongguk.
Tak tau kenapa hati Yongguk tiba-tiba bergemuruh. Semakin hebat. Perasaannya kacau bagai diterpa Topan berkecepatan 1000knot. Dia bingung dengan apa yang harus dia lakukan. Reflex Yongguk berbalik, namun minri sudah tak ada di sana. Kacau. Dan semua benar-benar kacau.
“ARGHHHHH!!!” Yongguk membanting tasnya ke lantai.

===

                Jam istirahat telah berdentang dan para siswa Sekolah TS pun menghilang dan ngacir ntah ke mana. Minri terlihat meletakkan kepalanya di meja cafeteria. Jaehee yang berada di depan minri pun merasa sangat kasihan melihat kembarannya yang sedari kemarin belum makan sesendok nasi pun. Tapi mampu menghabiskan cemilan berkilo-kilo.
                “Jaehee ya… hikz… hikz… kenapa hatiku sakit huwaaaaa….” Minri menggaruk-garuk meja cafeteria.
                “Yaa… jangan menangis begitu. Kau sendiri yang meminta melupakan semuanya pada Yongguk sunbae. Seharusnya kau tak boleh menangis seperti ini.” jaehee mengelus-elus punggung saudarinya itu. “Arggghhhh jinja???? Kenapa semua jadi rumit begini?” Jaehee memukul keningnya frustasi.
                “Yak Minri eonnie waegurae?” Jihye yang baru datang ke cafeteria terkejut melihat minri yang nangis sesenggukan. “wae eonnie?” jihye sedikit berbisik kea rah Jaehee yang mencoba menenangkan Minri.
                “Biasaa…. Keabisan asupan suplemen.” Jaehee balas berbisik.
                “YAAAA…. KALIAN TEGA SEKALI PADAKU!!!” ternyata minri mendengarkan bisik-bisik antara jaehee dan jihye sehingga membuatnya mengangkat kepala dan berteriak.
                GRODAKKKK!!!
Jihye tiba-tiba tersentak kebelakang dan hampir terjatuh dari kursinya menatap minri. Takut. Betapa tidak. Rambut minri yang tergerai kini terlihat acak-acakan seperti singa hendak menerkam dengan mata sembab segede buah duren.
“Eonnie… kau kerasukan??” jihye menatap minri takut-takut.
“Aissshhh jinja????? Kau bilang aku kerasukan????” minri semakin tersulut emosinya dan membuat hidungnya kembang kempis.
                “Kau menakutkan sekali.” Jihye memegang dadanya yang berdegub begitu keras karena ketakutan.
                Jaehee hanya menggeleng-gelengkan kepalanya simpati.
                “Makanya sudah kubilang jangan menangis!” jaehee malah memarahi Minri.
                “Huwaaaa adik macam apa kau yang membentak kakakmu seperti itu.” minri terguguk kembali. Jaehee terlihat pusing.
                “kau tak malu? Banyak orang disini. Apa tak cukup nangis semalaman di rumah?” jaehee mengomel seperti ibu-ibu di pasar ikan. Terkadang kepribadian antara jaehee dan Minri itu sering terbalik. Sifat jaehee yang cenderung kekanak-kanakan terkadang bisa lebih dewasa dari minri. Dan sikap minri yang lebih dewasa itu terkadang menjadi sangat kekanak-kanakan.
                “Aigooo… pasti karena masalah sepulang sekolah kemarin.” Jihye menebak. “ehhh… yura eonnie kemana? Kok tidak kelihatan?”
                “Dia latihan vocal dengan guru baru.” Jawab jaehee sembari tetap menepuk-nepuk punggung Minri berharap tangisnya berhenti.
                “Guru baru? Kenapa aku baru tau?” Jihye menggaruk kepalanya yang tak gatal.
                “Eoh… Shin seongsangnim.” Jaehee pun belum tau mana guru baru itu.
                “Eonnie…. Bukankah kau dulu menyukai namja bermarga Shin juga?” tana Jihye tiba-tiba.
                “Ye..??? ahh… itu masa lalu.” pipi jaehee tiba-tiba bersemu merah. “Anggap saja itu cinta monyet.” Jaehee terkikik geli dengan dirinya sendiri. Namun tiba-tiba hatinya berdegub tak beraturan. Dia yang awalnya terkikik kini terdiam dan memegang dadanya.
                “Waeyo eonnie?” Jihye terlihat khawatir.
                Minri yang semula hanya menunduk kini mengangkat kepalanya karena mendengar nada khawatir dari jihye.
                “yak kau kenapa?” minri panic melihat jaehee.
                “Aniya.. aku hanya merasa, hatiku aneh.” Jaehee menggelengkan kepalanya pelan. “Yak eonnie… bukankah kau harus melatih kaligrafimu?” jaehee mencoba mengacuhkan hatinya yang tiba-tiba kacau.
                “Aku tak mau jika itu Doojoon.” Minri menggebrak meja. Jihye berjingkat.
                “ya… kau harus professional. Apa kau mau kita tak naik kelas?” Tanya Jaehee bergidik membayangkan mereka tak naik kelas.
                “Andwae!!!!!” Minri menggebrak meja lagi. “issshhh araseo. Aku akan pergi.” Minri beranjak dengan mulut yang mengerucut.
                Jaehee dan jihye hanya bengong melihat minri yang mengalami perubahan drastic setelah mendengar kata tidak naik kelas.
                “Aku juga akan ke lapangan eonnie.” Jihye ikut beranjak. Dan kini tinggallah jaehee sendirian di cafeteria.
                Dalam keheningan Jaehee tiba-tiba mengingat masa middle schoolnya dulu yang menyukai tetangganya. Shin Soohyun, seorang namja yang tak begitu tampan namun mampu membuat Jaehee tak bisa tidur sebelum dia mendengarkan Soohyun menyanyi dengan gitarnya di balkon yang berdekatan dengan kamarnya.
                Pada waktu itu Jaehee bertekad menyatakan perasaanya pada Soohyun dengan mengirim surat yang dimasukkan ke dalam kotak surat depan Rumahnya. Dan entah surat itu terbaca oleh Soohyun atau tidak, karena sehari setelahnya Soohyun dan keluarganya pindah ke Daegu.
                Patah hati tentunya. Dan itulah cinta pertama Jaehee. cinta monyet lebih tepatnya. Karena Jaehee waktu itu diam-diam menyukai soohyun sejak kecil sampai dia kelas 3 middle school.
                Mengingat itu jaehee tertawa sendirian dan menenggak Jus pome kesukaannya. Dia kemudian beranjak meninggalkan cafeteria dan berjalan menuju ruang latihannya bersama Himchan.
                “Any_” Jaehee tak melanjutkan sapaannya ketika dia melihat Himchan memainkan Jjanggunya dengan penuh perasaan. Perlahan Jaehee berjalan mendekati himchan yang kini menutup mata sembari memainkan Jjanggunya. Dan duduk menopang kepalanya menatap Himchan.
                Bayangan Soohyun memainkan gitar pun terlintas di mata Jaehee. raut wajah Jaehee yang awalnya tersenyum itu pun perlahan memudar. Kosong. Tatapan Jaehee kosong meskipun dia menatap Himchan.
                Himchan telah selesai memainkan Jjanggu nya dan membuka matanya perlahan.
                “Ukkk…” betapa terkejutnya dia dan sedikit tersentak kebelakang ketika mendapati jaehee sudah duduk manis berada di depannya dan menatap ke arahnya. “Sejak kapan dia masuk?” Himchan menggaruk kepalanya yang tidak gatal namun kemudian dia tersenyum. “Eyy… kau terpukau dengan permainanku kan Jaehee-ya?”
                Diam. Jaehee hanya terdiam. Tatapan matanya kosong. Himchan melambaikan tangannya di depan jaehee, namun mata Jaehee tak mengalami akomodasi.
                CTAKKKKKK!!!!
                “YAAAAAA!!!!” Jaehee berteriak kesakitan memegangi keningnya ketika di kejutkan himchan dengan memukul keningnya menggunakan stik Jjanggu. “Yaa neo nappeun!.” Jaehee meringis kesakitan. “Appo….”
                “Siapa suruh kau melamun?”
                “Apa urusannya denganmu? Itu kan Hakku.” Jaehee bangkit berdiri dari hadapan Himchan.
                “Apa kau melamunkanku?” Himchan mengikuti Jaehee berdiri dan mendekatinya.
                “Mwo???” jaehee menoleh kea rah Himchan tak percaya dengan pertanyaan Himchan. “Chh… jangan bercanda! mana mungkin aku melamunkan sunbae.” Jaehee mencibir Himchan kemudian mengambil pemukul tamburnya.
                “Bukan aku???? Terus siapa???” Himchan tiba-tiba merasakan sebal di hatinya.
                “Rahasia dong!” jawab jaehee tak peduli dan memukul-mukul tamburnya pelan.
                Mulut Himchan langsung mengerucut bak anus ayam di tiup Doong doong.
                “Ehh… sunbae…. Apa sunbae bisa main gitar?” Tanya jaehee tiba-tiba menghadap himchan.
                “Gitar? Bisa, memangnya kenapa?” Himchan tak mengerti arah pertanyaan Jaehee.
                “Jinja???” Jaehee membelalakkan matanya. “Sunbae…. Mainkan untukku ne… jebal…. Ye…?” Jaehee mencoba merayu himchan dengan aegyo gagal total.
                Himchan malah bergidik ngeri. “Shireo!!!” jawab Himchan ketus. Seketika raut muka Jaehee menjadi masam.
                “Araseo.” Jaehee memukul-mukul tamburnya dengan lesu sembari menahan sebal karena himchan tak mau memainkan gitar untuknya.
                “Yaa… yang serius. Pertunjukan seminggu lagi!”
                Jaehee hanya melirik sekilas dan tak menghiraukan himchan.
                “Kita tidak mempertunjukkan Gitar, kenapa kau memintaku untuk itu?” Himchan tak enak hati juga melihat jaehee yang cemberut. Setidaknya dia ingin tau alas an dari jaehee.
                “Aku rindu seseorang.” Jaehee menghentikan kegiatannya yang memukuli tambur dan berkata pelan.
                Himchan langsung terkejut mendengar pernyataan jaehee yang hampir tak terdengar.
                SREEETTTTT….
                Jaehee langsung berbalik dan memeluk Himchan erat. Himchan semakin terkejut dan hanya terdiam. Senang. Tentu saja. Himchan menunggu hal ini.
                “Hiks… hiks…” Dan jaehee malah terisak di pelukan Himchan.
                Himchan semakin bingung. Tak mengerti. Kenapa Jaehee begitu agresif? Bukankah biasanya dia yang agresif? Kenapa dia menangis? Himchan terus saja bertanya-tanya dalam hati. Perlahan tangan Himchan terangkat dan menyambut pelukan jaehee.
                “Aku merindukannya…. Hiks…” jaehee terisak. Senyum himchan pun pudar menyadari jaehee merindukan orang lain dan bukan dirinya. Perlahan Himchan membelai rambut kuncir kuda jaehee.
                “Ahhh mian sunbae…. Aku terbawa emosi.” Jaehee seolah tersadar dan melepaskan pelukannya dan beranjak pergi keluar dari ruangan itu.
                Entah mengapa Himchan merasa hatinya baru saja di jatuhi gundukan batu berton-ton beratnya. Sesak. Himchan tak bisa berkata dan hanya terdiam. Dia menyadari cintanya hanya sepihak. Jaehee menyukai orang lain.
                ===

                Yura berjalan menyusuri koridor mencari sosok jaehee, ada sesuatu yang ingin dia katakan. Dari raut wajahnya Nampak sebuah kegelisahan yang teramat sangat. Kepalanya terus menoleh ke sana ke mari. Dia sedikit berlari.
                Namun ketika itu juga, dia berpapasan dengan Daehyun. Yura bertingkah seolah tak melihat Daehyun.…
                SRETTTT!!!
                Yura berhenti berjalan ketika tangan kirinya merasa dicengkeram dan ditahan seseorang.
                “Kenapa kau terus mengacuhkanku?”
                DEG
                Yura tak bergeming.
                “Yaa Park Yura!” Daehyun geregetan karena Yura hanya terdiam.
                “Bukankah itu yang sunbae mau? Sunbae ingin aku enyah dari hadapan sunbae bukan?” Yura melirik Daehyun sesaat. “lepaskan tanganku!” Yura berusaha melepaskan tangannya yang di cengkeram daehyun kuat.
                GREB!!!!
                Tanpa Yura duga sebelumnya, kini Daehyun menariknya dan memeluknya dari belakang. Shock! Tentu saja. Yura hanya mampu melongo tak sadar. Jantungnya berdegub sangat kencang. Matanya membelalak lebih lebar dari biasanya.
                “Mianhae Park Yura!” Daehyun setengah berbisik. Yura masih dalam fase tak sadar antara harus percaya atau tidak.
                “Maafkan aku!” sekali lagi Daehyun memohon lirih di telinga Yura.
                Koridor tidak sepi, banyak anak berlalu lalang. Dan tentunya mereka juga sangat terkejut melihat pemandangan di depan mata mereka. Tidak. Daehyun tak peduli lagi dengan tatapan mereka. Daehyun tak merasa risih lagi jika bersama Yura. Daehyun benar-benar merasa dirinya sudah di ambang ketidakwarasan.
                “Mianhae… mianhae… mianhae…” Daehyun membisikkan kata itu berkali-kali.
                “Hiks… Hiks…” Yura malah terisak dan membuat Daehyun semakin mengeratkan pelukannya.
                “Maafkan aku Park Yura. Aku begitu egois yang telah mengacuhkan hatimu.” Mendengar penuturan daehyun Yura malah semakin menangis.
                “Aku menyukaimu Park Yura. Sangat menyukaimu.” Daehyun semakin mengeratkan pelukannya seolah tak ingin Yura melepaskan dekapannya. “Jangan acuhkan aku lagi. Aku sakit jika kau seperti itu.” Daehyun setengah berbisik.
                “Kau berbohong Jung Daehyun. Kau berbohong. Kau tak pernah menyukaiku. Kau muak denganku. Kan?” akhirnya Yura mengeluarkan kalimat di sela tangisnya. “Sudah cukup kau mempermalukanku.”
                “Aku benar-benar tak berbohong Park Yura.” Daehyun melepaskan pelukannya dan membalikkan tubuh Yura untuk menghadapnya. “Aku tak berbohong! Tatap mataku!” Daehyun mengguncangkan pundak Yura agar dia mau menatapnya.
                “Aku yang bodoh dan tak menyadari perasaanku!” Daehyun masih berusaha meyakinkan Yura.
                “Terus apa artinya Hana bagimu? Eoh???” Yura mampu menghentikan tangisnya dan sedikit berteriak kea rah daehyun.
                Daehyun terkejut sebelum akhirnya tertawa.
                “Kenapa kau tertawa? Sudah kuduga! Ini semua bohong!” Yura terisak lagi dan berusaha mendorong daehyun agar enyah.
                “Aigooo… Hana? Jung Hana. Dia sepupuku Park Yura. Kau cemburu dengannya?”
                “Huwaaaaa kau jahat Jung Daehyun!” Yura tak mampu menahan tangisnya dan kemudian meledak.
              “Yaa… Uljima! Aku tak kan membuatmu menangis lagi. Aku benar-benar menyukaimu. Jangan abaikan aku lagi aro?” Daehyun mengusap pelan pipi Yura.
                “kau takkan membuatku menangis lagi? yag sokhae?!”
                “Yag so!” Daehyun mengecup jempol tangannya dan mengacungkan ke atas tanda dia menyetujui janji itu.
                Mendengar itu Yura langsung menghambur ke pelukan Daehyun dan di sambut riuh teman-teman mereka. Dan akhirnya satu masalah selesai.
                Di seberang koridor jaehee sedang berjalan menuju belakang sekolah, dia sedikit melirik kerumunan yang terjadi di koridor seberang. Namun dia tak mengetahui jika daehyun dan yura yang menjadi tontonan di sana.
                Sesaat matanya bertabrakan dengan tatapan seseorang yang ada di depannya.
                DEG!
                Jantung jaehee berhenti berdetak. Darahnya seolah berhenti mengalir.
                “Park jaehee…” sebuah suara yang lama tidak dia dengar. Sebuah suara yang setiap malam menghantui tidurnya. Suara yang menjadi candu baginya. Suara yang begitu dia rindukan. Mereka hanya saling bertatap dan berkutat dengan pikiran masing-masing.
                “Soohyun Oppa… kau kah itu?” Jaehee bertanya kemudian setelah mendapatkan kesadarannya kembali.
                ===

                “Hup…”
                Blakkk
                “Hup..”
                Blak…
                Yongguk terlihat tengah berlatih taekwondo di sudut sekolah. Keringatnya mengucur membuat pakaian putih itu terlihat basah.
                “Hhh…hhh…” nafasnya terengah-engah. Dan dia memutuskan untuk berbaring di lantai. Tangannya telentang. Matanya menutup mencoba menghalau semua yang kini tengah berkecamuk di hatinya.
                “Kau lebih beruntung dari pada aku.” Sebuah suara serak nan basah mengejutkan Yongguk. Yongguk menoleh kea rah suara yang ternyata Chanie tengah berjalan kearahnya sambil membawa sebotol air mineral.
                “Minumlah!” Himchan duduk di samping yongguk dan menyerahkan botol air itu pada Yongguk.
                “Gomawo!” Yongguk duduk kembali dan menerima botol itu.
                “Setidaknya dia menyukaimu.” Himchan memainkan tangannya di atas lantai.
                “Itu tak semudah yang kau bayangkan Chan-ah.” Ucap Yongguk setelah menenggak air itu.
                “Tak mudah karena kau begitu gengsi dengan dirimu sendiri.” Himchan mencibir.
                Yongguk hanya terdiam mendengar penuturan Himchan. ya dia mengakui perkataan Himchan itu benar.
                “Setidaknya kau tak seperti diriku.” Himchan menarik nafas panjang dan menatap langit-langit ruangan itu.
                Yongguk hanya menatap Himchan tak mengerti.
                “Jaehee?” Yongguk menyebutkan sebuah nama yang membuat himchan tersenyum mendengarnya.
                “Kau tau kan? Aku ini presiden sekolah yang tampan? Ahhh…” Himchan bertanya kepada Yongguk setengah menggerutu.
                “Chh…” Yongguk tertawa pelan mendengar kepercayaan diri Himchan. “Aku rasa melihat raut mukamu yang seperti itu, membuat persepsi itu salah.” Yongguk tertawa.
                Himchan melihat Yongguk pun ikut tertawa.
                “Jaehee menyukai pria lain kau tau? Ini lebih menyakitkan darimu.” Himchan kemudian terdiam.
                “Aku tak tau harus bagaimana? Minri berkata akan melupakanku. Padahal aku belum mengakuinya.” Yongguk mendesah. “Yaa… apakah aku ini memang bodoh?” tanyanya kemudian.
                “Eoh… sangat bodoh.” Himchan mengangguk mantap.H-3 menjelang turnamen. Apa kau mau gagal?”
                “Apa maksudmu?” Yongguk tak mengerti.
                “Kulihat semangatmu menurun. Mungkin setelah kau mengakuinya, kau akan lebih baik dan mendapatkan semangat baru.” Himchan menepuk pundak Yongguk pelan.
                “kau sendiri?”
                “Naega?” Himchan menunjuk dirinya sendiri. “molla, jika pun aku gagal setidaknya aku tidak begitu memalukan karena aku hanya menjadi penghibur pada acara pembukaan. Kau tau? Ini sangat berat jika kau harus sepanggung dengan orang yang kau sukai dan nyatanya dia tidak menyukaimu. Seolah kau mengacungkan sebuah belati di depan sebuah luka menganga di hatimu. Menggelikan bukan?”
                “Uljima!” Yongguk menyikut himchan yang matanya mulai mendung.
                “Yaa… aku tak menangis.” Himchan mengelak.
                “araseo, kau kelilipan.” Yongguk terkekeh pelan.
                “Tapi mungkin aku tak akan berhenti sampai di sini.” Himchan menatap Yongguk yakin.
                “maksudmu?” Yongguk tak mengerti.
                ===

TBC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar