Blogger Widgets

Entri Populer

Rabu, 12 Juni 2013

FF IT'S COLD B.A.P chapter 4 (fantasy)







It’s Cold 4

Author              : Yonggyu90
Genre               : Fantasy
Main Cast        : Kim Himchan B.A.P , Jasmine (OC/Reader) & Zelo B.A.P
Supporting Cast : B.A.P
Length              : Continuous
Rate                   : 13+
Note                  :
·         nama-nama  tumbuhan (sweet alyssum, aconite,wisteria, pohon yew, dll) di dalam FF ini bukanlah rekayasa saya, melainkan itu adalah nyata, hasil dari ciptaan Tuhan YME. Silahkan searching di National Geographic.^^
·         Yang meminta B.A.P lainya di banyakin, mianhae. Di sini sudah jelas Main castnya Himchan dan Zelo^^ jadi member lainnya hanya pemeran pembantu (cameo) saja.^^
                           
                FF Gaje ini hanya untuk mereka yang mau membacanya, bagi yang tak suka mohon jangan bash. Ini murni dari otak saya yang juga gaje overload =D bagi yang tak berminat boleh mengabaikannya.^^ dan yang menyukainya mohon Like & Comment ne^^ biar saya tau ini FF layak atau tidak J



Chapter 4

Decitan suara rem mobil terdengar memekakkan telinga, menggema memecah keheningan hutan. Seorang pria Nampak melihat jam digital yang tengah menunjukkan pukul 2.41am sebelum akhirnya menyambar lampu senter dan berlari keluar dari dalam mobil dengan sigap masuk kehutan.
Sedangkan di lain tempat, Jasmine semakin melemah. Bibir peachnya mulai  berubah memutih, rambut hitamnya mulai menguning dan Bulu sayapnya mulai rontok berterbangan.
                Himchan terus berlari dengan matanya tetap awas menatap sekeliling mencari pohon yew. Bajunya telah basah oleh keringatnya.
                SRAAKKKK
                Larnya terhenti ketika matanya menatap dua ekor rubah siap menerkam berada di depannya.
                “Jebal… jangan sekarang.” Himchan berkata seolah rubah-rubah itu mendengarnya.
                Rubah-rubah itu tampak menyeringai kelaparan. Geraman rubah itu terdengar mengerikan. Membuat siapa pun yang mendengarnya ketakutan. Himchan tak tau lagi harus berbuat apa. Dia mulai mundur perlahan kebelakang dan berhenti ketika kakinya menginjak sepotong ranting.
                “Baiklah… kalau itu mau kalian.” Himchan menyambar ranting pohon yang tidak terlalu kecil dekat kakinya. Seekor rubah melompat menerkam dan menggigit pundak kanannya.
                “ARRGHHHH!!!”
                Jerit Himchan menggema memenuhi Hutan. Darah mulai mengucur dari pundak kanannya. Geraman rubah rakus itu seolah memompa keberaniannya. Dicengkeramnya rubah itu kuat-kuat.
                BUGHHH!!
                Himchan berhasil melempar Rubah itu, ketika itu rubah yang satunya berusaha menerkam Himchan. Himchan mengayunkan ranting yang di pegangnya.
                Clashhhh…
                Leher rubah itu terkoyak. Rubah itu terjatuh di depannya. Kemudian Himchan kembali bergelut dengan Rubah satunya. Sebelum akhirnya rubah itu menancap di ranting yang di pegangnya.
                “Hhhh….hhh….” nafasnya memburu… menahan sakit di pundaknya.
                “Aku harus mendapatkannya.” Lirihnya. Kemudian dia bangkit .
Dengan tergopoh dia melanjutkan perjalanannya. Angin berhembus semilir seolah membisikkan sesuatu kepadanya. Seolah ingin Himchan mengikutinya. Himchan mengikuti arah angin itu berhembus.
                Kaki Himchan kembali berhenti melangkah ketika, lampu senternya menerangi sebuah pohon yang  terlihat sudahsangat tua atau bahkan berumur ribuan tahun. Daunnya hijau pekat dan berbentuk mirip seperti pohon cemara.
                Tes…
                Sebuah tetesan air terjatuh mengenai dahinya. Himchan mendongak ke atas melihat apa gerangan. Sebelum akhirnya senyumnya mengembang. Sejenak dia melupakan rasa sakitnya.
“Inikah pohon Yew?” Dia bertanya pada dirinya sendiri.
Di arahkan pandangannya mencari tempat untuk menampung  tetesan embun pohon itu. tak jauh dari sana cahaya lampu senternya menangkap sebuah kayu seukuran betisnya dan berlubang di salah satu ujungnya. Dengan sigap dia mengambil kayu itu dan mulai mengumpulkan tetesan embun itu.
Sepertinya keajaiban berpihak padanya. Dalam waktu yang singkat dia mampu menampung banyak embun. Dia kemudian menutup kayu wadah itu dengan daun pohon yang lebar dan mengikatnya dengan sobekan bajunya.
---

                ZLASSSSHHH
Zelo melepaskan anak panahnya ke angkasa. Seketika itu juga Kilat terlihat begitu terangnya. Dia melakukannya untuk memberi penerangan dalam pencarian Jasmin. Dan untuk memberi sinyal bagi para Angel untuk membantunya.
Berkali-kali dia melakukan itu. Matanya terus memicing mengamati. Berharap dia menemukan sahabatnya itu.
Dia melesat dari satu tempat ke tempat lain dalam hitungan detik. Seketika tubuhnya bergetar ketika dia menatap ke arah langit timur yang mulai ke merah kekuningan.
“Tidak!!! Ini tak boleh terjadi.”
Ketakutan menyelimutinya. Dengan penuh ketenangan Zelo membuka tangan kanannya. Zlaapp. Sebuah anak panah berwarna abu-abu kini telah di genggamnya.
“kau harus menunggu Jasmine.” Lirih Zelo sebelum akhirnya dia merentangkan busur panahnya kea rah langit timur.
CLAAASSSSHHHHH
Seketika itu. awan-awan berkumpul di langit timur. Pekat. Sangat pekat. Seolah akan terjadi badai yang amat dahsyat. Awan itu menutupi langit timur sehingga cahaya matahari terhalang olehnya. Dan seakan fajar belum menyingsing.
Zelo melanjutkan perjalanannya mencari Jasmine. Dia berharap, tindakannya ini mampu menunda kemusnahan jasmine lebih lama.
ZLAAAPPPP…. Sebuah cahaya putih mendekati Zelo yang kini tengah berdiri di pohon sugi.
“Zelo… kita telah berusaha. Ikhlaskan jasmine.” Angel lily menekan pundak Zelo menguatkan.
“Ini tak mungkin terjadi padanya.” Zelo menunduk kecewa.
“kita telah menentang takdir alam. Ku mohon… ikhlaskan dia.” Angel lily menunjukkan kesedihannya.
“tapi…” Zelo memandang angel lily lekat. “baiklah.” Akhirnya Zelo melesat ke angkasa lebih tinggi dan melepaskan panahnya ke arah timur. Perlahan langit timur kembali normal dan cahaya fajar mulai terlihat.
“maafkan aku Jasmine.” Lirih Zelo. Berat. Sangat berat bagi zelo untuk kehilangan Jasmin.
---

Himchan menatap jam digital dalam mobilnya. Perasaan kalut menyelimutinya. Sepertinya luka di bahunya mulai terinfeksi, dia merasakan demam pada tubuhnya. Dia mulai menggigil.
“ku mohon fajar… janganlah kau cepat datang. Setengah jam lagi aku sampai.” Himchan menekan pedal gasnya lebih kuat. Kecepatan pun bertambah. Di lihatnya arah timur, langit mulai memerah kekuningan. “Andwae…”
Citttttt…..
Suara ban mobil Himchan berdecit begitu nyaring ketika mobil itu mengalami split di meter ke lima ratus dari arah rumahnya.
DUAGHHHH!!!
Kepala himchan terbentur setir kemudi dengan sangat keras.
Tesss…
Darah segar mengalir dari pelipisnya. Matanya terpejam tak sadarkan diri.
“Maafkan aku….” Sebuah suara nan lembut mengalun indah di telinganya. “Maafkan aku…” suara itu terngiang kembali. Himchan sedikit tersentak. Dengan susah payah dan sisa tenaganya dia berusaha bangun dari ketidaksadarannya.
“aku harus bangun.” Himchan menyemangati dirinya sendiri dalam hati. Hingga akhirnya dia membuka matanya dan tergopoh keluar dari mobil mendekap wadah embun itu lalu mulai berlari.  Di lihatnya langit timur yang tiba-tiba berubah pekat.
“Terima kasih Tuhan, berikan aku waktu…” lirihnya.
“Tunggu aku.” Himchan bergumam di tengah usahanya berlari. Dia tak peduli dengan sakitnya dan terus berlari.
“hhhh….hhhh…”deru nafas Himchan terdengar memilukan. Dia membuka pintu apartemenya dengan tergesa. “kau di mana???” Himchan berteriak seperti orang gila. Tanpa dia sadari air mata mengalir di pipinya. Ketakutan menyelimutinya. Dicarinya sosok yang semalam di bopongnya kesegala sudut.
Himchan terkejut ketika mendapati Jasmine mulai mengabur. Dengan tergesa dia mendekati Jasmine yang mulai tak terlihat dan telah menutup matanya. Keadaannya yang memilukan, seakan mengoyak hati Himchan. Sebuah keanehan terjadi. Himchan dapat menyentuh Jasmine yang tengah mengabur mulai tak terlihat.
“jebal!!!” suara himchan terdengar memilukan. Di teteskannya embun itu di luka jasmine.
Tepat setelah dia meneteskan embun, cahaya fajar menembus celah ventilasi apartemennya.
“Andwae…!” spontan himchan memeluk Jasmine. Tangisnya pecah kembali. Dia merasa takut kehilangan sosok itu.
Semilir angin berhembus menerpa wajah Himchan. Di tatapnya Angel itu lekat-lekat.
“Jebal….”  Lirih Himchan.
Tiba-tiba tubuh jasmine bercahaya biru terang. Secara perlahan tubuh indah itu kembali terlihat. Luka di sayapnya telah menutup sempurna. Rambutnya yang menguning perlahan menghitam, bibirnya yang memutih kembali berubah warna peach. Bulu-bulu di sayapnya pun kembali tumbuh.
Perlahan kelopak mata nan indah itu membuka, mata ungu kehitaman bak permata makenun itu menatap lembut ke arah Himchan yang tengah menatapnya sendu. Himchan melepaskan dekapannya perlahan dan mengusap pipi Jasmine sebelum akhirnya dia terjatuh dan menutup mata.
Jasmine terkejut melihat himchan berlumuran darah dan terdapat luka di pundak dan pelipisnya.
“Bangunlah….!!” Jasmin mencoba membangunkan Himchan. Namun pria itu tetap terdiam tak membuka mata. Rasa bersalah dan takut kini menyelimuti jasmine. Jasmine kemudian merengkuh tubuh Himchan dalam pelukannya.
“Maafkan aku….” Jasmine berkata lirih.
Tess…
Sesuatu terjatuh dari matanya mengenai luka di bahu Himchan. Ya Dia menangis. Jasmine tak percaya dengan apa yang terjadi pada dirinya. Seorang Angel tak akan bisa menangis. Tapi kini dia telah menangis. Bahkan air mata itu jatuh mengalir di pipi indahnya.
“Ada apa denganku???” Jasmine tampak tak percaya. Tanpa ia sadari luka di bahu Himchan telah pulih dengan sempurna. Tetesan air mata Jasmine mampu menyembuhkan luka itu.
Terlalu banyak fakta yang bertolak belakang dengan fakta Angel sesungguhnya. Dia merasa bingung ada apakah dengan dirinya? Bahkan dia merasa takut jika lelaki di depannya ini mati. Dia merasa tidak rela jika pria itu harus mati.
TBC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar