It’s Cold 4
Author : Yonggyu90
Genre : Fantasy
Main Cast : Kim Himchan B.A.P , Jasmine (OC/Reader) & Zelo B.A.P
Supporting Cast : B.A.P
Length : Continuous
Rate : 13+
Note :
·
nama-nama tumbuhan (sweet alyssum, aconite,wisteria,
pohon yew, dll) di dalam FF ini bukanlah rekayasa saya, melainkan itu adalah
nyata, hasil dari ciptaan Tuhan YME. Silahkan searching di National
Geographic.^^
·
Yang meminta B.A.P lainya
di banyakin, mianhae. Di sini sudah jelas Main castnya Himchan dan Zelo^^ jadi
member lainnya hanya pemeran pembantu (cameo) saja.^^
FF Gaje
ini hanya untuk mereka yang mau membacanya, bagi yang tak suka mohon jangan
bash. Ini murni dari otak saya yang juga gaje overload =D bagi yang tak
berminat boleh mengabaikannya.^^ dan yang menyukainya mohon Like & Comment
ne^^ biar saya tau ini FF layak atau tidak J
Chapter 4
Decitan suara rem mobil terdengar
memekakkan telinga, menggema memecah keheningan hutan. Seorang pria Nampak
melihat jam digital yang tengah menunjukkan pukul 2.41am sebelum akhirnya
menyambar lampu senter dan berlari keluar dari dalam mobil dengan sigap masuk
kehutan.
Sedangkan di lain tempat, Jasmine
semakin melemah. Bibir peachnya mulai
berubah memutih, rambut hitamnya mulai menguning dan Bulu sayapnya mulai
rontok berterbangan.
Himchan
terus berlari dengan matanya tetap awas menatap sekeliling mencari pohon yew.
Bajunya telah basah oleh keringatnya.
SRAAKKKK
Larnya
terhenti ketika matanya menatap dua ekor rubah siap menerkam berada di
depannya.
“Jebal…
jangan sekarang.” Himchan berkata seolah rubah-rubah itu mendengarnya.
Rubah-rubah
itu tampak menyeringai kelaparan. Geraman rubah itu terdengar mengerikan. Membuat
siapa pun yang mendengarnya ketakutan. Himchan tak tau lagi harus berbuat apa.
Dia mulai mundur perlahan kebelakang dan berhenti ketika kakinya menginjak
sepotong ranting.
“Baiklah…
kalau itu mau kalian.” Himchan menyambar ranting pohon yang tidak terlalu kecil
dekat kakinya. Seekor rubah melompat menerkam dan menggigit pundak kanannya.
“ARRGHHHH!!!”
Jerit
Himchan menggema memenuhi Hutan. Darah mulai mengucur dari pundak kanannya.
Geraman rubah rakus itu seolah memompa keberaniannya. Dicengkeramnya rubah itu
kuat-kuat.
BUGHHH!!
Himchan
berhasil melempar Rubah itu, ketika itu rubah yang satunya berusaha menerkam
Himchan. Himchan mengayunkan ranting yang di pegangnya.
Clashhhh…
Leher
rubah itu terkoyak. Rubah itu terjatuh di depannya. Kemudian Himchan kembali
bergelut dengan Rubah satunya. Sebelum akhirnya rubah itu menancap di ranting
yang di pegangnya.
“Hhhh….hhh….”
nafasnya memburu… menahan sakit di pundaknya.
“Aku
harus mendapatkannya.” Lirihnya. Kemudian dia bangkit .
Dengan tergopoh dia melanjutkan
perjalanannya. Angin berhembus semilir seolah membisikkan sesuatu kepadanya. Seolah
ingin Himchan mengikutinya. Himchan mengikuti arah angin itu berhembus.
Kaki
Himchan kembali berhenti melangkah ketika, lampu senternya menerangi sebuah
pohon yang terlihat sudahsangat tua atau
bahkan berumur ribuan tahun. Daunnya hijau pekat dan berbentuk mirip seperti
pohon cemara.
Tes…
Sebuah
tetesan air terjatuh mengenai dahinya. Himchan mendongak ke atas melihat apa
gerangan. Sebelum akhirnya senyumnya mengembang. Sejenak dia melupakan rasa
sakitnya.
“Inikah pohon Yew?” Dia bertanya
pada dirinya sendiri.
Di arahkan pandangannya mencari
tempat untuk menampung tetesan embun
pohon itu. tak jauh dari sana cahaya lampu senternya menangkap sebuah kayu
seukuran betisnya dan berlubang di salah satu ujungnya. Dengan sigap dia
mengambil kayu itu dan mulai mengumpulkan tetesan embun itu.
Sepertinya keajaiban berpihak
padanya. Dalam waktu yang singkat dia mampu menampung banyak embun. Dia kemudian
menutup kayu wadah itu dengan daun pohon yang lebar dan mengikatnya dengan
sobekan bajunya.
---
ZLASSSSHHH
Zelo melepaskan anak panahnya ke
angkasa. Seketika itu juga Kilat terlihat begitu terangnya. Dia melakukannya
untuk memberi penerangan dalam pencarian Jasmin. Dan untuk memberi sinyal bagi
para Angel untuk membantunya.
Berkali-kali dia melakukan itu.
Matanya terus memicing mengamati. Berharap dia menemukan sahabatnya itu.
Dia melesat dari satu tempat ke
tempat lain dalam hitungan detik. Seketika tubuhnya bergetar ketika dia menatap
ke arah langit timur yang mulai ke merah kekuningan.
“Tidak!!! Ini tak boleh terjadi.”
Ketakutan menyelimutinya. Dengan
penuh ketenangan Zelo membuka tangan kanannya. Zlaapp. Sebuah anak panah
berwarna abu-abu kini telah di genggamnya.
“kau harus menunggu Jasmine.” Lirih
Zelo sebelum akhirnya dia merentangkan busur panahnya kea rah langit timur.
CLAAASSSSHHHHH
Seketika itu. awan-awan berkumpul
di langit timur. Pekat. Sangat pekat. Seolah akan terjadi badai yang amat
dahsyat. Awan itu menutupi langit timur sehingga cahaya matahari terhalang
olehnya. Dan seakan fajar belum menyingsing.
Zelo melanjutkan perjalanannya mencari
Jasmine. Dia berharap, tindakannya ini mampu menunda kemusnahan jasmine lebih
lama.
ZLAAAPPPP…. Sebuah cahaya putih
mendekati Zelo yang kini tengah berdiri di pohon sugi.
“Zelo… kita telah berusaha.
Ikhlaskan jasmine.” Angel lily menekan pundak Zelo menguatkan.
“Ini tak mungkin terjadi padanya.”
Zelo menunduk kecewa.
“kita telah menentang takdir alam.
Ku mohon… ikhlaskan dia.” Angel lily menunjukkan kesedihannya.
“tapi…” Zelo memandang angel lily
lekat. “baiklah.” Akhirnya Zelo melesat ke angkasa lebih tinggi dan melepaskan
panahnya ke arah timur. Perlahan langit timur kembali normal dan cahaya fajar
mulai terlihat.
“maafkan aku Jasmine.” Lirih Zelo.
Berat. Sangat berat bagi zelo untuk kehilangan Jasmin.
---
Himchan menatap jam digital dalam
mobilnya. Perasaan kalut menyelimutinya. Sepertinya luka di bahunya mulai
terinfeksi, dia merasakan demam pada tubuhnya. Dia mulai menggigil.
“ku mohon fajar… janganlah kau
cepat datang. Setengah jam lagi aku sampai.” Himchan menekan pedal gasnya lebih
kuat. Kecepatan pun bertambah. Di lihatnya arah timur, langit mulai memerah
kekuningan. “Andwae…”
Citttttt…..
Suara ban mobil Himchan berdecit
begitu nyaring ketika mobil itu mengalami split di meter ke lima ratus dari
arah rumahnya.
DUAGHHHH!!!
Kepala himchan terbentur setir kemudi
dengan sangat keras.
Tesss…
Darah segar mengalir dari
pelipisnya. Matanya terpejam tak sadarkan diri.
“Maafkan aku….” Sebuah suara nan
lembut mengalun indah di telinganya. “Maafkan aku…” suara itu terngiang
kembali. Himchan sedikit tersentak. Dengan susah payah dan sisa tenaganya dia
berusaha bangun dari ketidaksadarannya.
“aku harus bangun.” Himchan
menyemangati dirinya sendiri dalam hati. Hingga akhirnya dia membuka matanya
dan tergopoh keluar dari mobil mendekap wadah embun itu lalu mulai
berlari. Di lihatnya langit timur yang
tiba-tiba berubah pekat.
“Terima kasih Tuhan, berikan aku
waktu…” lirihnya.
“Tunggu aku.” Himchan bergumam di
tengah usahanya berlari. Dia tak peduli dengan sakitnya dan terus berlari.
“hhhh….hhhh…”deru nafas Himchan
terdengar memilukan. Dia membuka pintu apartemenya dengan tergesa. “kau di
mana???” Himchan berteriak seperti orang gila. Tanpa dia sadari air mata
mengalir di pipinya. Ketakutan menyelimutinya. Dicarinya sosok yang semalam di
bopongnya kesegala sudut.
Himchan terkejut ketika mendapati
Jasmine mulai mengabur. Dengan tergesa dia mendekati Jasmine yang mulai tak
terlihat dan telah menutup matanya. Keadaannya yang memilukan, seakan mengoyak
hati Himchan. Sebuah keanehan terjadi. Himchan dapat menyentuh Jasmine yang
tengah mengabur mulai tak terlihat.
“jebal!!!” suara himchan terdengar
memilukan. Di teteskannya embun itu di luka jasmine.
Tepat setelah dia meneteskan embun,
cahaya fajar menembus celah ventilasi apartemennya.
“Andwae…!” spontan himchan memeluk
Jasmine. Tangisnya pecah kembali. Dia merasa takut kehilangan sosok itu.
Semilir angin berhembus menerpa
wajah Himchan. Di tatapnya Angel itu lekat-lekat.
“Jebal….” Lirih Himchan.
Tiba-tiba tubuh jasmine bercahaya biru
terang. Secara perlahan tubuh indah itu kembali terlihat. Luka di sayapnya
telah menutup sempurna. Rambutnya yang menguning perlahan menghitam, bibirnya
yang memutih kembali berubah warna peach. Bulu-bulu di sayapnya pun kembali
tumbuh.
Perlahan kelopak mata nan indah itu
membuka, mata ungu kehitaman bak permata makenun itu menatap lembut ke arah
Himchan yang tengah menatapnya sendu. Himchan melepaskan dekapannya perlahan
dan mengusap pipi Jasmine sebelum akhirnya dia terjatuh dan menutup mata.
Jasmine terkejut melihat himchan
berlumuran darah dan terdapat luka di pundak dan pelipisnya.
“Bangunlah….!!” Jasmin mencoba
membangunkan Himchan. Namun pria itu tetap terdiam tak membuka mata. Rasa
bersalah dan takut kini menyelimuti jasmine. Jasmine kemudian merengkuh tubuh
Himchan dalam pelukannya.
“Maafkan aku….” Jasmine berkata
lirih.
Tess…
Sesuatu terjatuh dari matanya
mengenai luka di bahu Himchan. Ya Dia menangis. Jasmine tak percaya dengan apa
yang terjadi pada dirinya. Seorang Angel tak akan bisa menangis. Tapi kini dia
telah menangis. Bahkan air mata itu jatuh mengalir di pipi indahnya.
“Ada apa denganku???” Jasmine
tampak tak percaya. Tanpa ia sadari luka di bahu Himchan telah pulih dengan
sempurna. Tetesan air mata Jasmine mampu menyembuhkan luka itu.
Terlalu banyak fakta yang bertolak
belakang dengan fakta Angel sesungguhnya. Dia merasa bingung ada apakah dengan
dirinya? Bahkan dia merasa takut jika lelaki di depannya ini mati. Dia merasa
tidak rela jika pria itu harus mati.
TBC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar