Blogger Widgets

Entri Populer

Jumat, 02 Agustus 2013

INFINITE FF WHAT SHOULD I DO chapt 2











WHAT SHOULD I DO 

Author : Yonggyu90
Sub : Indonesian
Genre : sad love story maybe
Main cast : Kim Myungso, Kim Sunggyu, Park Jaehee
Length : 2 shot / 2 chapter
Notes : The original story written by me so do not take it without a clear source. sorry if a lot of mistakes.

 



CHAPTER 2

            "Noona, bolehkah aku bertanya padamu?" ku tatap serius manik matanya. Aku tau sunggyu hyung memperhatikanku. Aku tak peduli dan ingin bertanya padanya.
            “Apa yang ingin kau tanyakan?” dia tersenyum ramah padaku seperti biasanya. Namun tak ada senyum yang keluar dari bibirku dan ku tatap lekat matanya. Aku tau sunggyu hyung masih tetap memperhatikanku sedari tadi. Dan aku tau pasti itu.
            “Noona, jika gadis yang ku cintai itu adalah kau, apa reaksimu. Apa kau juga menyukaiku?” Tanya ku sambil menenggak air putih di gelas yang tersedia di depanku.
            “Mwoo L??” Sunggyu Hyung dan Jaehee noona Nampak terkejut dengan pertanyaanku.
            “Yak… kalian serius sekali… aku hanya bercanda.” Aku tertawa dan mencoba mengalihkan perhatian mereka. Namun sungguh itu adalah pertanyaan serius, bukan sebuah canda yang aku maksud.
            “Ahhh kau mengejutkanku.” Jaehee noona tampak menghembuskan nafas berat dan memegang dadanya.
             “Aishhh anak ini.” Sunggyu hyung ikut tertawa.
            “Tapi seandainya itu noona bagaimana?” tanyaku lagi. Namun tidak ada keterkejutan lagi di antara mereka.
            “L…” Jaehee noona meraih tanganku dan menggenggamnya. “Kalau wanita itu belum mempunyai seseorang di hatinya… tentu saja dia akan menyukaimu juga. Jangan khawatirkan itu.” Senyumnya mengembang. Namun itu bukanlah senyum bagiku. Itu adalah sebuah belati. Noona… apa kau tak tau betapa aku menyukaimu??? Apa menurutmu aku hanyalah seorang anak kecil saja?
            “Yaa… serius sekali.. khaja mau pesan apa?” Sunggyu Hyung mengejutkanku dan jaehee noona yang tengah bersama fikiran masing-masing. Dan kami pun kembali duduk seperti semula.
===

            Aku tak pernah lagi masuk course, aku tak pernah lagi masuk ke studio piano itu. Dan kini aku tengah duduk di sini, di pinggir pantai. Sendiri.
            Aku masih saja terus meratapi hatiku. Tidak. Hatiku tak bersalah akan sakit ini. hanya waktu saja yang tidak tepat.
            Ponselku bordering lagi. Entah ini sudah yang keberapa kali nya karena sejak tadi aku terus saja membiarkannya berdering. Aku mengambilnya dan ku lihat nama Jaehee tertera di sana.
            “Waeyo noona?” jawabku datar.
            “L kau di mana? Kenapa kau tidak masuk??” terdengar suaranya dari seberang.
            “Bisakah noona ke sini?”
            “neo eodiya?”
            “pantai.”
            “Biaklah… tunggu aku.”
            “Eoh.”
            Ku putuskan percakapan kami. Aku masih terduduk di atas batu menatap kea rah pantai jauh.
            “kenapa kau seperti ini akhir-akhir ini?” tanyanya mengejtkanku setelah satu jam aku menungunya. Dia ikut duduk bersamaku di atas batu.
            Tidak… aku tak mampu menatapnya yang terus menatapku.
            “L…? kenapa kau jadi seperti ini?” dia meraih tanganku. “Mana Myungsoo yang ceria dulu?”
            “Noona…” kali ini aku beranikan diriku menatap matanya yang terus saja terarah ke padaku.
            “uhm…” dia tersenyum ke arahku.
            “boleh aku jujur padamu?”
            “Tentu saja, jujurlah… aku di sini untukmu. Ada apa denganmu?”
            “Aku mencintaimu.” Kataku tanpa basa basi. Dan ku lihat dia terkejut mendengar pengakuanku.
            “L..”
            “Ku mohon noona… jangan paksa aku untuk melupakanmu. Kau tau ini rasanya sangat sakit.”
            “Tt…ttaa..ttapi.._” dia hendak melepaskan tangannya yang menggenggamku. Namun aku menariknya dan balik ku genggam erat.
            “Jebal…”
            “kka..kka..u bercanda kan???” dia berusaha tersenyum. Aku tau itu. aku merasakan tangannya mulai dingin.
            “apakah ini seperti sebuah lelucon?” tanyaku lagi padanya.
            Dia… hanya terdiam beberapa saat. Sampai akhirnya aku mendengar isakan darinya. Dan bulir-bulir bening pun mulai mengalir di pipinya.
            “Kenapa semua harus seperti ini???” dia bertanya dalam isakannya yang bahkan aku sendiri tak tahu jawabannya… tidak. Kenapa aku ikut meneteskan air mata? Kenapa ini??
            Entah keberanian dari mana tiba-tiba aku merengkuhnya dan menciumnya. Aku merasa takut kehilangan dia. Dia.. tak menolak ciumanku.
            “Aku benar-benar menyukaimu noona.” Aku memeluknya erat. Aku tau dia tak menolak juga tak membalas pelukanku. Dia hanya terdiam dan terus terisak. Aku tau ini salah. Dia adalah calon kakak iparku. “Apa kau juga mencintaiku?”
===

            “L ah… kau dari mana?” Tanya Sunggyu hyung ketika tau aku memasuki rumah.
            “Aku berjalan-jalan karena aku merasa penat.” Aku tersenyum sedikit ku paksakan.
            “Baiklah… aku sudah menyiapkan makan malam. Mandilah dulu.” Senyumnya ke arahku. Ku mohon hyung… aku menyakitimu. Jangan tersenyum kea rah ku. Kau tau ini semakin membuatku merasa orang paling berdosa?
            “eoh…” lagi.. aku tersenyum dengan sedikit paksaan.
            Tidak ada sepatah kata pun keluar dari mulut kami. Ini tidak biasanya. Sunggyu hyung berkutat dengan makanannya. Aku pun juga. Aku merasa sedikit janggal dengan sikap hyungku ini.
            “Nanti kalau sudah selesai.. letakkan saja di dapur, biar aku yang cuci.” Senyumnya ke arahku sembari berjalan pergi meningalkanku yang masih duduk di meja makan. Namun nafsu makanku tiba-tiba menghilang dan ku letakkan mangkuk dan sumpitku.
            ===

            “Aku sudah tau semuanya…” kalimat sunggyu hyung mengejutkanku yang tengah menatap bulan yang redup mala mini dari balkon kamarku.
            “Tau? Apa maksud hyung?” Aku menoleh kearahnya yang telah berdiri di sampingku. Ku lihat dia tersenyum dan menatap ke arah langit.
            “kau juga menyukai Jaehee kan bodoh?” dia tertawa dan memukul pundakku pelan sembari tertawa.
            “a..aa..aku…” Aku tak bisa menjawab.
            “hhh.. aku sudah tau semuanya. Aku tau karena aku adalah kakakmu.” Dia menepuk pundakku lagi.
            Aku terus saja terngiang perkataan Sunggyu hyung semalam. Bahkan saat aku berjalan pun aku tak mampu berkonsentrasi karena aku terus saja memikirkan perkataannya.
            Hari ini aku berniat pergi ke rumah Sungyeol sahabatku. Rasanya aku tak mampu menahan rasa ini sendirian. Saat di penyeberangan jalan yang cukup sepi, ku lihat Sunggyu Hyung juga hendak menyeberang dari arah yang berlawanan.
            Dia melambaikan tangan ke arahku dengan wajah cerianya. Sangat ceria. Bahkan aku berani pastikan itu adalah wajah tercerianya selama aku hidup bersamanya. Dia terus saja melambai ke arahku. Aku pun membalas lambaiaan tangannya dan tersenyum.
            Lampu pun berubah merah, namun aku masih saja terdiam di pinggir jalan dan hanya memperhatikan Sunggyu hyung yang tengah menyeberang jalan.
            TTTIIIIIIIIIIIIIIIIIIINNNNNNNNNNNNNNN….
            “HYUUUUUNGGG!!!”
            BRAKKKKKK!!!!
===

            Epilog
            “Jagiya…. Cepatlah…..!!” terdengar suara lelaki yang tengah berteriak dari sebuah ruang tamu.
            “Ne… sebentar….” Jawab seorang perempuan dari lantai dua rumah mereka.
            “cepatlah sedikit…. Nanti terlalu siang.” Lelaki itu berteriak lagi.
            “Ne…”
            “Yaa… umma mu lama sekali….” Gerutu lelaki itu pada seorang bayi 5 bulan dalam kereta dorongnya yang ada di depannya. Bayi itu kemudian tertawa melihat appanya yang sedikit uring-uringan karena menunggu ummanya yang lama.
            “Ap…paa…” terdengar suara lucu yang sedikit terputus.
            “Ye…???” lelaki itu terkejut.
            “Ap…ppa..”
            “ya… kau bisa memanggilku appa???”
            Bayi itu terlihat tertawa sembari sedikit berlonjak-lonjak senang.
            “Yaa… jagiya…. Dia bisa memanggilku appa…. Dia sudah bisa bicara.” Lelaki itu terlnjak kegirangan dan berteriak senang. Maklum saja. Ini adalah kali pertama anak mereka bisa berbicara dan memanggil appa.
            “Yeee????? Myungsoo????” Seorang perempuan berlari menuruni sebuah tangga sambil membawa tas berisi perlengkapan bayinya.
            “Akkkkk…” perempuan itu terpeleset saking terburu-burunya setelah sampai di bawah.
            “Ya… jagiya hati-hati.” Lelaki itu berlari cepat menolong istrinya yang terjatuh.
            “Myungsoo???” perempuan itu terus berdiri dan tak memperdulikan sakit di pinggulnya akibat terjatuh.
            “Ya… hati-hati…” teriak suaminya lagi.
            “Myungsoo ah… bisa kau panggil umma??? Umm..mmaa… khaja tirukan umma jagiya. Panggil aku umma.” Perempuan yang tak lain adalah Jaehee itu tak sabar ingin mendengarkan anaknya memanggilnya umma.
            “App…ppa…” bayi itu tertawa lagi dan berlonjak-lonjak girang dalam kereta dorongnya.
            “Yaa… aku umma bukan appa… jebal panggil aku umma jagiya.” Jaehee terus saja berusaha membuat anaknya memanggil Umma.
            “Aishh… pelan-pelan jagiya, Myungsoo baru bisa menyebut appa.” Lelaki yang tak lain adalah suami Jaehee itu terkikik geli melihat tingkah istrinya yang tak sabar ingin di panggil umma.
            “Aishhh… kau ini tak wajar myungsoo ah… bayi lain akan menyebut umma lebih dulu.” Jaehee berbicara pada bayinya. Namun bayinya hanya tertawa melihat tingkah ummanya.
            “jagiya…. Gomawo…” lelaki itu menarik jaehee dalam pelukannya dan mengecup pelan bibirnya.
            “uhmm… untuk???” Jaehee tak mengerti.
            “Untuk memberiku anak setampan myungsoo.” Lelaki itu memeluk Jaehee lagi.
            “nado yeobo.” Jaehee balik tersenyum dan memeluk suaminya. “khaja kita berangkat!”
            “Uhm…” mereka melepaskan pelukannya. “Sini myungsoo ah.. biar appa yang gendong.” Lelaki itu menggendong bayinya dan sesekali bercanda.
===

            “Myungsoo ah… gomawo… kau tau kami sangat kehilanganmu? Kenapa kau harus menyelamatkanku waktu itu? tapi tenang saja… pengemudi ugal-ugalan itu ditangkap polisi saat itu juga.”
            Lelaki suami jaehee yang tak lain adalah sunggyu itu meneteskan air matanya.
            “Boghosipeo nae dongsaeng.” Sunggyu yang menggendong bayinya itu terguguk pelan.
            “L… Gomawo, aku juga mencintaimu. Sangat mencintaimu. Sama seperti aku mencintai diriku sendiri. Maaf waktu itu aku tak bisa menerimamu. Karena aku mencintaimu sebagai adikku. Kau adalah kenangan yang tak terlupakan L untuk kami.” Jaehee mlai terisak.
            “App..paa…” terdengar suara lucu dari bayi mereka lagi yang tengah bermain dengan pipi sunggyu.
            “Ahh iya lupa… Myungsoo ah… coba kau ucapkan salam pada pamanmu.” Sunggyu menunjukkan pemakaman itu pada bayinya namun bayinya tak mengerti dan tetap saja bermain dengan pipi sunggyu.
            “L.. gomawo.. maaf aku lama tidak mengunjungimu dan baru memperkenalkan keponakanmu saat ini, karena Sunggyu Oppa tak pernah mengajakku ke sini sejak kelahiran bayi kami. Ah ya… kami menamainya Kim myungsoo, seperti namamu. Kami berharap, dia bisa menjadi seperti pamannya yang tampan dan pintar sepertimu. Tidak seperti appanya.”
            “Ya… jagiya… memangnya aku bodoh??? Aku juga pintar.” Sunggyu mulai protes.
            “Aku tak bilang kau bodoh oppa,” jaehee mulai menggoda suaminya.
            “Aishhh jinja….” Sunggyu menggerutu sambil membenarkan gendongan putranya.
            “Mmaa…mmaaa…”
            “Yeobo… kau dengar?” jaehee terkejut. Sunggyu hanya meltot tak percaya.
            “mmamaa..” terdengar suara lucu dari bayi mereka yang kini bermain dengan tangannya sendiri.
“Dia memanggilku???” Jaehee tak percaya. Sunggyu masih menatap istri dan anaknya bergantian. “panggil umma lagi jagiya… Um…mmaaa… ummaa khaja.”
“App..ppaa…” myungsoo malah mengucapkan appa.
“Ya… mama…mamaa… bukan appa.” Jaehee mulai cemberut anaknya tak mau mengucapkan namanya.
“Ya… Myungsoo memilihku jagiya…” sunggyu mengejek istrinya.
“sekali lagi myungsoo ah… umma… mmaaammaaa…”
“App…ppaaa…” myungsoo kembali menyebut appa.
Jaehee cemberut.
“Lihatkan L… bahkan Myungsoo kecil lebih memilih Appa nya dari pada aku.” Jaehee berbicara lagi pada nisan L.
“Aigooo myungsoo ahh… umma mengadu pada Pamanmu.” Sunggyu tertawa.

Mereka yang terus saja bercanda di depan makam L tak menyadari jika sedari tadi ada sosok yang terus tersenyum di atas pohon dekat mereka. Makhluk itu begitu tampan, dengan wajah berseri-seri dan mata yang begitu tajam. Berpakaian serba putih dan terlihat Sayap yang sangat lebar di punggungnya. Dia terus berjongkok dan tersenyum memperhatikan manusia di dekatnya.
“Hyung… Noona… Gomawo… L kecil jaga mereka baik-baik ne.” Myungso tersenyum kea rah myungsoo kecil di gendongan Sunggyu.
Terlihat Myungsoo kecil tersenyum kea rah pohon. Dan L pun mengembangkan Sayapnya pergi meninggalkan tempat itu.
“Myungsoo ah… apa yang kau lihat??” Tanya jaehee sembari mengikuti arah mata myungsoo yang melihat pohon.
“Khaja kita pergi.” Sunggyu mengajak mereka pergi meninggalkan pemakaman itu. dan kini tempat itu telah benar-benar sepi.
END
           

1 komentar:

  1. Lucky Club - Best Odds & Casino Site
    Lucky Club is the online sports betting site established in 2007. luckyclub.live The company has achieved a solid reputation for operating across the globe and has expanded in the

    BalasHapus